Bladder Pain Syndrome: Penyebab, Gejala, dan Pengobatan

Sindrom ini menimbulkan rasa sakit yang begitu menyiksa!

Menurut laporan dalam International Neurourology Journal tahun 2021 bladder pain syndrome atau sindrom nyeri kandung kemih merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan nyeri suprapubik serta gejala saluran kemih bagian bawah. Sindrom yang bersifat kronis ini memiliki banyak faktor penyebab atau disebut dengan sindrom multifaktorial dan memiliki opsi terapis yang terbatas.

Sindrom ini menurut beberapa literatur memiliki rasa sakit yang teramat sakit bagi penderitanya dan sangat sulit diobati. Tanpa panjang lebar lagi, berikut fakta menarik di balik bladder pain syndrome atau interstitial cystitis.

1. Sering kali bladder pain syndrome sulit didiagnosis karena banyak perubahan definisi terkait sindrom ini 

Bladder Pain Syndrome: Penyebab, Gejala, dan Pengobatanilustrasi bladder pain syndrome (pexels.com/RODNAE Productions)

Sebuah laporan berjudul "CUA guideline: Diagnosis and treatment of interstitial cystitis/bladder pain syndrome" dalam Canadian Urological Association Journal tahun 2016 menyebutkan bahwa banyak yang masih bingung dengan diagnosis sindrom ini karena banyak perubahan definisi dan nomenklatur sejak deskripsi pertama pada tahun 1887 oleh Skene. Sampai pada tahun 2002, National Institute for Diabetes and Digestive and Kidney Diseases (NIDDK) menetapkan kriteria untuk mendefinisikan sindrom ini.

Akan tetapi, kriteria yang dikeluarkan oleh NIDDK dinilai terlalu membatasi bila digunakan pada praktik klinis, penelitian, dan gambaran dari kriterianya yang bersifat homogen. Oleh karena itu, pada tahun yang sama, International Continence Society mendefinisikan bahwa bladder pain syndrome adalah keluhan nyeri suprapubik terkait pengisian kandung kemih disertai dengan gejala lain, seperti peningkatan frekuensi siang dan malam hari, tanpa adanya infeksi saluran kemih yang terbukti atau patologi lain yang jelas.

2. Kebanyakan diidap perempuan

Bladder Pain Syndrome: Penyebab, Gejala, dan Pengobatanilustrasi bladder pain syndrome atau sindrom nyeri kandung kemih (unsplash.com/Sasun Bughdaryan)

Masih bersumber dari laporan dalam jurnal yang sama, dijelaskan tentang tinjauan epidemologi terkait sindrom nyeri kandung kemih. Dalam sebuah studi, diperkirakan bahwa 2,7–6,5 persen atau sekitar 3,3–7,9 juta perempuan di atas usia 18 tahun di Amerika Serikat (AS) memiliki gejala yang konsisten terkait bladder pain syndrome.

Penyakit ini dapat menyerang kedua jenis kelamin, tetapi sekitar 90 persen adalah perempuan, dengan persentase khusus 94 persen memiliki usia rata-rata 40 tahun. Meski begitu, sebanyak 17 kasus bladder pain syndrome juga ditemukan pada laki-laki.

Baca Juga: Ekstrofi Kandung Kemih: Penyebab, Gejala, Komplikasi, dan Pengobatan

3. Butuh diagnosis tepat

Bladder Pain Syndrome: Penyebab, Gejala, dan Pengobatanilustrasi seseorang sedang menjalani pengobatan (pexels.com/JESHOOTS.com)

Merujuk laporan berjudul "Current Understanding and Future Perspectives of Interstitial Cystitis/Bladder Pain Syndrome" dalam International Neurourology Journal tahun 2021, efek terapeutik dari perawatan tidak akan diperoleh jika pada awalnya dokter tidak mengatasi gejala pasien dan menyelidiki penyebabnya.

Terlepas dari kemajuan medis yang ada dengan mengembangkan banyak modalitas pengujian dan biomarker, tidak ada pengobatan yang berhasil tanpa adanya diagnosis yang akurat.

Oleh karena itu, perlunya kepastian diagnosis awal terkait gejala dan penyebab sindrom ini penting agar menghasilkan persentase pemulihan yang tinggi. Disebutkan juga bahwa masa depan bladder pain syndrome tidak akan cerah tanpa tiga langkah berikut:

  • Memahami gejalanya.
  • Mendeteksi temuan abnormal di dalam atau di luar kandung kemih.
  • Memastikan bahwa kelainan tersebut adalah penyebab gejalanya.

Proses diagnosis bladder pain syndrome mungkin termasuk:

  • Riwayat medis dan jurnal harian kandung kemih. Dokter mungkin meminta pasien untuk menjelaskan gejala dan membuat jurnal harian kandung kemih, mencatat volume cairan yang diminum dan volume urine yang dikeluarkan.
  • Pemeriksaan panggul. Dokter akan memeriksa alat kelamin eksternal, vagina, dan leher rahim serta meraba perut untuk menilai organ panggul internal. Dokter juga dapat memeriksa anus dan rektum.
  • Tes urine. Sampel urine dianalisis untuk mengetahui tanda-tanda infeksi saluran kemih.
  • Sistoskopi. Dokter akan memasukkan tabung tipis dengan kamera kecil (sistoskop) melalui uretra untuk melihat lapisan kandung kemih. Dokter juga dapat menyuntikkan cairan ke dalam kandung kemih untuk mengukur kapasitas kandung kemih. Dokter dapat melakukan prosedur bernama hidrodistensi setelah pasien diberikan anestesi membuatnya lebih nyaman.
  • Biopsi. Selama sistoskopi di bawah anestesi, dokter dapat mengambil sampel jaringan (biopsi) dari kandung kemih dan uretra untuk diperiksa di bawah mikroskop. Ini untuk memeriksa kanker kandung kemih dan penyebab nyeri kandung kemih lainnya yang jarang terjadi.
  • Sitologi urine. Dokter mengumpulkan sampel urine dan memeriksa sel untuk membantu menyingkirkan kanker.
  • Tes sensitivitas kalium. Dokter menempatkan (menanamkan) dua solusi, yaitu air dan kalium klorida, ke dalam kandung kemih satu per satu. Pasien akan diminta untuk menilai pada skala 0 sampai 5 mengenai rasa sakit dan urgensi yang dirasakan setelah setiap solusi diberikan. Jika merasakan lebih banyak rasa sakit atau urgensi dengan larutan kalium daripada dengan air, dokter mungkin mendiagnosis interstitial cystitis. Orang dengan kandung kemih yang normal tidak dapat membedakan antara kedua solusi tersebut.

4. Gejala bladder pain syndrome berbeda pada setiap orang

Bladder Pain Syndrome: Penyebab, Gejala, dan Pengobatanilustrasi bladder pain syndrome (unsplash.com/Imani Bahati)

Dilansir Mayo Clinic, gejala maupun tanda dari bladder pain syndrome bervariasi pada setiap orang yang menderitanya. Sindrom ini juga memiliki tanda dan gejala yang kadang kala berubah dari waktu ke waktu, serta bisa muncul berkala sebagai respons terhadap kondisi tubuh penderita.

Hal yang unik ialah, gejala sindrom ini serupa dengan infeksi saluran kemih, tetapi bedanya pada bladder pain syndrome tidak terdapat infeksi. Umumnya, tanda dan gejala bladder pain syndrome meliputi:

  • Nyeri di panggul atau antara vagina dan anus pada perempuan.
  • Nyeri antara skrotum dan anus (perineum) pada pria.
  • Nyeri panggul kronis.
  • Kebutuhan mendesak yang terus-menerus untuk buang air kecil.
  • Sering buang air kecil, sering dalam jumlah kecil, sepanjang hari dan malam (sampai 60 kali sehari).
  • Nyeri atau ketidaknyamanan saat kandung kemih terisi dan lega setelah buang air kecil.
  • Sakit saat berhubungan seks.
  • Tingkat keparahan gejala berbeda untuk setiap orang, dan beberapa orang mungkin mengalami periode tanpa gejala.

5. Meski bisa sembuh dengan sendirinya, rasa sakit bisa dikurangi dengan perawatan mandiri

Bladder Pain Syndrome: Penyebab, Gejala, dan Pengobatanilustrasi bladder pain syndrome (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Sebuah laporan dalam laman WebMD yang ditinjau oleh Sabrina Felson, seorang praktisi tersertifikasi di Veterans Affairs Medical Center Manhattan, AS, menyebutkan bahwa setengah dari jumlah kasus bladder pain syndrome bisa pulih dengan sendirinya. Akan tetapi, sebagian dari penderita sindrom ini membutuhkan perawatan khusus hingga bisa kembali hidup normal.

Perawatan bladder pain syndrome bertumpu pada kontrol gejala penderita berbasis metode trial and error dengan pengobatan awal, menghindari pemicu, dan mengubah pola hidup penderita yang bisa membantu meringankan gejala. Apabila pengobatan awal dirasa tidak atau kurang membantu, maka penderita sindrom ini bisa melakukan treatment sebagai berikut:

  • Latih kembali kandung kemih untuk menahan lebih banyak urine. Misalnya, jika kamu merasa ingin buang air kecil setiap 30 menit, coba tahan hingga 45 menit.
  • Kurangi stres sebab ini bisa menjadi pemicu.
  • Kenakan pakaian yang longgar karena pakaian ketat bisa memberi tekanan pada kandung kemih.
  • Lakukan olahraga berdampak rendah, seperti jalan kaki atau peregangan.
  • Ubah apa yang kamu makan dan minum untuk menghindari pemicu.
  • Jika kamu merokok, berhentilah.

Mungkin banyak dari kita yang merasakan gejala serupa dengan bladder pain syndrome namun bingung untuk melakukan perawatan. Informasi di atas diharapkan bisa membantu kamu yang memiliki gejala serupa dengan bladder pain syndrome. Bila gejala tak kunjung membaik atau malah memburuk, segera konsultasikan ke dokter.

Baca Juga: Kandung Kemih Overaktif: Penyebab, Gejala, Pengobatan

Ahmad Rifai Yusuf Photo Verified Writer Ahmad Rifai Yusuf

Tajam menganalisa, senyap menulis, dan bergerak menyebar.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya