TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Fakta Happy Hypoxia di COVID-19, Kekurangan Oksigen Tanpa Gejala

Hanya dokter yang bisa mengecek kondisi ini

mymedsupplies.com

OTG, atau yang merupakan kependekan dari orang tanpa gejala, adalah istilah yang digunakan kepada pasien-pasien yang memiliki penyakit, tetapi tidak menunjukkan gejala apapun. Kata ini menjadi populer karena pandemik COVID-19.

Istilah OTG disebarluaskan mengingat ada situasi orang yang membawa virus, tetapi tidak sakit sama sekali. Sekarang ada istilah baru lagi yang beredar luas di dunia maya, yaitu happy hypoxia, yang dikatakan mematikan dan mengikuti COVID-19 tanpa gejala.

Apa itu happy hypoxia? Berikut ini penjelasannya.

1. Hypoxia adalah permasalahan kekurangan kadar oksigen dalam tubuh

theguardian.com

Dalam penjelasan dr. Nur Chandra Bunawan, Sp.PD, yang bertugas di Kemang Medical Clinic, hypoxia atau hipoksia merupakan gangguan pada tubuh yang disebabkan oleh kurangnya kadar oksigen pada jaringan. Umumnya mereka yang menderita hipoksia akan mengalami gejala susah bernapas. Menariknya dalam COVID-19, gejala kesulitan bernapas tersebut tidak ditemukan, menjadikan hipoksia ini dinamai happy hypoxia karena membuat orang tetap bisa bahagia walau sebenarnya terkena.

Baca Juga: Hati-hati Hipoksia Saat Gowes! Tips Bersepeda Aman di Masa Pandemik

2. Hipoksia berbeda dengan hipoksemia

freethink.com

Mungkin ada di antara kamu yang pernah mendengar pula istilah hipoksemia. Hipoksia dan hipoksemia adalah dua kondisi yang berbeda. Hipoksia adalah gangguan oksgien pada jaringan, sedangkan hipoksemia yaitu gangguan oksigen pada darah. Melansir webmd.com, kurangnya oksigen pada darah (hipoksemia) akan menyebabkan kurangnya oksigen pada jaringan atau sistem sirkulasinya (hipoksia).

Secara mudahnya, hipoksemia adalah kondisi di mana kadar oksigen dalam darah rendah. Normalnya orang memiliki kadar oksigen 80-100. Jika di bawah angka 80, maka itu disebut hipoksemia,” terang dr. Chandra. “Kalau hipoksia ini nggak bisa diukur. Kalau hipoksemia bisa dideteksi dengan pemeriksaan AGD.”

3. Happy hypoxia ini baru muncul ketika COVID-19 ada

daventryexpress.co.uk

Seperti yang sudah dikatakan pada poin pertama, gangguan yang disebut dr. Chandra seharusnya menggunakan istilah happy hypoxemia atau silent hypoxemia ini akan punya gejala merasa sesak dan susah bernapas. Namun itu tidak berlaku di dalam kasus COVID-19.

Fenomena happy hypoxemia ini belum pernah dijumpai sebelum penyakit COVID ini. Kadar oksigen darah pasien rendah, tapi masih bisa aktivitas seperti biasa dan tidak merasa apa-apa. Jadi, happy hypoxemia ini bagian dari COVID-nya,” ujar dr. Chandra menerangkan.

4. Diagnosis happy hypoxia hanya bisa dilakukan oleh dokter

mymedsupplies.com

Berhubung gangguan kesehatan ini tidak memiliki gejala, maka cara satu-satunya untuk mengetahui seseorang mendapatkan hipoksemia ini adalah dengan memeriksakan diri ke dokter. Nantinya sang pasien akan diperiksa dengan alat saturasi oksigen.

Makin rendah saturasi oksigen, makin rendah kadar oksigen darah,” terang dr. Chandra menjelaskan cara kerja alat kesehatan tersebut.

Namun karena happy hypoxia adalah gangguan kesehatan yang sangat erat kaitannya dengan COVID-19, maka ada baiknya yang memeriksa hanyalah mereka yang menderita atau telah sembuh dari COVID-19.

Perlu dicatat karena fenomena ini terjadi pada pasien covid, jadi untuk pemeriksaannya tentu harus ada gejala COVID yang lain juga (demam/riwayat demam, batuk2, nyeri menelan, gangguan mencium bau). Kalau orang sehat normal tidak disarankan melakukan pengecekan saturasi. Soalnya hanya membuat cemas saja nanti,” ujarnya.

Baca Juga: Mengenal Happy Hypoxia, Gejala Tak Biasa COVID-19 yang Ancam Nyawa

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya