8 Faktor Umum Penyebab False Positive pada Tes Kehamilan

Bisa jadi ini merupakan tanda penyakit

Kebanyakan pasangan yang sudah berkeluarga ingin menimang momongan. Setelah berusaha, saatnya mengetes dengan test pack atau tes kehamilan mandiri. Layaknya tes urine, tes ini mendeteksi hormon human chorionic gonadotropin (hCG).

Test pack memang diketahui punya tingkat akurasi tinggi, tetapi bukan berarti tidak bisa salah. Selain menunjukkan hasil negatif yang salah (false negative), tes kehamilan juga bisa menunjukkan hasil positif yang salah (false positive).

Perlu diketahui dan diwaspadai, inilah beberapa faktor umum mengapa tes kehamilan bisa menunjukkan hasil false positive.

1. Kehamilan kimiawi

8 Faktor Umum Penyebab False Positive pada Tes Kehamilanilustrasi pemeriksaan prenatal pada ibu hamil (pexels.com/MART PRODUCTION)

Dilansir Healthlinefalse positive pada tes kehamilan bisa menandakan kehamilan kimiawi (chemical pregnancy). Ini adalah kondisi saat sel telur yang dibuahi atau embrio tidak dapat tertanam atau tumbuh. Dengan kata lain, kehamilan kimiawi akhirnya berakhir pada keguguran.

Beberapa gejala kehamilan kimiawi yang diterangkan di laman WebMD adalah:

  • Menstruasi yang lebih deras dari biasanya.
  • Kram akibat menstruasi yang lebih intens dari biasanya.
  • Tingkat hCG terdeteksi (meski rendah).
  • Minimnya gejala kehamilan umum seperti mual di pagi hari atau nyeri payudara meski tes kehamilan "positif".

Mengapa bisa terjadi? Penyebab pastinya tidak diketahui. Akan tetapi, ada beberapa faktor yang bisa memengaruhi terjadinya kehamilan kimiawi, seperti:

  • Gangguan hormon.
  • Kelainan genetik pada embrio.
  • Berat badan calon ibu hamil rendah.

Sementara umum di dunia kedokteran, hasil false positive dan kehamilan kimiawi bisa membuat keluarga, terutama ibu hamil, sedih. Oleh karena itu, calon ibu lebih baik menunda satu minggu setelah menstruasi untuk tes kehamilan.

2. Habis keguguran atau aborsi

Meski baru mengalami keguguran atau aborsi, tes kehamilan masih bisa menunjukkan hasil false positive. Saat hamil, hCG terus naik bahkan sebelum plasenta terbentuk. Mengutip Medical News Today, tingkat hCG akan turun minimal 5 hari pascaaborsi. Bukan tidak mungkin hCG terdeteksi di darah dan urine hingga 6 minggu kemudian.

Selain itu, jika keguguran terjadi tiba-tiba, bukan tidak mungkin jaringan yang tersisa tidak terbuang seluruhnya. Akibatnya, selain gejala-gejala seperti demam atau pendarahan, tingkat hCG tetap naik.

Oleh karena itu, tes ultrasonografi (USG) diperlukan untuk mendeteksi. Jika memang ada jaringan tersebut, pasien perlu menjalani prosedur pembedahan dilatasi dan kuretase (D&C).

3. Kesalahan pengguna

8 Faktor Umum Penyebab False Positive pada Tes Kehamilanilustrasi test pack, alat tes kehamilan (pixabay.com/JuliaFiedler)

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, meski akurat, tidak jarang calon ibu menggunakan tes kehamilan tidak dengan cara yang benar. Oleh karena itu, sebelum menggunakan tes kehamilan, pastikan langkah-langkah tes kehamilan diikuti dan cek tanggal kedaluwarsa test pack.

Salah satu kesalahan paling umum adalah mengetes kehamilan terlalu dini. Selain itu, tes kehamilan seharusnya dilakukan saat urine tidak terlalu encer (mengandung terlalu banyak air). Jadi, waktu paling baik adalah saat urine sedang pekat (seperti saat baru bangun tidur).

Lalu, durasi pencelupan tes kehamilan dalam urine juga amat penting. Gunakan timer sehingga kamu tidak meninggalkan tes kehamilan dalam urine terlalu lama. Selain itu, gunakan timer sambil menunggu hasil. Intinya, pengaturan waktu juga tak kalah penting.

4. Kesalahan baca garis evaporasi

8 Faktor Umum Penyebab False Positive pada Tes Kehamilanilustrasi garis evaporasi pada tes kehamilan (miracare.com)

Sudah banyak calon ibu yang bisa membaca hasil test pack. Saat hCG terdeteksi, tes kehamilan akan menunjukkan dua garis (positif), sementara jika tak terdeteksi, tes akan menunjukkan satu garis (negatif). Garis-garis ini biasanya berwarna merah muda, merah, atau biru.

Dilansir Medical News Today, ada peringatan bahwa jika lewat dari durasi yang ditentukan, hasil false positive bisa terlihat. Meski begitu, dua garis tersebut (terutama bila tidak berwarna) sebenarnya adalah garis evaporasi yang tersisa dari urine yang menguap setelah beberapa waktu.

Jadi, bagaimana agar tidak terjadi? Ikuti instruksi dan waktu yang dianjurkan sesuai instruksi produk test pack agar hasilnya akurat.

Baca Juga: 6 Kandungan Makanan Ini Bikin Cepat Hamil, Rata-rata dalam 1 Bulan

5. Kehamilan ektopik

Saat sel telur yang dibuahi bisa menanam dirinya sendiri di luar uterus, fenomena yang umumnya disebut kehamilan luar rahim (ektopik). Fenomena kehamilan ektopik adalah kondisi medis yang serius dan harus segera ditangani.

Kehamilan ektopik biasanya terjadi karena embrio tersangkut di tuba falopi saat sedang bergerak ke uterus, atau kehamilan tuba. Selain itu, kehamilan ektopik bisa terjadi di serviks, ovarium, atau rongga perut. Beberapa gejala kehamilan ektopik mencakup:

  • Rasa sakit yang menusuk di perut, pinggang, bahu, atau leher.
  • Rasa sakit yang dahsyat di satu sisi perut.
  • Pendarahan vagina yang ringan hingga intens.
  • Pusing hingga pingsan.
  • Sensasi tekanan pada rektum.

Meski tertanam di tempat yang salah, embrio tersebut akan masih memproduksi hCG. Inilah yang menyebabkan false positive pada tes kehamilan.

Sementara kehamilan ektopik bisa terjadi, ada beberapa hal yang bisa menyebabkan hasil false positive, seperti:

  • Jaringan parut atau inflamasi pada tuba falopi.
  • Kelainan keturunan atau deformasi tuba falopi.
  • Riwayat pembuahan in vitro (IVF).
  • Riwayat pembedahan uterus atau tuba falopi.
  • Riwayat infeksi uterus.
  • Riwayat kehamilan ektopik.

Karena kehamilan ektopik adalah kondisi darurat medis, maka perlu segera ditangani karena bisa berakibat fatal.

6. Kehamilan molar

8 Faktor Umum Penyebab False Positive pada Tes Kehamilanilustrasi kehamilan (freepik.com/serhii_bobyk)

Kehamilan molar (hydatidiform mole) adalah kondisi pertumbuhan tumor di uterus karena pertumbuhan jaringan plasenta yang abnormal. Dalam kehamilan molar komplet, tidak ada embrio atau plasenta wajar yang terdeteksi, sementara dalam kehamilan molar parsial, masih ada jaringan janin pada tumor molar. Beberapa gejala kehamilan molar adalah:

  • Pendarahan vagina di tiga bulan pertama kehamilan.
  • Mual dan muntah.
  • Preeklamsia.
  • Kadar hCG tinggi.
  • Pembengkakan perut yang tak normal.
  • Tak ada pergerakan atau detak jantung janin saat menjalani USG.
  • Kista berukuran seperti anggur keluar dari vagina.

Saat kehamilan molar terjadi, tingkat hCG ikut meningkat, sehingga menyebabkan hasil tes kehamilan false positive. Seperti kehamilan ektopik, kondisi kehamilan molar perlu tindakan pembedahan agar tidak membahayakan pasien.

7. Kondisi medis lainnya

Meski jarang, beberapa kondisi medis juga bisa menyebabkan tes kehamilan menunjukkan hasil false positive. Selain kehamilan molar dan ektopik, beberapa kondisi medis yang bisa menyebabkan false positive adalah:

  • Kanker (ovarium, kandung kemih, ginjal, lever, paru-paru, usus besar, payudara, dan perut).
  • Phantom hCG (antibodi mengganggu hasil tes kehamilan).
  • Kista ovarium.
  • Gangguan ginjal.
  • Infeksi saluran kemih.
  • Gangguan kelenjar pituitari dan hormon.

8. Efek samping pengobatan

8 Faktor Umum Penyebab False Positive pada Tes Kehamilanilustrasi obat-obatan (unsplash.com/hikendal)

Jika kehamilan juga diintervensi secara medis, pasien juga kemungkinan besar menerima terapi obat kesuburan, seperti pemicu hCG yang membantu pelepasan sel telur yang matang. Inilah yang menyebabkan hasil tes kehamilan menunjukkan hasil false positive.

Selain pemicu hCG, beberapa pengobatan lain juga bisa menyebabkan hasil false positive pada tes kehamilan. Obat-obatan tersebut antara lain:

  • Kemoterapi.
  • Injeksi hydroxychloroquine.
  • Obat kecemasan (anxiety) seperti diazepam atau alprazolam.
  • Antipsikotik seperti clozapine atau chlorpromazine.
  • Antikonvulsan seperti phenobarbital atau barbiturat lainnya.
  • Obat penyakit Parkinson.
  • Obat diuretik.
  • Antihistamin.
  • Metadon.

Tes kehamilan memang 99 persen sensitif dalam mendeteksi kehamilan. Namun, bukan tidak mungkin terjadi hasil false positive. Oleh karena itu, tes kehamilan perlu dilakukan pada waktu yang tepat dan dengan langkah yang benar.

Apa pun hasilnya, baik hasil positif atau negatif, sebaiknya konsultasikan ke dokter spesialis kebidanan dan kandungan. Dengan pemeriksaan USG jika memang positif hamil, janin akan terlihat, sementara false positive tak akan memperlihatkan apa pun. Apa pun hasilnya, jangan berkecil hati dan tetap berusaha!

Baca Juga: Unik, Ini 7 Metode Tes Kehamilan pada Zaman Dahulu

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya