Dokter Yudhi menyebut, di Indonesia ada 36.000 kasus kanker leher rahim dan 20.000 kematian pada 2022. Hampir dari semua pasien yang datang sudah masuk stadium lanjut (3 atau 4), yang prognosisnya buruk dan memakan biaya cukup besar. Sementara dari data BPJS, penanganan perawatan ini mencapai Rp5,9 triliun pada tahun tersebut.
Indonesia berkomitmen melalui Majelis Kesehatan Dunia tentang pentingnya pendekatan holistik dalam upaya pencegahan dan pengendalian kanker dengan mengintegrasikan imunisasi, skirining, dan tata laksana dalam layanan kesehatan remaja, kesehatan seksual reproduksi, pelayanan kesehatan penyakit menular dan tidak menular, serta pentingnya kemitraan nasional, regional dan global yang strategis juga inklusif untuk sektor di luar kesehatan.
Pemerintah juga melakukan skrining untuk perempuan usia 30–69 tahun. Pada 2023, Kemenkes melakukan uji coba di DKI Jakarta untuk program ini, kemudian diperluas pada tahun ini pada 26 kabupaten/kota di 15 provinsi. Rencananya akan diperluas lagi secara nasional sesuai dengan program pemerintah baru.
"Kita sadar diperlukan dukungan berbagai pihak, kementerian/lembaga, lakukan harmonisasi, skrining, tata laksana lesi pra kanker dan kanker sehingga dapat dicapai eliminasi kanker leher rahim yang tinggi dan merata," imbuh dr. Yudhi.