TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

7 Alasan Kenapa Long COVID Juga Harus Diwaspadai

Bisa berujung pada masalah gangguan mental bahkan kematian

ilustrasi long COVID (scientificamerican.com)

Infeksi virus corona SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 memang bisa berbahaya. Bukan cuma ada risiko kematian, tetapi para penyintas pun mesti bersiap dengan dampak jangka panjangnya. Fenomena ini disebut dengan long COVID, yaitu gejala yang berlangsung selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan setelah infeksi hilang.

Apakah long COVID-19 perlu diwaspadai? Apakah bisa berbahaya? Bagaimana membedakannya dengan reinfeksi COVID-19? Bagaimana penanganannya? Lewat Health Talk yang disiarkan langsung di Instagram IDN Times pada Kamis (2/9/2021), dr. Decsa Medika H, SpPD menjawabnya. Simak informasinya berikut ini!

1. Long COVID bisa dirasakan di seluruh tubuh, bukan cuma pernapasan

ilustrasi seseorang terkena long COVID (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Dokter Decsa menjelaskan bahwa long COVID adalah masalah kesehatan yang terjadi pasca infeksi COVID-19, yang mana para penyintasnya masih merasakan gejala serupa maupun gejala baru. Gejala long COVID yang paling umum berhubungan dengan pernapasan.

“Sesak napas, batuk-batuk, itu gejala paling umum dari long COVID. Akan tetapi long COVID juga bisa dirasakan di berbagai bagian badan. Tidak hanya itu, long COVID juga tidak terbatas pada mereka yang sudah tua, tetapi juga yang masih muda,” kata dr. Decsa.

Baca Juga: 1 dari 7 Pasien COVID-19 Anak dan Remaja Berisiko Mengalami Long COVID

2. Tidak semua penyintas COVID-19 akan mengalami long COVID

ilustrasi remaja terkena long COVID (theconversation.com)

Jangan langsung beranggapan kalau kamu pernah positif COVID-19, lantas kamu juga merasakan long COVID. Dalam obrolan sore itu, dr. Decsa menyebut tidak semua orang merasakan fenomena kesehatan tersebut. Umumnya mereka yang memiliki penyakit komorbid macam diabetes dan lainnya adalah yang sering mengalaminya.

Untuk lamanya long COVID-19 pun bisa berbeda-beda pada tiap orang.

“Rata-rata long COVID bertahan tiga bulan, tapi ada juga yang bisa sampai 12 bulan,” komentarnya.

3. Long COVID bisa berbahaya untuk diri sendiri maupun sosial

ilustrasi long COVID (scientificamerican.com)

Long COVID perlu diwaspadai karena bisa berbahaya bagi diri sendiri maupun sosial. Kata dr. Decsa, long COVID bisa memunculkan gejala hingga penyakit baru yang sebelumnya tak pernah ada, misalnya tiba-tiba terkena stroke atau tingkat gula darah tinggi padahal sebelumnya tidak ada riwayat diabetes. Bahkan, bisa berhubungan dengan gangguan mental.

“Itu karena long COVID bisa memengaruhi otak juga. Ada empat pasien saya yang sebelumnya tidak ada riwayat masalah gangguan mental, setelah COVID-19 malah dapat,” dr. Decsa bercerita.

Akibat masalah-masalah baru tersebut, orang-orang dengan long COVID pun kesulitan untuk menjalani aktivitas sehari-hari.

“Badannya lemas terus, susah ngomong. Kalau ngomong terbata-bata. Susah konsentrasi pula. Ada yang anosmia. Bayangkan kalau itu terjadi pada mereka yang profesinya koki. Mereka jadi tidak bisa bekerja,” ujarnya.

Untuk beberapa kasus, long COVID dapat merendahkan sistem imun, bikin mudah sakit, bahkan bisa menyebabkan kematian.

4. Ada penjelasan mengapa long COVID bisa dirasakan di banyak bagian tubuh

ilustrasi long COVID (newsroom.uw.edu)

COVID-19 memang menyerang pernapasan, tetapi bukan berarti organ tubuh lain tidak merasakan imbasnya. Dokter spesialis itu memberikan penjelasan mengapa fenomena itu bisa terjadi.

Dia menyebut dalam memerangi COVID-19, tubuh akan menjalankan sistem imun untuk melawan infeksi virus tersebut. Peperangan akan terjadi antara virus dan sistem imun, dan perang ini akan berlangsung di berbagai area pada tubuhmu. Lokasi peperangan itu sedikit banyak akan mendapat kerusakan. Kerusakan inilah yang saat ini kamu rasakan sebagai gejala long COVID di berbagai tubuh.

5. Sulit untuk membedakan long COVID dengan reinfeksi COVID-19 atau penyakit lain

ilustrasi seorang pasien COVID-19. (ANTARA FOTO/REUTERS/Marko Djurica)

Masalah lainnya dengan long COVID adalah kadang sulit dibedakan, apakah itu gejala long COVID, reinfeksi, atau penyakit lain. Untuk cara mengenalinya sendiri, dr. Decsa juga mengatakan bahwa ini memang bisa menyulitkan dan memastikannya harus dengan konsultasi dokter.

“Harus dilihat dulu riwayat kesehatannya. Kalau pertama sudah pernah terkena COVID-19, maka asumsi pertama jelas long COVID. Setelah itu bisa dilakukan diagnosis banding. Pada dasarnya, kamu perlu memerlukan pemeriksaan tambahan ke dokter dan tidak bisa didiagnosis sendiri. Kalau yang punya komorbid, ada baiknya melakukan medical checkup tiap satu bulan sekali untuk memastikan keadaannya,” dr. Decsa menerangkan.

6. Jangan khawatir, long COVID bisa diatasi

ilustrasi olahraga kala pandemik (news18.com)

Cara mencegah long COVID utamanya adalah dengan mencegah terpapar COVID-19. Meski long COVID tidak benar-benar bisa dicegah, tetapi sebagian besar kasusnya bisa hilang sendiri asalkan menerapkan pola hidup sehat atau mematuhi anjuran dokter.

“Biasanya akan sembuh sendiri dalam waktu tiga bulan. Selama itu, si penderita haru mendapatkan makanan yang bergizi, tidur yang baik, tidak stres, serta menjalankan aktivitas fisik. Aktivitas fisik tidak selalu harus dengan olahraga. Berjalan kaki dengan jarak tertentu sudah sangat cukup,” dr. Decsa berpesan.

Untuk kasus long COVID yang lebih parah dan spesifik, terapi dari dokter spesialis sangat diperlukan.

Baca Juga: Long COVID, 6 Fakta Efek Jangka Panjang pada Pasien yang Telah Sembuh

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya