Fenomena Wrap Rage: Frustrasi karena Kemasan Sulit Dibuka

Fenomena yang unik, tetapi juga krusial #ANGPOIN

Pada era yang sarat akan teknologi ini, berbagai macam produk dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Baik melalui pembelian luring maupun daring, produk-produk tersebut biasanya hadir dengan dilindungi kemasan. Mengutip Ambalaj Sanayicileri Derneği, lapisan kemasan melindungi produk dari kontak fisik yang berbahaya, misalnya benturan atau siraman air.

Sayangnya, tak jarang didapati produk dengan lapisan kemasan yang begitu tebal. Akibatnya, konsumen menjadi kesulitan dalam membuka kemasan tersebut. Kondisi itu dapat berbuntut pada konsumen yang frustrasi karena tak kunjung berhasil dalam membuka kemasan produknya. Ini disebut sebagai fenomena wrap rage. Apa itu? Simak penjelasannya berikut ini.

1. Wrap rage merupakan sebuah istilah

Fenomena Wrap Rage: Frustrasi karena Kemasan Sulit Dibukailustrasi membuka kemasan (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Secara garis besar, wrap rage merupakan sebuah fenomena saat konsumen merasa frustrasi karena kesulitan dalam membuka kemasan produk yang memang dirancang untuk sulit dibuka. Menurut The Free Dictionary, fenomena ini adalah sebuah istilah yang merujuk pada perasaan marah dan frustrasi yang disebabkan oleh ketidakmampuan membuka kemasan. Mengutip Urban Dictionary, fenomena ini dipopulerkan oleh Stephen Colbert, pembawa acara televisi The Colbert Report dari Comedy Central.

Pada 2004, penulis CBS News bernama Tatiana Morales menjelaskan bahwa ada alasan tersendiri di balik kemasan yang sulit dibuka. Kemasan dirancang sedemikian rupa agar melindungi produk selama proses pengiriman, mencegah produk untuk dibuka dan dicuri di toko, serta membuat biaya produksi murah. Alasan itu disampaikannya setelah mewawancarai Peter Clark, Presiden dari Product Ventures, yang berfokus mendesain kemasan produk.

Menurut mantan Penyunting ColoradoBiz, Jeff Rundles, industri pengemasan berpihak hingga batas tertentu pada desain kemasan yang sulit dibuka dengan alasan mencegah pencurian, menjaga kesegaran, dan memudahkan penampilan. Produsen pada industri ini berjanji untuk menciptakan kemasan yang lebih baik dalam segala aspek. Akan tetapi, seiring waktu, justru muncul makin banyak kemasan yang memicu fenomena wrap rage.

"Industri pengemasan, sampai batas tertentu, membela desainnya (kemasan yang sulit dibuka) dengan dalih pencegahan pencurian, untuk menjaga kesegaran, kemudahan tampilan, dan lain-lain. Mereka mengatakan bahwa mereka dengan tekun bekerja untuk menghadirkan lebih sedikit kemasan dan menghasilkan kemasan yang dibuat dari bahan yang dapat didaur ulang, dapat diurai secara hayati, atau dapat dijadikan kompos. Namun, kenyataannya industri dan produsen telah mengatakan hal ini selama bertahun-tahun, tetapi gempuran bahan berbahaya dan kemasan yang dapat memicu wrap rage (datang) semakin cepat," ungkap Rundles, dikutip dari ColoradoBiz.

2. Terdapat alasan penting di balik kemasan sulit dibuka

Fenomena Wrap Rage: Frustrasi karena Kemasan Sulit Dibukailustrasi frustrasi (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Salah satu alasan utama yang perlu ditekankan di balik kemasan yang sulit dibuka adalah pencegahan pencurian, khususnya pengutilan. Asosiasi Nasional Amerika Serikat untuk Pencegahan Pengutilan menyampaikan bahwa barang-barang senilai lebih dari 13 miliar dolar Amerika Serikat (sekitar Rp197 triliun) dicuri dari toko-toko retail setiap tahunnya. Itu artinya, terdapat barang-barang senilai lebih dari 35 juta dolar Amerika Serikat (sekitar Rp523 miliar) yang ludes dicuri setiap harinya.

Asosiasi Nasional Amerika Serikat untuk Pencegahan Pengutilan melanjutkan bahwa ada kira-kira 27 juta pengutil, atau berarti 1 pengutil setiap 11 orang, di Amerika Serikat pada saat ini. Lebih dari 10 juta orang telah tertangkap mengutil dalam 5 tahun terakhir. Baik laki-laki mapupun perempuan, keduanya mengutil hampir sama seringnya.

"Sekitar 25 persen pengutil adalah anak-anak dan 75 persen adalah orang dewasa. Sementara, 55 persen pengutil dewasa mengatakan bahwa mereka mulai mengutil sejak usia belasan tahun," tutur pihak Asosiasi Nasional Amerika Serikat untuk Pencegahan Pengutilan, sebagaimana dilansir Soapboxie.

Baca Juga: 7 Fenomena Psikologi Unik yang Bisa Bikin Kamu Bingung

3. Respons emosional yang negatif adalah alasan psikologis di balik wrap rage

Fenomena Wrap Rage: Frustrasi karena Kemasan Sulit Dibukailustrasi frustrasi (pexels.com/Moose Photos)

Menurut EatHappyProjectwrap rage dari sisi psikologis disebabkan oleh respons emosional negatif. Respons ini tentu saja terjadi karena sikap frustrasi yang muncul ketika seseorang mencoba membuka kemasan. Frustrasi sendiri adalah perasaan marah atau jengkel yang ditujukan pada situasi yang tidak menyenangkan, seperti dilansir Australia Counselling.

Frustrasi terjadi saat seseorang tidak begitu termotivasi atau saat upaya yang dilakukan ternyata tidak berhasil. Sikap ini dapat disebabkan baik dari faktor internal atau eksternal. Frustrasi adalah hasil dari segala jenis stres, termasuk stres fisik dan psikologis.

4. Terdapat penghargaan untuk kemasan yang dinilai paling buruk

https://www.youtube.com/embed/XzMXjkzK0Wk

Penghargaan Oyster merupakan penghargaan yang diberikan oleh majalah Consumer Reports untuk produk dengan kemasan terburuk. Berdasarkan laporan Soapboxie, penghargaan ini digelar pertama kali pada 2006 dan berakhir pada 2017. Namun, ColoradoBiz Magazine menerangkan bahwa penghargaan ini berlangsung pada rentang 2005—2007.

Salah satu penerima Penghargaan Oyster adalah produk berupa sepaket telepon digital tanpa kabel yang dijual oleh Uniden. Produk ini dikemas di dalam kemasan clamshell (mekanismenya sama seperti proses buka tutup kulit kerang) yang memerlukan waktu 9 menit dan 22 detik untuk dibuka. Kabarnya, cutter dan silet bahkan diperlukan agar telepon ini bisa dikeluarkan dari kemasannya.

Selain Penghargaan Oyster, ada juga Penghargaan Wrap Rage. Penghargaan ini diselenggarakan oleh CBC News pada acara televisi Marketplace. Penghargaan ini dipersembahkan melalui episode "Wrap Rage Awards" berdurasi 27 menit yang tayang pada 13 Januari 2014 sebagai episode ke-11 dari musim ke-41, seperti dilansir TheTVDB.com.

 

5. Wrap rage sampai menelan korban

Fenomena Wrap Rage: Frustrasi karena Kemasan Sulit Dibukailustrasi frustrasi (pexels.com/Liza Summer)

Menurut penelusuran Tatiana Morales, sebanyak 67 ribu orang Britania Raya mengalami cedera, misalnya jari yang tersayat atau pergelangan tangan yang terkilir, karena mengalami fenomena wrap rage. Memang, dari sebuah survei yang disampaikan Morales, banyak orang merasa bahwa kemasan semakin sukar dibuka dalam 1 dekade terakhir. Survei tersebut bersumber dari laporan Tracy Smith, seorang koresponden, pada acara televisi The Early Show dari CBS.

"Mereka (konsumen) menggunakan gunting. Mereka menggunakan pisau (dan) segala macam alat. Cukup menakutkan untuk mendengar beberapa hal. Saya terkejut bahwa orang-orang tidak lebih sering terluka," ucap Peter Clark, dilansir CBS News.

Data penelitian Biro Sensus pada 2001 menegaskan bahwa kemasan dan wadah rumah tangga menyebabkan cedera sejumlah lebih dari dua kali lipat daripada papan luncur (skateboard) atau kolam berenang. Kendati demikian, catatan tersebut sudah termasuk cedera kaki akibat kejatuhan paket produk. Data itu diperoleh dari Mackenzie Carpenter, penulis untuk surat kabar Pittsburgh Post-Gazette yang telah berdiri sejak 1786.

Dari sekian paragraf di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa fenomena wrap rage sering menimpa para konsumen. Konsumen sebaiknya lebih berhati-hati dalam membuka kemasan produk mengingat risiko cedera yang dapat terjadi. Di lain sisi, sudah sepatutnya produsen produk menggunakan kemasan yang lebih aman dibuka, tetapi tanpa menghilangkan manfaatnya.

Baca Juga: 3 Fenomena Langit Desember 2023, Ada Hujan Meteor Lagi!

Written by IRIZU Photo Verified Writer Written by IRIZU

Selamat datang di Written by IRIZU, sebuah bisnis individual yang bercerita tentang apa pun dari sudut pandang data yang dikoleksi.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Yudha

Berita Terkini Lainnya