Alergi Telur: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatan

Salah satu alergi makanan yang umum pada anak-anak

Alergi telur merupakan salah satu dari alergi makanan yang umum pada anak-anak. Namun, tidak menutup kemungkinan orang dewasa juga mengidap alergi ini. Reaksi alergi muncul setelah seseorang mengonsumsi telur atau atau makanan yang mengandung telur.

Selain usia kanak-kanak, bayi yang masih menyusui juga bisa mengalaminya. Berikut ini informasi lengkap seputar alergi telur yang perlu kita ketahui bersama. Simak, ya!

1. Apa itu alergi telur?

Alergi Telur: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatanilustrasi sarapan dengan telur (pexels.com/Helena Lopes)

Berdasarkan studi dalam jurnal Current Gastroenterology Reports tahun 2018, alergi makanan adalah respons abnormal terhadap makanan yang disebabkan antibodi imunoglobulin E (IgE). Alergi telur adalah salah satu alergi makanan yang paling umum pada masa kanak-kanak.

Ketika seseorang memiliki alergi telur, sistem kekebalan tubuh, yang biasanya melawan infeksi, bereaksi berlebihan terhadap protein dalam telur.

Alergi telur memengaruhi 1-2 persen anak-anak. Sebagian besar reaksi alergi tidak parah, tetapi dapat mengancam jiwa ketika melibatkan gangguan pernapasan dan atau kardiovaskular.

2. Penyebab dan faktor risiko

Alergi Telur: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatanilustrasi telur (pexels.com/kendra coupland)

Untuk semua alergi, sistem kekebalan bereaksi terhadap molekul pemicu alergi tertentu (alergen). Sistem kekebalan tubuh menghasilkan antibodi yang mendeteksi alergen dan menyebabkan reaksi peradangan dan pelepasan zat kimia yang disebut histamin. Histamin menyebabkan gatal-gatal, demam, dan gejala alergi lainnya.

Molekul yang memicu reaksi alergi dapat berupa putih telur atau kuning telur, tetapi alergi terhadap putih telur lebih sering terjadi.

Molekul spesifik dalam telur yang memicu alergi mungkin ada dalam telur ayam dan telur bebek. Oleh karena itu, beberapa orang bisa alergi terhadap telur ayam dan bebek. Ini dikenal sebagai reaksi silang, mengutip Better Health Channel.

Selain itu, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengembangkan alergi telur, yang dilansir Mayo Clinic meliputi:

  • Dermatitis atopik: anak dengan jenis reaksi kulit ini cenderung lebih mungkin untuk mengembangkan alergi makanan dibanding anak-anak yang tidak memiliki kondisi kulit tersebut.
  • Riwayat keluarga: seseorang akan lebih berisiko mengembangkan alergi telur bila salah satu atau kedua orang tua memiliki asma, alergi makanan, atau jenis alergi lainnya, seperti rinitis alergi, urtikaria, atau eksem.
  • Usia: alergi telur paling umum dialami anak. Seiring usia bertambah, sistem pencernaan akan menjadi matang dan reaksi alergi makanan cenderung tidak terjadi.

3. Komplikasi yang dapat terjadi

Alergi Telur: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatanilustrasi gejala alergi (pexels/Sora Shimazaki)

Komplikasi alergi telur yang paling signifikan adalah reaksi alergi parah yang memerlukan injeksi epinefrin dan perawatan darurat.

Reaksi sistem kekebalan yang sama yang menyebabkan alergi telur juga dapat menyebabkan kondisi lain. Jika kamu atau anak memiliki alergi telur, kamu maupun anak mungkin lebih berisiko mengalami:

  • Alergi terhadap makanan lain, seperti susu, kedelai, atau kacang tanah
  • Alergi terhadap bulu hewan peliharaan, tungau debu, atau serbuk sari rumput
  • Reaksi alergi kulit seperti dermatitis atopik
  • Asma, yang pada gilirannya meningkatkan risiko reaksi alergi parah terhadap telur atau makanan lain

Baca Juga: 5 Cara untuk Tes Apakah Kamu Punya Alergi, Manual sampai Tes Dokter

4. Gejala

Alergi Telur: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatanilustrasi gejala alergi (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Menurut sebuah laporan dalam International Journal of Molecular Sciences tahun 2020, alergi telur terjadi ketika tubuh bereaksi berlebihan terhadap protein yang ditemukan dalam putih telur dan kuning telur. Empat protein utama dalam putih telur menjadi penyebab alergi yang lebih banyak dibanding protein pada kuning telur.

Menurut keterangan dari American College of Allergy, Asthma & Immunology, gejala dari reaksi alergi telur meliputi:

  • Muntah
  • Kram perut
  • Gangguan pencernaan
  • Diare
  • Mengi
  • Napas pendek, sulit bernapas
  • Batuk berulang
  • Rasa sesak di tenggorokan, suara serak
  • Denyut nadi lemah
  • Kulit pucat atau kebiruan
  • Biduran
  • Pembengkakan, yang bisa memengaruhi lidah dan/atau bibir
  • Pusing
  • Kebingungan

Bila kamu atau anak mengalami beberapa gejala di atas, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter, terutama ahli alergi.

Reaksi alergi yang parah dapat menyebabkan anafilaksis, kondisi darurat yang mengancam jiwa yang memerlukan suntikan epinefrin (adrenalin) segera dan perjalanan ke ruang gawat darurat. Tanda dan gejala anafilaksis meliputi:

  • Penyempitan saluran udara, termasuk tenggorokan yang bengkak atau benjolan di tenggorokan yang membuat pasien sulit bernapas
  • Sakit perut dan kram
  • Denyut nadi cepat
  • Syok, dengan penurunan tekanan darah yang parah yang dirasakan sebagai pusing, atau kehilangan kesadaran

5. Diagnosis

Alergi Telur: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatanilustrasi skin prick test untuk membantu mengidentifikasi alergen (foodallergy.org)

Telur adalah salah satu alergen makanan yang paling umum. Orang yang alergi terhadap telur ayam mungkin juga alergi terhadap jenis telur lain, seperti angsa, bebek, kalkun, atau puyuh.

Dalam waktu singkat setelah makan (atau bahkan menyentuh) telur, seseorang mungkin mengalami gejala berikut:

  • Reaksi kulit, seperti pembengkakan, ruam, gatal-gatal atau eksem
  • Mengi atau kesulitan bernapas
  • Hidung berair dan bersin
  • Mata merah atau berair
  • Sakit perut, mual, muntah atau diare
  • Anafilaksis (kurang umum)

Bila mengalami gejala-gejala tersebut, temui ahli alergi. Nantinya, diagnosis dapat ditegakkan dengan tes tusuk kulit dan/atau tes darah.

Dalam tes tusuk kulit, sejumlah kecil cairan yang mengandung protein telur ditempatkan di punggung atau lengan bawah, yang kemudian ditusuk dengan alat kecil yang steril agar cairan meresap ke dalam kulit. Jika timbul bintik kemerahan dalam waktu 15 hingga 20 menit, itu bisa mengindikasikan alergi.

Tergantung pada protein dalam cairan, tes tusuk kulit dapat menentukan apakah alergi terhadap protein putih telur atau protein kuning telur. Alergi terhadap protein putih telur adalah yang paling umum.

Dalam tes darah, sampel darah dikirim ke laboratorium untuk menguji keberadaan antibodi imunoglobulin E terhadap protein telur.

Bila hasil tes tersebut tidak pasti, ahli alergi mungkin akan menyarankan pasien untuk melakukan tantangan makanan. Dengan pengawasan medis, pasien akan makan sedikit telur untuk melihat apakah ada reaksi yang muncul. Karena ada kemungkinan reaksi bisa parah, tes ini dilakukan di tempat praktik dokter atau di klinik dengan staf terlatih, perawatan darurat, dan obat-obatan.

Diet eliminasi makanan juga dapat digunakan untuk menentukan apakah ada alergi. Jika gejala hilang saat telur dihapuskan dari pola makan dan muncul kembali saat telur dimakan lagi, kemungkinan besar itu adalah alergi telur.

6. Pencegahan reaksi alergi

Alergi Telur: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatanilustrasi membaca label makanan (pexels.com/Gustavo Fring)

Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah reaksi alergi serta mencegahnya memburuk bila muncul, yaitu:

  • Baca kemasan produk makanan yang akan dibeli. Beberapa orang bereaksi terhadap makanan dengan sedikit kandungan telur.
  • Hati-hatilah saat makan di restoran. Tanyakan kepada staf atau koki bila ada kandungan protein telur dalam makanan.
  • Pakai gelang atau kalung alergi, yang mana ini penting bila kamu atau anak mengalami reaksi alergi parah dan tidak dapat memberi tahu pengasuh atau orang lain apa yang terjadi.
  • Beri tahu pengasuh anak tentang alergi telurnya. Bicaralah dengan babysitter, guru, kerabat, atau pengasuh anak tentang alergi telur. Ini penting untuk mencegah mereka secara tidak sengaja memberikan produk yang mengandung telur kepada anak. Pastikan juga mereka memahami apa yang harus dilakukan dalam keadaan darurat.
  • Bila sedang menyusui, hindari telur. Bila anak memiliki alergi telur, ia mungkin bereaksi terhadap protein yang terbawa ke dalam ASI.

Selain itu, makanan yang dilabeli "egg-free" atau "bebas telur" mungkin masih bisa mengandung protein telur. Bila ragu, kontak produsen produk.

Beberapa produk yang dapat mengandung telur dapat meliputi:

  • Marshmallow
  • Mayones
  • Meringue
  • Aneka kue
  • Makanan yang dilapisi tepung roti
  • Marzipan
  • Frosting
  • Daging olahan seperti meatloaf dan meatball
  • Puding dan custard
  • Salad dressing
  • Pasta
  • Foam pada kopi
  • Pretzel

Beberapa istilah yang mengindikasikan bahwa produk telur digunakan dalam pembuatan makanan olahan, antara lain:

  • Albumin
  • Globulin
  • Lecithin
  • Livetin
  • Lysozyme
  • Vitellin
  • Apa pun yang dimulai dengan "ova" atau "ovo", seperti ovalbumin atau ovoglobulin

Sumber paparan potensial lainnya adalah kontaminasi silang dalam hidangan atau makanan yang disiapkan di rumah, terutama saat kamu atau anak makan di rumah orang lain di mana mereka mungkin tidak menyadari risikonya.

7. Pengobatan

Alergi Telur: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatanilustrasi obat-obatan (IDN Times/Aditya Pratama)

Satu-satunya cara untuk mencegah gejala alergi telur adalah dengan menghindari telur atau produk telur. Beberapa orang dengan alergi telur mungkin dapat menoleransi makanan yang mengandung telur yang dimasak dengan baik, seperti makanan yang dipanggang.

Obat-obatan seperti antihistamin dapat mengurangi tanda dan gejala alergi telur ringan. Obat ini bisa diminum setelah terpapar telur. Akan tetapi, obat-obatan ini tidak efektif untuk mencegah reaksi telur anafilaksis atau untuk mengobati reaksi parah.

Selain itu, beberapa pasien mungkin butuh membawa injektor epinefrin darurat setiap saat. Anafilaksis membutuhkan suntikan epinefrin, perjalanan ke ruang gawat darurat, dan observasi untuk memastikan gejala tidak kembali.

Pelajari cara menggunakan autoinjector. Jika anak memilikinya, pastikan pengasuh anak mengetahui cara menggunakannya dan kapan perlu digunakan. Ganti autoinjector sebelum tanggal kedaluwarsa.

Kebanyakan anak akhirnya mengatasi alergi telur. Bicarakan dengan dokter tentang frekuensi pengujian untuk melihat apakah telur masih menimbulkan gejala. Baiknya tidak menguji reaksi anak terhadap telur di rumah, terutama bila anak pernah mengalami reaksi parah terhadap telur di masa lalu. Lakukanlah dengan dokter.

Demikianlah informasi seputar alergi telur. Bila kamu atau anak curiga atau menunjukkan gejala yang mengarah ke alergi telur, sebaiknya periksakan ke dokter. Pemeriksaan secara menyeluruh akan membantu dokter mendiagnosisnya dan memberikan pengobatan yang tepat.

Baca Juga: 8 Cara Mencegah Alergi Debu Kambuh, Bukan Cuma Rajin Bersih-bersih

rohimah mega Photo Writer rohimah mega

Bermain dengan aksara

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya