ilustrasi diet mediterania (everydayhealth.com)
Seperti namanya, diet Mediterania mengadopsi pola makan dari kawasan Mediterania. Terkenal dengan asupan zaitun, diet ini juga padat akan sayur-mayur, buah-buahan, biji-bijian dan kacang-kacangan, ikan, dan lemak tak jenuh. Selain itu, diet ini juga rendah asupan daging dan produk susu.
Bukan hanya sehat, diet Mediterania juga dikatakan dapat menurunkan berat badan secara konsisten. Salah satu riset yang dilakukan di Yunani dan dimuat dalam British Journal of Nutrition pada Mei 2020 silam mencatat bahwa jika konsisten, diet ini bisa tetap menjaga berat badan.
Mengomentari diet Mediterania, dokter sekaligus ahli gizi masyarakat, Dr. dr. Tan Shot Yen, M.Hum, mengatakan bahwa program diet Mediterania memang kaya akan asam lemak omega-3, antioksidan, dan kalori. Selain itu, pilihan protein pun bermutu.
ilustrasi santan dan kelapa (healthline.com)
Namun, kelemahan fatal dari diet Mediterania adalah harganya yang tidak terjangkau dengan konsumsi minyak zaitunnya. Dokter Tan mengatakan bahwa tidak perlu minyak zaitun, Indonesia dapat menggunakan santan sebagai asupan lemak yang sehat.
Dalam presentasinya, Dr. Tan mengemukakan bahwa santan lebih bermanfaat dibanding santan. Beberapa manfaat santan adalah:
- Kaya akan asam laureat yang lebih cepat dimetabolisme hati, tinggi antioksidan, menurunkan kolesterol dan trigliserida, serta melawan bakteri, virus, dan jamur dalam tubuh.
- Kaya akan vitamin (B, C, dan E) dan mineral (magnesium, kalium, dan fosfor).
- Membuat kenyang lebih lama.
Meski begitu, santan terkenal padat lemak jenuh. Oleh karena itu, Dr. Tan mengatakan bahwa santan bisa dikonsumsi seminggu sekali dan tidak perlu dihangatkan ulang. Selain itu, Dr. Tan juga menyarankan agar santan dimasukkan ke dalam masakan sebelum masakan diangkat dari api.