Selama 26 tahun masa pemantauan tersebut, para peneliti mencatat bahwa sebanyak 64.301 (40,3 persen) dari total partisipan telah meninggal dunia. Para peneliti juga mempertimbangkan faktor lain seperti usia, pendidikan, status perkawinan, pendapatan tahunan, hingga kesehatan mental yang mampu memengaruhi angka harapan hidup.
Setelah disesuaikan dengan faktor lainnya, para peneliti mencatat bahwa 25 persen partisipan yang termasuk paling optimistis hidup 4,4 tahun lebih lama dibanding mereka yang 25 persen paling pesimistis.
"Meski optimisme bisa dipengaruhi oleh faktor struktur sosial, seperti ras dan etnis, penelitian kami menemukan bahwa manfaat optimisme tetap nyata di kelompok yang beragam," ujar pemimpin studi, Hayami K. Koga.
Lalu, para peneliti juga meneliti lebih lanjut 55.885 partisipan lansia. Dari angka tersebut, sebanyak 29.703 partisipan (53 persen) hidup melewati usia 90 tahun, dan optimisme adalah faktor utama di baliknya. Para peneliti mencatat bahwa optimisme meningkatkan potensi usia lebih dari 90 tahun hingga 10 persen.