TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Fakta D-dimer, Indikator Mortalitas dari Pasien COVID-19

Berbahaya kalau tinggi

thailandmedical.news

Istilah baru terus bermunculan terkait COVID-19. Salah satunya adalah D-dimer, istilah yang "naik daun" berawal dari unggahan blog Dahlan Iskan, yang merupakan penyintas COVID-19.

Ia menceritakan bahwa pemeriksaan D-dimer dirinya dulu mencapai 2.600 ng/ml, padahal batas maksimal D-dimer adalah 500 ng/ml.

Dikatakan pula bahwa pasien COVID-19 yang tutup usia kebanyakan memiliki angka D-dimer yang tinggi. Sebetulnya apa, sih, D-dimer, itu? Berikut ini penjelasannya.

1. D-dimer adalah protein yang ada dalam darah

walkinlab.com

Dari berbagai sumber, D-dimer adalah bagian dari protein yang ada dalam tubuh kita dan muncul saat pembekuan darah.

Contoh sederhananya adalah kondisi saat terluka. Sesaat setelah terluka, kamu akan mengalami perdarahan, tetapi setelah itu akan berhenti apabila luka itu dan tubuhmu normal. D-dimer inilah yang dihitung, diamati, dan dipergunakan untuk melihat apakah kondisi pembekuan darah mengalami kelainan atau tidak. 

Baca Juga: Kenali Polisitemia Vera, Kanker Darah yang Bisa Bikin Darah Membeku

2. D-dimer menjadi prediktor mortalitas pasien COVID-19

medcarespain.com

Dalam pemeriksaan COVID-19, D-dimer juga dijadikan acuan kesehatan pasien lantaran D-dimer berhubungan erat dengan reaksi imunitas.

Saat terinfeksi COVID-19, tubuh seseorang akan mengalami pembekuan darah atau koagulopati pada pembuluh vena. Ini merupakan akibat dari reaksi imunitas. Jika infeksi parah, maka angka D-dimer pun meningkat.

“Ada tiga faktor yang berpengaruh pada kecenderungan terbentuknya bekuan darah. Satu, faktor kerusakan pembuluh darah, seperti peradangan dan infeksi. Kedua, faktor aliran darah yang tidak lancar seperti pada orang yang bed rest lama, imobilisasi, atau gagal jantung.

"Lalu ketiga, kecenderungan darah sendiri untuk membeku. Contoh kasusnya adalah kehamilan, kekurangan faktor pengencer darah tertentu, dan lain sebaginya,” terang internis dr. RA Adaninggar, SpPd, seorang praktisi kesehatan dan edukator.

3. Saat D-dimer terlalu tinggi, ada kemungkinan pasien mengalami penggumpalan darah

epmonthly.com

Kamu tahu sendiri bagaimana cairnya darah. Ia berbentuk seperti itu agar mudah dialirkan ke seluruh tubuh demi memberi asupan oksigen.

Ketika membeku, darah pun menjadi benda padat yang tidak bisa dialirkan lagi, yang berarti asupan oksigen menjadi berkurang. Jika sudah seperti ini, jantung yang sangat memerlukan oksigen pun mulai kehilangan fungsinya dan ini mengakibatkan gangguan pada organ lain, termasuk paru-paru. Inilah mengapa D-dimer menjadi indikator tingkat bahaya infeksi pada pasien COVID-19.

Ibaratnya seperti bendungan yang bertugas mengairi sawah. Jika aliran air pada bendungan tiba-tiba bermasalah, seperti akibat penumpukan sampah, maka air pun tidak bisa didapatkan oleh sawah dan berakhir mengalami kekeringan. D-dimer adalah penilai seberapa parah sampah-sampah tersebut tertumpuk.

“Semakin berat gejala COVID-19, akan semakin tinggi D-dimer-nya. Jadi pemeriksaan ini direkomendasikan untuk rutin diperiksa pada mereka yang bergejala COVID-19 sedang-berat,” kata dr. Ninggar.

4. D-dimer dapat dikontrol dengan gaya hidup sehat

aarp.org

Memang dalam kasus COVID-19, infeksi penyakit inilah yang menyebabkan tingkat D-dimer seseorang menjadi tinggi. Namun, lebih dari itu, ternyata ada hal lain pula yang bisa memicu pembekuan dan penggumpalan darah yang jauh lebih buruk. Salah satunya adalah gaya hidup.

Menerapkan gaya hidup sehat, seperti dengan mengurangi makan gorengan, tidak merokok, dan olahraga rutin bisa menjadi upaya terbaik agar tingkat D-dimer dalam tubuh tidak meningkat.

D-dimer tidak berhubungan langsung dengan gaya hidup. Akan tetapi, gaya hidup tidak sehat yang menyebabkan berbagai penyakit kronis, seperti diabetes, hipertensi, kolesterol tinggi, dan lainnya, dapat menyebabkan peradangan kronis yang bisa merusak pembuluh darah, dan hal ini bisa menyebabkan peningkatan D-dimer juga nantinya,” dr. Ninggar menerangkan.

Baca Juga: Jaga Kesehatan Jantung, Ini 5 Cara Mencegah Penyumbatan Pembuluh Darah

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya