ilustrasi skin prick test untuk membantu mengidentifikasi alergen (foodallergy.org)
Telur adalah salah satu alergen makanan yang paling umum. Orang yang alergi terhadap telur ayam mungkin juga alergi terhadap jenis telur lain, seperti angsa, bebek, kalkun, atau puyuh.
Dalam waktu singkat setelah makan (atau bahkan menyentuh) telur, seseorang mungkin mengalami gejala berikut:
- Reaksi kulit, seperti pembengkakan, ruam, gatal-gatal atau eksem
- Mengi atau kesulitan bernapas
- Hidung berair dan bersin
- Mata merah atau berair
- Sakit perut, mual, muntah atau diare
- Anafilaksis (kurang umum)
Bila mengalami gejala-gejala tersebut, temui ahli alergi. Nantinya, diagnosis dapat ditegakkan dengan tes tusuk kulit dan/atau tes darah.
Dalam tes tusuk kulit, sejumlah kecil cairan yang mengandung protein telur ditempatkan di punggung atau lengan bawah, yang kemudian ditusuk dengan alat kecil yang steril agar cairan meresap ke dalam kulit. Jika timbul bintik kemerahan dalam waktu 15 hingga 20 menit, itu bisa mengindikasikan alergi.
Tergantung pada protein dalam cairan, tes tusuk kulit dapat menentukan apakah alergi terhadap protein putih telur atau protein kuning telur. Alergi terhadap protein putih telur adalah yang paling umum.
Dalam tes darah, sampel darah dikirim ke laboratorium untuk menguji keberadaan antibodi imunoglobulin E terhadap protein telur.
Bila hasil tes tersebut tidak pasti, ahli alergi mungkin akan menyarankan pasien untuk melakukan tantangan makanan. Dengan pengawasan medis, pasien akan makan sedikit telur untuk melihat apakah ada reaksi yang muncul. Karena ada kemungkinan reaksi bisa parah, tes ini dilakukan di tempat praktik dokter atau di klinik dengan staf terlatih, perawatan darurat, dan obat-obatan.
Diet eliminasi makanan juga dapat digunakan untuk menentukan apakah ada alergi. Jika gejala hilang saat telur dihapuskan dari pola makan dan muncul kembali saat telur dimakan lagi, kemungkinan besar itu adalah alergi telur.