Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi phlebitis (blog.missouriveincare.com)

Phlebitis, atau disebut juga thrombophlebitis, adalah inflamasi atau peradangan yang terjadi pada pembuluh darah vena. Phlebitis biasanya terjadi pada pembuluh vena di sekitar kaki, tetapi tidak jarang juga phlebitis terjadi di pembuluh vena di bagian tubuh yang lain. 

Berdasarkan jurnal Mandal (2019), phlebitis lebih sering terjadi pada pasien yang menjalani prosedur invasif seperti kateterisasi vena. Penggunaan ukuran cateter yang tidak sesuai seringkali menyebabkan trauma pada pembuluh darah dan memicu terjadinya peradangan.

1. Jenis

ilustrasi phlebitis superfisial (veinsurgery.co.za)

Berdasarkan lokasi vena yang mengalami peradangan, phlebitis terbagi menjadi dua jenis, yaitu:

  1. Phlebitis superfisial, mengacu pada peradangan vena-vena superfisial atau dekat dengan permukaan kulit. Biasanya disebabkan oleh penggumpalan darah atau iritasi vena akibat kateterisasi intravena. Kondisi ini umumnya cepat mereda dan bukan kondisi yang berbahaya, tetapi terkadang dapat menyebabkan infeksi kulit di sekitarnya serta infeksi aliran darah.
  2. Thrombophlebitis vena dalam (DVT), mengacu peradangan pada vena yang lebih dalam dari permukaan kulit, biasanya terjadi di bagian kaki. Phlebitis jenis ini lebih sering disebabkan oleh penggumpalan darah pada vena. Gumpalan darah yang pecah dapat mengalir dalam aliran darah dan mencapai paru-paru, menyebabkan emboli paru yang merupakan kondisi serius yang dapat berujung pada kematian.

2. Penyebab

ilustrasi pemasangan infus (pexels.com/Anna Shvets)

Penyebab phlebitis yang paling umum adalah cedera atau iritasi pada lapisan pembuluh darah atau adanya gumpalan darah di dalam vena. Dalam kasus phlebitis superfisial, biasanya disebabkan oleh:

  • Trauma akibat pemasangan infus
  • Pemberian obat yang mengiritasi pembuluh darah
  • Gumpalan kecil dan infeksi
  • Cedera jaringan lunak

Penyebab flebitis vena dalam dapat berupa:

  • Iritasi atau cedera akibat trauma fisik, seperti operasi, patah tulang, atau cedera serius yang menghambat aliran darah karena kurangnya gerakan tubuh. Hal ini dapat terjadi saat seseorang beristirahat di tempat tidur atau duduk dalam posisi yang sama untuk jangka waktu yang lama.
  • Kondisi yang membuat darah lebih cenderung menggumpal, seperti penggunaan obat-obatan tertentu, kanker, kelainan jaringan ikat, atau kelainan genetik pembekuan darah.

3. Gejala

ilustrasi kulit telapak tangan kemerahan (nhs.uk)

Seseorang yang mengalami phlebitis seringkali mengalami gejala-gejala yang berbeda sesuai pada lokasi peradangan.

Gejala phlebitis superficial meliputi:

  • Kulit kemerahan
  • Pembengkakan
  • Nyeri saat ditekan
  • Kulit terasa hangat sangat disentuh
  • Muncul garis merah pada kulit di sepanjang vena

Gejala phlebitis vena dalam meliputi:

  • Timbul rasa nyeri
  • Pembengkakan
  • Kulit terasa hangat sangat disentuh
  • Perubahan warna kulit

Namun, menurut laman Healthline, hanya sekitar separuh dari penderita phlebitis vena dalam yang mengalami gejala-gejala tersebut. Oleh karena itu, banyak pasien DVT yang tidak terdiagnosis hingga terjadi komplikasi serius, seperti emboli paru. Gejala emboli paru sendiri meliputi:

  • Sesak napas
  • Nyeri dada
  • Batuk darah
  • Pernapasan cepat
  • Pusing atau pingsan
  • Detak jantung cepat

4. Diagnosis

ilustrasi tes darah pasien phlebitis (pexels.com/Karolina Grabowska)

Biasanya, dokter dapat mendiagnosis phlebitis pada pasien melalui gejala yang terlihat dan pemeriksaan fisik. Akan tetapi, bila penyebab phlebitis adalah gumpalan darah, maka diperlukan pemeriksaan penunjang, yaitu:

  • Tes darah D-dimer, untuk mengukur kadar D-dimer, suatu zat yang dilepaskan saat proses pembekuan darah terjadi.
  • Ultrasonografi (USG), untuk mendeteksi sumbatan atau gumpalan darah di vena dalam.
  • Venografi, prosedur invasif yang melibatkan penyuntikan zat pewarna kontras ke dalam pembuluh darah vena di kaki, kemudian sinar-X diambil untuk melacak pergerakan bahan kontras tersebut dari kaki ke atas tubuh.

5. Pengobatan

ilustrasi obat-obatan (pixabay.com/stevepb)

Melansir dari laman WebMD, perawatan untuk pasien dengan phlebitis dapat dilakukan baik dengan perawatan mandiri di rumah maupun perawatan medis di rumah sakit, tergantung pada tingkat keparahan gejalanya. Jika gejala yang dialami relatif ringan atau hanya mengalami phlebitis superfisial, perawatan mandiri dapat dilakukan dengan melakukan kompres hangat pada area yang nyeri dan mengonsumsi obat antiinflamasi seperti ibuprofen dan aspirin untuk meredakan nyeri dan peradangan.

Namun, jika kondisi yang dialami semakin berat, maka perawatan medis sangat disarankan. Perawatan medis melibatkan penatalaksanaan tambahan seperti elevasi lengan/kaki dan pemberian kompres hangat. Biasanya, hanya beberapa kasus saja yang membutuhkan pemberian antibiotik.

Selain itu, jika sebelumnya sempat memiliki riwayat trombophlebitis vena dalam atau jika phlebitis telah menyebar ke vena dalam, pasien perlu diberikan obat pengencer darah (antikoagulan). Durasi pengobatan antikoagulan bervariasi antara 3-6 bulan atau 3-12 bulan jika baru pertama kali mengalami DVT.

Itulah tadi beberapa informasi seputar phlebitis. Apabila kamu mengalami gejala-gejala yang mengarah pada kondisi di atas, segera konsultasikan ke dokter. Pengobatan yang tepat dan sesuai lebih dini dapat menghindarkan diri dari komplikasi serius phlebitis.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team