3 Faktor Penyebab Perkembangan Psikologi Abnormal, Kamu Alami?

16 Des 2023, 06:16 WIB

ilustrasi perkembangan psikologi abnormal (unsplash.com/Anthony Tran) // (unsplash.com/ Simran Sood)

Seorang tokoh teori kepribadian dalam psikologi yaitu Alfred Adler percaya bahwa manusia adalah apa yang mereka buat terhadap dirinya sendiri. Manusia itu sendiri yang menentukan akan menjadi sehat atau tidak sehat secara psikologis dan mengikuti gaya hidup yang berguna atau tidak berguna. Menurut Adler faktor yang menyebabkan adanya perkembangan psikologi abnormal ini adalah keterbelakangan minat sosial. kurangnya minat sosial disebabkan oleh neurotik yang cenderung menetapkan tujuan terlalu tinggi, hidup dalam dunia pribadinya sendiri dan memiliki gaya hidup yang kaku dan dogmatis.

Sifat tujuan neurotik yang berlebihan dan tidak realistis inilah yang menyebabkan seseorang membedakan dirinya dengan komunitas lain. Orang seperti ini tidak dapat menyesuaikan diri dalam menetapkan tujuan yang berlebihan sebagai kompensasi yang berlebihan terhadap perasaan rendah diri yang berlebihan. Mereka memaknai banyak hal seperti pekerjaan, persahabatan hingga seks menurut pandangannya sendiri. Berikut IDN Times sajikan tiga faktor eksternal yang menyebabkan ketidaksesuaian dalam perkembangan psikologi seseorang, keep scrolling!

1. Gaya hidup yang dimanjakan

ilustrasi gaya hidup yang dimanjakan (unsplash.com/Kenny Eliason) // (unsplash.com/sujan khalifa)

Mereka mengharapkan orang lain untuk menjaga mereka, melindungi mereka secara berlebihan. Hal ini mereka dapat dari hubungan awal yang mereka miliki dengan salah satu atau bahkan kedua orang tuanya. Gaya hidup yang dimanjakan adalah inti dari sebagian besar neurosis.

Orang seperti ini dicirikan dengan sifat keputusasaan yang ekstrem, keragu-raguan, kepekaan yang berlebihan, ketidaksabaran, dan emosi yang berlebihan, terlebih kecemasan. Mereka memandang dunia dengan visi pribadi dan percaya bahwa mereka berhak menjadi yang pertama dalam segala hal (Adler, 1927, 1964). Mereka merasa takut jika dipisahkan dari orang tua mereka. Kapanpun mereka harus mengurus diri sendiri, mereka merasa tersisih, dianiaya, dan diabaikan. Pengalaman-pengalaman ini menambah tumpukan perasaan rendah diri pada diri anak yang dimanjakan.

2. Gaya hidup terabaikan

ilustrasi gaya hidup terabaikan (unsplash.com/Cristofer Maximilian) // (unsplash.com/Marek Pospisil)

Faktor lain yang berkontribusi dalam maladaptasi adalah pengabaian. Anak-anak yang merasa tidak dicintai dan tidak diinginkan cenderung akan menciptakan gaya hidup terabaikan. Mereka tidak mempunyai minat sosial karena merasa kurang percaya diri.

Mereka cenderung melebih-lebihkan kesulitan-kesulitan yang berhubungan dengan masalah-masalah besar dalam hidup. Mereka tidak percaya dengan orang lain, dan tidak mampu bekerja sama demi kepentingan bersama. Mereka memandang masyarakat sebagai negara musuh, merasa terasingkan dari orang lain dan merasa iri dengan keberhasilan orang lain.

3. Kekurangan fisik yang berlebihan

ilustrasi kekurangan fisik (unsplash.com/Arisa Chattasa)

Kekurangan fisik yang berlebihan kerap kali menimbulkan rasa rendah diri yang menonjol. Perasaan subjektif seperti ini mungkin sangat didorong oleh tubuh yang cacat. Setiap orang lahir ke dunia dengan diberkati kekurangan fisik dan kekurangan fisik ini menyebabkan perasaan rendah diri.

Orang dengan kekurangan fisik berlebihan akan mengembangkan perasaan rendah diri yang berlebihan karena mereka memberikan kompensasi yang berlebihan terhadap kekurangan mereka. Mereka cenderung lebih mementingkan diri sendiri dan kurang dalam mempertimbangkan orang lain. Mereka merasa tinggal di negara musuh dan merasa takut akan kekalahan dan mereka merasa jika masalah besar dalam hidup hanya dapat diselesaikan dengan cara yang egois.

Penjelasan di atas adalah faktor eksternal yang dapat mempengaruhi perkembangan psikologis abnormal. Diantara tiga penyebab di atas, ada yang pernah kamu alami gak nih? Semoga lewat penjelasan ini kita bisa semakin aware dengan keadaan psikologis orang di sekitar kita, ya! Jika pernah mengalami satu di antara penjelasan di atas, jangan ragu untuk melakukan konseling ke tenaga profesional yang mumpuni.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.