TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Diprediksi Selesai Akhir 2021, Ini 6 Info Perkembangan Vaksin COVID-19

Pengembangannya masih dalam tahap awal

bbc.com

Wabah COVID-19 belum juga mengalami penurunan angka penyebaran. Menurut data dari worldometers.info, setidaknya ada 4,5 juta kasus yang ditemukan di dunia hingga Jumat ini (15/5). Para pakar kesehatan dan peneliti terus menerus berupaya mencari solusi menekan angka tersebut. Salah satunya adalah mencari antivirus SARS-CoV-2.

Lembaga kesehatan Eijkman Institute beberapa waktu kemarin sempat mengumumkan telah mendapatkan data akan tiga genom virus SARS-CoV-2 di Indonesia. Data tersebut sangat berguna untuk pengembangan antivirus dan sudah diserahkan ke GISAID, lembaga yang menjadi bank data virus dunia.

Semenjak pengumuman Eijkman tersebut, tidak ada kabar lagi tentang perkembangan penemuan antivirus penyakit ini. Setidaknya sampai ada webinar yang dihadiri Prof. Amin Soebandrio selaku direktur Eijkman Institute untuk Biologi Molekular; Dr. Fadhil Ahsan, peneliti kesehatan yang saat ini sedang di Jerman, dan Drs. Adriansjah Azhari yang menjadi perwakilan PT. Bio Farma pada hari Jumat (15/5). Berikut ini adalah informasi dari webinar yang membahas “Riset Dalam Menemukan Vaksin dan Obat Anti COVID-19.”

1. Antivirus COVID-19 sedang dalam tahap proses pengembangan awal

france24.com

Jika ditanya sudah sampai sejauh manakah pembuatan antivirus SARS-CoV-2 di dunia, maka jawabannya adalah sedang dikembangkan. Ini terjadi tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di semua negara lain. Perusahaan-perusahaan sedang berusaha mencari formula yang tepat untuk mendapatkan antivirus yang bisa menangkal COVID-19.

2. Repurposed drug adalah kebanyakan obat yang sedang diujicoba

healx.io

Repurposed drug merupakan obat yang paling banyak diujicobakan untuk dijadikan penangkal COVID-19. Penjelasan Dr. Fadhil menyebutkan repurposed drug yaitu obat yang sudah dilisensi untuk penyakit lain, namun coba digunakan untuk hal lain. Dalam kasus ini sebagai antivirus SARS-CoV-2.

Lebih lanjut, Dr. Fadhil mengatakan alasan mengapa repurposed drug yang sedang diujicobakan. Jawabannya adalah karena sangat menguntungkan mengingat repurposed drug dapat memangkas biaya dan waktu penelitian.

Baca Juga: Perlu Diketahui, 7 Vaksin Ini Sebaiknya Tidak Diberikan Saat Hamil

3. Pengembangan vaksin bisa memakan waktu bertahun-tahun

time.com

Drs. Adriansjah mendukung pernyataan yang disampaikan Dr. Fadhil terkait repurposed drug. Beliau mengatakan setidaknya untuk membuat satu vaksin sendiri sebenarnya mampu memakan waktu hingga 15 tahun.

Prosesnya kurang lebih meliputi seperti ini: identifikasi antigen, penelitian vaksin, uji praklinis, uji klinis fase 1, fase 2, fase 3, registrasi ke RNA, lalu tahap komersial.

Oleh karena itu dengan adanya repurposed drug, setidaknya jangka waktu yang lama tersebut bisa terpotong. Selain itu inovasi teknologi juga membantu pemangkasan waktu pengembangan. Dinamakan teknologi bioinformatika, setidaknya di zaman sekarang RNA vaksin 100mg bisa diproduksi dalam waktu satu bulan.

4. Vaksin yang bagus adalah vaksin yang bisa mengatasi tiga permasalahan virus

genengnews.com

Jangka waktu yang lama tersebut juga berhubungan dengan hasil akhir vaksin. Setidaknya untuk benar-benar bisa disetujui sebagai vaksin yang baik, vaksin tersebut haruslah bisa mengatasi tiga permasalahan dari virus.

Yang pertama adalah menghambat masuknya virus. Minimal vaksin mampu membuat virus tidak bisa masuk ke tubuh kita. Untuk kasus virus Corona, yang dilumpuhkan adalah duri dari virus itu.

Yang kedua, vaksin harus bisa menghambat replikasi virus. Maksudnya adalah ketika virus sudah masuk ke dalam tubuh manusia, setidaknya vaksin harus bisa membuat virus itu tidak bisa berkembang alias membunuhnya di dalam tubuh.

Lalu yang terakhir, vaksin harus bisa meredam peradangan akibat infeksi. Ini adalah permasalahan untuk para penderita infeksi virus yang berat dan vaksin harus bisa mengatasi hal ini pula.

5. Di Indonesia, perkembangan vaksin sedang dalam tahap pencarian donor

twitter.com/IVACtweets

Dalam uji klinis, vaksin memerlukan pendonor. Pendonor ini untuk pertama umumnya datang dari hewan-hewan percobaan. Namun setelah melewati beberapa proses, barulah akan diujicobakan ke manusia.

Prof. Amin dari Eijkman institute menginformasikan setidaknya ada beberapa kriteria yang dicari untuk uji coba ini. Mereka yang bisa menjadi pendonor adalah pria maupun perempuan, sehat, bebas dari COVID-19 dan infeksi transfusi, serta memiliki antibodi cukup tinggi. Semuanya ini nanti akan dites terlebih dahulu dari pihak kesehatan yang bersangkutan.

Baca Juga: 7 Vaksin yang Perlu Kamu Dapatkan, Langkah Preventif Cegah Penyakit

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya