Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

'Susu Balita' yang Dipromosikan Tidak Memberi Manfaat Nutrisi

ilustrasi balita minum susu (freepik.com/freepik)

Campuran minuman bubuk yang dipromosikan secara luas sebagai “susu balita” atau "toddler milk" untuk bayi yang lebih besar dan balita hingga usia 3 tahun tidak diatur, tidak perlu, dan gizinya tidak lengkap, American Academy of Pediatrics (AAP) memperingatkan.

Minuman yang digembar-gemborkan kepada orang tua di TikTok, di iklan televisi, dan di situs lain sering kali mengandung tambahan gula dan garam. Produsennya membuat klaim yang tidak terbukti bahwa minuman tersebut meningkatkan otak atau sistem kekebalan anak-anak, kata Dr. George Fuchs, anggota komite nutrisi AAP. Temuan ini dipublikasikan dalam jurnal Pediatrics pada 20 Oktober 2023.

Pihak industri susu formula mengatakan produknya dapat berguna untuk mengisi “kesenjangan nutrisi” dalam pola makan anak-anak. Namun, bayi yang lebih tua dan balita harus diberi MPASI seimbang, begitu pula minum ASI, susu sapi utuh yang difortifikasi, dan air setelah usia 1 tahun.

1. Susu formula balita tidak sama dengan susu formula bayi

ilustrasi bayi minum susu formula (pexels.com/Keira Burton)

Tahun-tahun pertama kehidupan sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan. AAP merekomendasikan bayi di bawah 12 bulan untuk terus minum susu formula atau ASI.

Sementara itu, balita yang didefinisikan sebagai anak berusia 12 bulan ke atas, berada pada usia yang mana mereka mulai mengonsumsi makanan padat—pola makan seimbang yang terdiri dari buah-buahan dan sayur-sayuran serta susu sapi.

Susu sapi merupakan sumber vitamin D dan kalsium yang sangat baik untuk membangun tulang yang kuat. Selama berpuluh-puluh tahun, berbagai iklan telah memasarkan susu formula balita sebagai produk yang mengandung nutrisi bermanfaat bagi balita, sebuah klaim yang menurut laporan AAP menyesatkan bagi orang tua.

Temuan ini sejalan dengan laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang terbit tahun 2022, yang merinci teknik pemasaran digital agresif yang digunakan perusahaan susu formula untuk menjual produk mereka.

Produk yang disebut susu balita, yang mana campuran susu bubuknya dijual dalam bentuk kaleng dan dibuat untuk dicampur dengan air, sering kali diproduksi oleh pembuat susu formula bayi merek ternama, dikemas dengan label serupa, dan dijual di lorong toko yang sama.

Produk ini biasanya dipasarkan untuk bayi berusia lebih dari 6 hingga 12 bulan dan anak usia prasekolah hingga usia 3 tahun, diklaim sebagai minuman bergizi untuk tahap perkembangan selanjutnya.

2. Marketing yang dianggap menyesatkan

ilustrasi susu formula (pexels.com/Towfiqu barbhuiya)

Teknik marketing, misalnya perusahaan memasukkan diri mereka ke dalam forum nasihat dan grup media sosial untuk orang tua hamil dan ibu baru, mempromosikan klaim kesehatan palsu mengenai pengganti susu.

Penelitian menunjukkan banyak ibu—terutama populasi kulit hitam dan Hispanik—percaya bahwa susu balita lebih bergizi daripada susu sapi (Nutrition Reviews, 2023). Susu balita juga mengandung lebih sedikit protein dan lebih banyak lemak.

Meskipun ada kekhawatiran dari dokter anak dan organisasi, industri susu formula balita terus berkembang pesat. Strategi pemasaran serta upaya dalam merancang produk yang menyerupai susu formula meningkatkan penjualan dari USD 39 juta pada tahun 2006 menjadi USD 92 juta pada tahun 2015 (Public Health Nutrition, 2020).

“Salah satu rekomendasi kami, jangan menyebutnya 'formula'. Ini merugikan anak-anak dan orang tua. Ini menyiratkan suatu rangkaian formula yang dimulai dari bayi hingga usia 3 atau 4 tahun," kata Fuchs, ahli gastroenterologi anak yang merupakan penulis utama studi dari AAP.

Studi yang sama juga menemukan beberapa produk susu balita diperkaya dengan zat gizi mikro seperti kalsium. Namun, jumlah ini bervariasi dari satu produk ke produk lainnya.

3. Tinggi gula

ilustrasi susu (unsplash.com/Nikolai Chernichenko)

AAP dan pakar kesehatan lainnya menekankan kurangnya standar umum untuk susu formula balita, yang berarti bahan-bahannya dapat bervariasi antar merek.

Sebagian besar mengandung gula tambahan dan ditujukan untuk anak-anak yang berada pada usia ketika mereka dapat mengembangkan rasa manis yang bertahan lama, yang mungkin ini bisa menyebabkan obesitas dan penyakit lainnya.

Susu balita juga lebih mahal dibandingkan susu sapi. Bukan hanya tidak sebaik susu sapi dan pola makan seimbang, tetapi juga lebih buruk, dilansir NBC News.

Keluarga dan penyedia layanan kesehatan harus mendapat edukasi yang lebih baik mengenai susu balita, yang menurut AAP tidak memiliki peran khusus dalam perawatan rutin anak-anak yang sehat. Mereka juga mengimbau untuk memperketat persyaratan untuk susu balita. Jika ingin memberikan nutrisi terbaik bagi bayi dan balita, berikan susu dan biji-bijian yang difortifikasi, protein, serta buah-buahan dan sayuran.

Kalau masih ada stok susu balita di rumah, tidak apa-apa untuk menghabiskan minuman tersebut. Namun, pastikan itu bukan satu-satunya yang dikonsumsi anak. Berikan juga buah-buahan dan sayuran segar bersama dengan sumber susu lainnya dalam pola makan sehat dan seimbang.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Misrohatun H
EditorMisrohatun H
Follow Us