ilustrasi ingin buang air kecil (freepik.com/jcomp)
Klamidia merupakan IMS yang disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis. IMS ini ditularkan melalui keputihan atau air mani melalui kontak kelamin atau seks oral, vagina, atau anal tanpa kondom. Seks tanpa kondom atau metode penghalang lainnya dan seks oral tanpa metode penghalang adalah penularan utama klamidia.
Penetrasi tidak harus terjadi untuk menularkannya. Menyentuh alat kelamin juga bisa menularkan bakteri. Selain itu, bayi yang baru lahir bisa mendapat klamidia dari ibunya selama kelahiran. Klamidia juga bisa terjadi pada orang yang pernah mengalami IMS ini sebelumnya dan berhasil mengobatinya.
Klamidia dilaporkan lebih sering dialami perempuan. Tingkat infeksi tertinggi terjadi pada perempuan yang lebih muda antara 15 dan 24 tahun.
Center for Disease Control and Prevention (CDC) merekomendasikan agar perempuan yang aktif secara seksual yang berusia 25 tahun ke bawah dan yang berusia di atas 25 tahun dengan faktor risiko klamidia untuk melakukan skrining setiap tahunnya.
Secara statistik, seseorang lebih mungkin untuk terkena IMS jika pernah berhubungan seks dengan lebih dari satu orang. Faktor risiko lainnya yaitu riwayat IMS sebelumnya atau sedang mengalami infeksi karena hal ini bisa menurunkan resistansi. Selain itu, memiliki pasangan seksual yang berhubungan seks dengan orang lain juga bisa meningkatkan risiko klamidia.
Klamidia merupakan "silent infection" karena kebanyakan penderitanya tidak memiliki gejala apa pun. Jika muncul gejala, ini bisa berbeda antara laki-laki dan perempuan.
Banyak pria tidak memperhatikan gejala klamidia. Bahkan, banyak laki-laki yang tidak memiliki gejala sama sekali. Inilah gejala klamidia yang paling umum pada laki-laki:
- Sensasi terbakar ketika buang air kecil.
- Cairan kuning atau hijau dari penis.
- Nyeri di perut bagian bawah.
- Nyeri pada testis.
Selain itu, dimungkinkan juga laki-laki mendapatkan infeksi klamidia di anus. Dalam kondisi ini, gejala utamanya yaitu nyeri dan pendarahan di area anus.
Melakukan seks oral dengan seseorang yang memiliki infeksi meningkatkan risiko terkena klamidia di tenggorokan. Gejalanya yaitu sakit tenggorokan, batuk, atau demam. Kemungkinan seseorang membawa bakteri di tenggorokan tanpa mengetahuinya.
Pada perempuan, inilah beberapa gejala klamidia yang paling umum:
- Hubungan seksual yang menyakitkan (dispareunia).
- Keputihan.
- Sensasi terbakar ketika buang air kecil.
- Nyeri di perut bagian bawah.
- Radang serviks (servisitis).
- Pendarahan di antara periode haid.
Pada beberapa perempuan, infeksi bisa menyebar ke saluran tuba, yang mengakibatkan penyakit radang panggul. Radang panggul merupakan keadaan darurat medis. Gejalanya meliputi demam, nyeri panggul yang parah, mual, dan pendarahan vagina abnormal di antara periode.
Klamidia juga bisa menginfeksi rektum dan kemungkinan perempuan tidak mengalami gejala. Namun, jika infeksi benar-benar terjadi, maka gejala yang mungkin muncul di antaranya nyeri dubur, keluarnya cairan, dan pendarahan.
Klamidia bisa diobati dengan antibiotik. Azitromisin merupakan antibiotik yang biasanya diresepkan dalam dosis tunggal yang besar.
Jika tidak diobati, klamidia pada perempuan bisa menyebabkan radang panggul, yang mana infeksinya dapat merusak rahim, leher rahim, dan ovarium. Klamidia yang dibiarkan juga bisa menyebabkan infertilitas.
Laki-laki juga bisa mengalami kompikasi kalau klamidia tidak diobati, misalnya uretritis dan epididimitis. Infeksi juga bisa menyebar ke kelenjar prostat, mengakibatkan demam, hubungan seksual yang menyakitkan, dan sensasi tidak nyaman di punggung bawah.