Ilustrasi trauma. (Pexels/Juan Pablo Serrano Arenas)
Gangguan stres pascatrauma atau post-traumatic stress disorder (PTSD) adalah gangguan yang terjadi karena seseorang melihat atau mengalami kejadian traumatis, seperti bencana alam, peperangan, atau penyerangan. Beberapa orang yang mengalami kejadian seperti itu tidak punya masalah dengan trauma, tetapi beberapa di antaranya mengembangkan PTSD.
Trauma disebut-sebut dapat menyebabkan perubahan pada otak. Sebagai contoh, menurut sebuah laporan dalam jurnal Biological Psychiatry tahun 2018 menemukan bahwa orang-orang dengan PTSD memiliki hipokampus yang lebih kecil, yaitu area pada otak yang terlibat dalam memori dan emosi.
Meski begitu, tidak diketahui apakah mereka memiliki volume hipokampus yang lebih kecil sebelum trauma atau apakah trauma mengakibatkan penurunan volume hipokampus. Diperlukan penelitian lebih lanjut. Orang dengan PTSD juga mungkin punya kadar hormon stres yang tidak normal, yang dapat dapat memicu respons fight or flight secara belebihan.
PTSD membuat penderitanya tidak dapat melupakan atau sebaliknya tidak mau mengingat pengalaman tersebut, serta berpikir negatif terhadap diri sendiri dan sekitarnya.