ilustrasi diskusi bersama (pexels.com/Mike Jones)
Praktik mikroagresi perlu diwaspadai, karena hal ini dapat menyebabkan stres bagi orang yang mengalaminya. Pernyataan ini pun diperkuat oleh studi ilmiah yang terpublikasi dalam Journal of College Student Development tahun 2014. Para peneliti yang mempelajari efek mikroagresi rasial pada sekelompok mahasiswa menunjukkan tingkat harga diri yang lebih rendah. Selain itu, mikroagresi rasial sangat berbahaya diterapkan dalam lingkup pendidikan dan pekerjaan.
Sementara itu, studi tahun 2015 dalam Journal of Counseling Psychology menjelaskan, orang yang mengalami mikroagresi etnis memiliki tingkat trauma dan depresi yang lebih tinggi. Kendati demikian, studi ini belum dapat memastikan secara langsung apakah mikroagresi adalah penyebab utama depresi seseorang.
Mengingat mikroagresi dapat memberi dampak cukup signifikan terhadap kehidupan korban, langkah-langkah berikut ini bisa diterapkan untuk mengantisipasi praktiknya, yaitu:
- Berusaha menawarkan empati kepada korban praktik mikroagresi
- Belajar peduli terhadap perasaan orang lain
- Jika pernah melakukan praktik mikroagresi, maka harus berkomitmen untuk tidak mengulanginya lagi
Mikroagresi adalah tindakan yang menyakiti orang lain, terlepas dari unsur sengaja maupun tidak. Penting juga untuk dipahami bahwa ucapan yang menyakitkan, terlebih menyangkut ras, agama, atau gender, bisa berdampak buruk terhadap kesehatan mental korban.
Untuk itu, mulai dari diri kita biasakan menerapkan rasa welas asih pada sesama. Sebagai manusia beradab sudah sepatutnya kita saling menghargai manusia lainnya, ya.