Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Acara "Update Situasi Kesehatan di 3 Wilayah Bencana Sumatra" di Jakarta, pada Senin (22/12/2025).
Acara "Update Situasi Kesehatan di 3 Wilayah Bencana Sumatra" di Jakarta, pada Senin (22/12/2025)(IDN Times/Misrohatun).

Intinya sih...

  • Bencana banjir dan longsor di Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat menyebabkan anak-anak terjangkit ISPA, penyakit kulit, dan diare.

  • ISPA mendominasi sebagai penyakit yang terjadi saat bencana, disertai dengan penyakit lain seperti gastroentritis dan infeksi kulit.

  • Pemulihan transportasi sangat dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan obat-obatan khusus bagi anak-anak dengan penyakit kronis di pengungsian.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Bencana banjir dan longsor yang terjadi di Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat masih menyisakan duka. Sudah berlangsung hampir satu bulan, anak-anak di sana mulai terjangkit berbagai macam penyakit.

Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Dr. dr. Piprim Basarah Yanuarso, Sp.A, Subsp.Kardio(K), mengatakan bahwa tiga besar penyakit yang dialami anak-anak di pengungsian adalah infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), penyakit kulit, dan diare.

Berbagai penyakit saat bencana seperti banjir

Disampaikan oleh anggota IDAI Aceh, dr. Sulasmi, SpA, bahwa ISPA mendominasi sebagai penyakit yang terjadi saat bencana. Lainnya termasuk gastroentritis, infeksi kulit, bahkan demam.

"Selama kami melayani posko, tidak hanya anak yang kita layani, termasuk caregiver seperti orang tua, pengasuh dan ibu hamil kita layani. Psikologis dan trauma juga menjadi bagian dari pengontrolan tim," ujarnya dalam acara "Update Situasi Kesehatan di 3 Wilayah Bencana Sumatra" di Jakarta, pada Senin (22/12/2025).

Upaya yang dilakukan IDAI

Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), DR. Dr. Piprim Basarah Yanuarso, Sp.A, Subsp.Kardio(K) acara "Update Situasi Kesehatan di 3 Wilayah Bencana Sumatra" di Jakarta, pada Senin (22/12/2025) (IDN Times/Misrohatun)

Dokter Piprim lebih lanjut mengatakan bahwa ada beberapa laporan kasus-kasus penyakit kronis yang membutuhkan rujukan segera dan membutuhkan transportasi.

"Jadi saya kira butuh kolaborasi semua pihak dan memang semua pihak juga sudah terlibat. Seperti yang tadi disampaikan bagaimana peran TNI membuat anggota IDAI bisa sampai ke daerah-daerah yang tidak tersentuh dengan bantuan helikopter dan sebagainya," Dr. Piprim mengatakan.

IDAI juga membekali para anggotanya dengan sarana resusitasi pada kegawatan dan memikirkan pola rujukan layanan kesehatan yang lebih tinggi.

Akses transportasi diharapkan segera pulih

Dokter Piprim bercerita, ada sejumlah obat yang dibutuhkan oleh pengungsi anak. Misalnya insulin untuk anak-anak dengan diabetes melitus tipe 1, yang mana obat ini harus digunakan secara rutin.

"Ini ketika dia (insulin) stoknya terbatas, bisa terjadi coma acidosis diabeticum—ketoasidosis—ini yang sangat berbahaya. Dan untuk yang seperti ini memang jalurnya harus segera dirujuk," katanya.

Oleh karena itu, pemulihan transportasi sangat dibutuhkan karena untuk anak-anak dengan penyakit kronis yang membutuhkan obat-obatan khusus, ketika terhambat akan berpotensi mengalami kegawatan bahkan bisa sampai meninggal.

"Jadi selain supply obat, yang memang harus diperhatikan juga bagaimana jalur rujukan, transportasi rujukan, itu juga memang harus bisa diakses segera, bisa memanfaatkan helikopter, dan lain-lain sebagainya," ujar Dr. Piprim.

Editorial Team