ilustrasi menyisir rambut (pexels.com/Yan Krukov)
Rambut rontok yang juga disebut alopecia, memiliki beberapa jenis. Antara satu dan lainnya dikelompokkan sesuai kondisi yang berbeda.
Ini merupakan kondisi alami yang membuat rambut secara bertahap menipis. Biasanya, terjadi seiring bertambahnya usia. Penyebabnya, folikel rambut masuk ke fase istirahat lebih banyak dan laju pertumbuhannya berkurang.
Ini adalah kondisi genetik yang memengaruhi perempuan dan laki-laki. Pada laki-laki, alopecia androgenik bisa muncul sejak remaja atau awal 20-an. Sering kali ditandai dengan garis rambut surut dan hilangnya rambut secara bertahap dari ubun-ubun dan kulit kepala bagian depan.
Pada perempuan, gejalanya gak begitu terlihat hingga usia 40-an atau lebih. Alopecia androgenik menyebabkan penipisan umum di seluruh kulit kepala, dengan kerontokan rambut paling luas di bagian ubun-ubun.
Kerontokan jenis ini bisa muncul secara tiba-tiba dan terjadi pada anak-anak dan orang dewasa. Akibatnya, bisa memicu kebotakan total atau alopecia totalis. Namun, sekitar 90 persen orang, kembali mendapatkan rambutnya setelah beberapa tahun, melansir WebMD.
Kondisi ini ditandai dengan kerontokan pada semua jenis rambut tubuh. Termasuk alis, bulu mata, dan rambut kemaluan.
Kerontokan yang disebabkan oleh kebiasaan styling, tepatnya terlalu menarik rambut. Misalnya, kuncir kuda yang terlalu ketat sehingga menyebabkan rambut patah dan lepas.
Paling sering terjadi pada anak-anak. Trikotilomania merupakan gangguan psikologis yang membuat seseorang mencabut rambutnya sendiri.
Kondisi penipisan rambut sementara pada kulit kepala yang terjadi karena perubahan siklus pertumbuhan rambut. Alasannya, sebagian besar rambut memasuki fase istirahat pada saat yang sama.
Ditandai dengan inflamasi kulit, seperti selulitis, folikulitis, jerawat, serta gangguan kulit lainnya, biasanya berupa lupus dan lichen planus. Kondisi ini mengakibatkan bekas luka yang merusak kemampuan rambut untuk beregenerasi dan menyebabkan kerontokan permanen.