Varian Omicron BA.2.75 Terdeteksi di India, Tetap Waspada!

Bisa menghindar dari imunitas?

Sudah hampir tiga tahun kita berperang melawan pandemik COVID-19, dan saat ini, dunia tengah memerangi varian B.1.1.529 (Omicron) dan subvariannya (terutama BA.4/BA.5). Tidak hanya lebih cepat menular, Omicron dan subvariannya juga diketahui bisa menghindari sistem imun, dari riwayat infeksi SARS-CoV-2 hingga vaksinasi.

Berita buruknya tidak sampai di situ. Layaknya makhluk hidup, Omicron pun bermutasi untuk bisa tetap eksis. Subvarian Omicron BA.2 yang sempat menghantui dunia kembali bermutasi menjadi BA.2.75. Apa saja yang perlu kita ketahui?

1. Terdeteksi di India, hadir di 7 negara

Varian Omicron BA.2.75 Terdeteksi di India, Tetap Waspada!ilustrasi virus (IDN Times/Aditya Pratama)

Dalam utas Twitter-nya, peneliti Israel Dr. Shay Fleishon bersama Sheba Medical Center (https://www.shebaonline.org) mengumumkan penemuan BA.2.75 di 10 negara bagian India. Meski begitu, Kementerian Kesehatan India sampai saat ini belum mengonfirmasi deteksi subvarian tersebut.

"Apakah BA.2.75 mengkhawatirkan? Iya. Karena ini bisa menjadi bahaya di masa depan," tulis Dr. Shay.

Omicron dan subvariannya pertama kali terdeteksi di Afrika bagian selatan pada November 2021. Untuk pertama kalinya, generasi kedua subvarian Omicron terdeteksi bukan di negara asalnya, melainkan di kawasan lain.

"Fakta bahwa varian generasi kedua yang berbeda bisa terlihat di kawasan lain amat mengkhawatirkan. Ini berarti bahwa jika BA.2.75 sirna (atau tidak sirna), generasi kedua lainnya akan tumbuh lebih ganas seiring waktu," papar Dr. Shay.

Selain 10 negara bagian India, menurut data Nextstrain, sebanyak 85 sekuens BA.2.75 juga terdeteksi di 7 negara lainnya, seperti:

  • Jepang (1 kasus)
  • Jerman (2 kasus)
  • Inggris (6 kasus)
  • Kanada (2 kasus)
  • Amerika Serikat (2 kasus)
  • Australia (1 kasus)
  • Selandia Baru (2 kasus)

Baca Juga: 4 Cara Mencegah Omicron BA.4 dan BA.5 di Indonesia

2. Mutasi pada BA.2.75

Menurut temuan Indian SARS-CoV-2 Genomics Consortium (INSACOG), BA.2.75 memiliki 80 mutasi. Sebagai perbandingan, varian BA.2 (yang disebut memiliki mutasi terbanyak di kalangan SARS-CoV-2) punya 60 mutasi.

Dalam utasnya, Bloom Lab di bawah naungan institut penelitian Fred Hutch di Amerika Serikat (AS) menelaah mutasi BA.2.75 lebih jauh. Dari seluruh mutasi tersebut, Bloom Lab mengatakan bahwa ada dua yang harus diwaspadai:

  • G446S: Bisa menghindari imunitas dari riwayat infeksi COVID-19.
  • R493Q: Meningkatkan kemampuan virus untuk menempel ke ACE2.

Meski terdengar mengkhawatirkan, Bloom Lab mengatakan bahwa G446S tidak berdampak signifikan pada mereka yang sudah pernah terkena breakthrough infection (terinfeksi SARS-CoV-2 sesudah divaksinasi) varian BA.1. Meski begitu, BA.2.75 masih harus tetap diwaspadai.

"BA.2.75 bisa menghindari antibodi, mirip dengan kemampuan BA.4/BA.5, sehubungan dengan vaksin saat ini," cuit Bloom Lab.

3. BA.2.75 juga punya saudara

Dilansir Times of India, BA.2.75 juga memiliki "saudara", yaitu BA.2.74 dan BA.2.76. Menurut para peneliti dari INSACOG, ketiga varian ini lebih "andal" dan mudah menular dibanding varian BA.5, dan adalah "dalang" di balik kenaikan kasus di India bersama subvarian BA.2.38 yang ditemukan pada pertengahan Juni 2022.

"Turunan baru BA.2 ini telah menggantikan BA.2 yang dominan, sehingga lebih andal dan mudah menular. Inilah alasan reinfeksi dan breakthrough infection BA.2 terjadi di India," tutur peneliti dari INSACOG.

Selama 10 hari terakhir, data GISAID mencatat sebanyak 298 kasus BA.2.76, 216 kasus BA.2.74, dan 46 kasus BA.2.75 terlihat di India. First Post melansir bahwa India tengah kewalahan dengan kenaikan kasus COVID-19, dan pada Minggu (3/7/2022), tercatat 16.103 kasus baru.

"Untungnya, subvarian ini adalah turunan dari BA.2, yang mana kami telah memperoleh proteksi lintas varian dan imunitas sel T dari gelombang pandemik ke-3," imbuh INSACOG.

Varian Omicron BA.2.75 Terdeteksi di India, Tetap Waspada!ilustrasi SARS-CoV-2 dalam satu tetes droplet (pixabay.com/geralt)

Menurut para peneliti dari Department of Biotechnology di bawah naungan Kementerian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi India, hingga saat ini kurang dari 100 kasus BA.4 dan BA.5 terdeteksi di India. Oleh karena itu, turunan BA.2 ini kemungkinan besar menjadi penyebabnya.

"Saat kami menguji sampel lama BA.2, kami menemukan BA.2.74 dan BA.2.75 serta profil mutasi uniknya, yang belum menjalani sekuens sampai baru-baru ini," ujar para peneliti dari Department of Biotechnology.

Apakah BA.2.75 akan jadi dominan? Belum diketahui. Hingga saat ini, gejala, efektivitas vaksin COVID-19, dan keparahan (risiko rawat inap dan mortalitas) BA.2.75 masih belum jelas karena kasus BA.2.75 masih minim. Meski begitu, subvarian ini harus tetap dipantau untuk mencegah ledakan kasus skala global.

Baca Juga: Moderna Klaim Vaksin Terbarunya Ampuh Lawan BA.4 dan BA.5, Hore!

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya