Abulia: Gejala, Penyebab, Diagnosis, dan Perawatan

Abulia atau aboulia adalah kondisi yang dapat terjadi akibat cedera pada area otak. Kendati abulia dapat muncul dengan sendirinya, sering kali kondisi ini teridentifikasi bersama gangguan lain yang sifatnya neurologis atau psikiatris.
Orang dengan abulia umumnya digambarkan sebagai pribadi dengan motivasi yang rendah. Ini bisa berkorelasi dengan sikap apatis yang terjadi akibat penyakit yang menyerang bagian otak tertentu.
1. Gejala

Terdapat sejumlah gejala khas abulia. Gejala-gejala tersebut mungkin saling berkaitan sehingga menunjukkan kombinasi antara satu dan lainnya. Hal ini mencakup:
- Spontanitas berkurang.
- Masalah secara emosional.
- Kemunculan sifat pasif yang intens.
- Tidak tertarik berpartisipasi pada hal sekitar.
- Berkurangnya minat atau motivasi melakukan sesuatu.
- Berkurangnya minat pada orang lain yang ditandai dengan komunikasi terbatas, interaksi yang minim, bahkan tidak ragu untuk selalu menghindar.
- Senantiasa menunjukkan citra diri yang pendiam atau bungkam secara ekstrem.
- Gerakan fisik cenderung lambat.
- Sulit menyusun rencana dan membuat keputusan.
- Membutuhkan waktu lebih lama hanya untuk untuk mengunyah makanan.
Dilansir Healthline, kasus abulia sering terjadi pada orang tua dengan kondisi lain, seperti gangguan suasana hati atau masalah neurologis. Kondisi ini dipandang sebagai gejala klinis yang rumit. Oleh karenanya, diperlukan lebih banyak penelitian.
2. Penyebab

Penyebab abulia sering kali dikaitkan dengan cedera pada bagian otak tertentu. Sebagian besar cedera terlihat dalam bentuk lesi otak. Area otak yang sering terkena dampaknya, yakni:
- Ganglia basalis.
- Lobus frontal.
- Cingulate gyrus.
- Caudate nucleus.
- Globus pallidus.
Seperti dijelaskan dalam laman Verywell Health, kebanyakan orang yang mengalami dan menunjukkan gejala abulia pernah mengalami salah satu kondisi berikut:
- Penyakit Alzheimer.
- Penyakit Huntington.
- Penyakit Parkinson.
- Demensia frontotemporal.
- Demensia vaskuler
- Stroke.
- Skizofrenia.
Sementara itu, faktor lain yang berkaitan dengan biologis, sosial, dan lingkungan kemungkinan juga dapat berkontribusi.
3. Klasifikasi

Abulia mengacu pada berkurangnya kemauan, dorongan, inisiatif untuk bertindak, berbicara, bahkan berpikir. Menurut Dictionary of Neurological Signs, abulia dikaitkan dengan sindrom hipofungsi. Secara umum kondisi ini terbagi ke dalam dua tipe, yakni:
- Abulia minor (apati): Penderita dengan abulia minor dapat melakukan tindakan dan berpartisipasi dalam suatu aktivitas yang diinisiasi oleh orang lain. Akan tetapi, mereka kesulitan untuk memulai aktivitasnya sendiri. Tanda lainnya adalah berbicara sedikit secara spontan apabila orang lain mengajukan pertanyaan.
- Abulia mayor (akinetic mutism): Penderita abulia mayor cenderung memerlukan perawatan pribadi total karena "keapatisannya" memengaruhi dimensi penting kehidupan, seperti makan dan berbicara.
4. Diagnosis

Ketika kamu merasa orang terdekatmu menunjukkan gejala abulia, sebaiknya konsultasikan dengan dokter agar bisa dilakukan evaluasi dan pemeriksaan lebih lanjut.
Diagnosis abulia mungkin akan memakan waktu yang lebih lama. Sementara itu, diagnosisnya bisa diawali dengan evaluasi riwayat kesehatan pasien secara menyeluruh.
Beberapa tes juga bisa dilakukan, seperti tes pencitraan. CT scan atau pemindaian MRI otak dapat membantu dokter memahami lebih dalam mengenai kondisi otak pasien.
5. Perawatan

Setelah dokter mendiagnosis abulia, langkah selanjutnya adalah menetapkan bentuk perawatan berbasis medis. Umumnya, dokter akan meresepkan obat-obatan tertentu, seperti bromokriptin atau amfetamin.
Opsi perawatan selanjutnya adalah rehabilitasi kognitif. Rehabilitasi kognitif dapat membantu mengoptimalkan keterampilan berpikir. Dokter mungkin akan menyarankan beberapa jenis terapi, termasuk terapi fisik atau terapi keluarga untuk membantu menghalau dampak lain terkait abulia.
Abulia adalah kondisi yang dapat memengaruhi kualitas hidup secara signifikan. Siapa saja yang mengalami abulia perlu memperbaiki masalah yang mendasarinya.