Para ahli menyarankan untuk mencuci kaki setiap hari dengan sabun dan air. Salah satu alasan utamanya adalah mencegah bau kaki.
Telapak kaki mengandung 600 kelenjar keringat per sentimeter persegi kulit, lebih banyak daripada bagian tubuh lainnya. Meskipun keringat itu sendiri tidak berbau, tetapi keringat mengandung garam, glukosa, vitamin, dan asam amino, yang dapat menjadi "prasmanan" bagi bakteri yang hidup di sana. Dan, ada banyak bakteri di kaki.
Kaki, terutama di antara jari-jari kaki, adalah lingkungan yang cukup lembap, basah, dan hangat, sehingga dapat menjadi tempat berkembang biaknya mikroba. Hal ini diperburuk oleh fakta bahwa banyak orang mengenakan kaus kaki dan sepatu, sehingga kelembapan terperangkap di dalamnya.
Di kulit, bisa hidup antara 10.000 hingga satu juta bakteri. Area kulit yang hangat dan lembap, seperti kaki, dianggap sebagai tempat tinggal utama dan merupakan rumah bagi banyak bakteri.
Beberapa bakteri yang dapat hidup di kaki antara lain Corynebacterium dan Staphylococcus.
Dalam hal jamur, kaki yang berkeringat juga dapat menjadi rumah bagi Aspergillus, Cryptococcus, Epicoccum, Rhodotorula, Candida, Trichosporon dan lainnya. Faktanya, kaki manusia mengandung keanekaragaman hayati spesies jamur yang lebih besar daripada wilayah tubuh lainnya.
Dari penjelasan di atas saja sudah cukup alasan untuk rutin membersihkan kaki. Dalam sebuah studi, tim peneliti mengusap telapak kaki 40 relawan. Mereka menemukan bahwa mencuci kaki memiliki dampak yang signifikan terhadap jumlah bakteri. Orang yang mencuci kaki dua kali sehari memiliki sekitar 8.800 bakteri hidup di setiap sentimeter persegi kulit, sementara mereka yang mencuci kaki setiap dua hari sekali memiliki lebih dari satu juta bakteri per sentimeter persegi.
Namun, hanya karena telapak kaki dipenuhi dengan kehidupan mikroba, itu tidak berarti bahwa telapak kaki berbau atau ada yang perlu dikhawatirkan. Yang penting bukan hanya jumlahnya, tetapi jenis bakterinya.