ilustrasi mencintai karena terpaksa (pexels,com/Pixabay)
Sikap orang muda terhadap otonomi tubuh tidak jauh berbeda dengan generasi sebelumnya. Konsep otonomi tubuh kabur karena ada persepsi sosial di masyarakat yang menanamkan bahwa mustahil seseorang, terutama perempuan, dapat memiliki otonomi tubuh.
Menurut Ketua DPP Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Tsamara Amany, definisi otonomi tubuh pada pribadi harus mempertimbangkan konstruksi sosial yang ada, terutama dari keluarga dan lingkungan sekitar. Jika seorang anak dibentuk berdasarkan hukum patriarki, maka ia pun akan tumbuh dan mengabaikan otonomi tubuh.
Banyak perempuan Indonesia tidak memiliki keistimewaan untuk menjadi mandiri, terutama secara ekonomis. Alhasil, mereka bergantung pada sosok laki-laki sehingga mereka tidak mampu mencapai otonom tubuh dan membiarkan sosok laki-laki memutuskan atas tubuh dan masa depannya.
Tidak jarang, negara ingin ikut campur. Pada 2020, terdapat RUU Ketahanan Keluarga yang mengenai peran istri dan suami. Kejadian ini justru membuat pemahaman otonomi sosial semakin kabur.
“Pemahaman otonomi tubuh tidak bisa 100 persen, bila kita tidak bisa menyelesaikan persoalan sistemik, seperti pendidikan, pengentasan kemiskinan struktural, baru kita bisa melakukan edukasi otonomi tubuh,” tandas Tsamara.
Pemenuhan otonomi tubuh dan kesetaraan gender menjamin peran perempuan dalam masyarakat dan bernegara. Karena ras, jenis kelamin, orientasi seksual, dan beberapa faktor lainnya, otonomi tubuh pun direnggut, sehingga para perempuan tidak dapat menentukan pilihan atas tubuh dan masa depannya, layanan kesehatan, serta pendidikan.
Untuk itu, pemerintah juga harus bertindak untuk memberi pemahaman otonomi tubuh kepada seluruh lapisan masyarakat, agar perempuan dapat membuat keputusan untuk tubuhnya dan masa depannya sendiri, dari segi ekonomi hingga kesehatan reproduksi.
Bagaimana pun, perempuan adalah sosok pertama dan penting dalam keberhasilan keluarga hingga negara. Oleh karena itu, marilah kita menyebarluaskan hak-hak otonomi tubuh untuk para perempuan, bahwa tubuh dan takdir mereka adalah milik mereka sendiri.