TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Apakah Obat Herbal Bisa Tangani Batuk COVID-19 Varian Omicron?

Apa saja bahan-bahan herbal yang bisa meredakan batuk?

ilustrasi infeksi virus corona COVID-19 (IDN Times/Mardya Shakti)

Seperti hidung meler, batuk dianggap sebagai keluhan yang umum. Namun, dengan kemunculan COVID-19 dan varian B.1.1.529 (Omicron), batuk, sebagai salah satu gejalanya, menjadi hal yang mengkhawatirkan.

Oleh karena itu, mengobati batuk sebagai penanganan simtomatik COVID-19 varian Omicron amat penting saat ini. Di Indonesia sendiri, obat herbal sering digunakan untuk mengobati gejala. Apakah efektif untuk mengobati gejala Omicron tersebut?

Dalam webinar pada Jumat (25/2/2022) bertajuk "Efektivitas Terapi Simtomatik Batuk dari Bahan Herbal" sekaligus peluncuran OB Herbal, Deltomed Laboratories menjelaskan lebih lanjut khasiat obat herbal dalam mengatasi batuk. Mari simak fakta selengkapnya!

Sekilas tentang batuk

ilustrasi batuk (freepik.com/jcomp)

Berbagi informasi dalam webinar tersebut, Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI), Dr. dr. (Cand) Inggrid Tania, M.Si, mengatakan bahwa batuk dan nyeri tenggorokan adalah gejala COVID-19 paling umum, termasuk varian Omicron.

"Batuk adalah suatu refleks dari sistem pernapasan untuk mengosongkan jalan napas dari partikel, benda asing, mikroba, ataupun bahan iritan (asap, debu, cairan, mukus) yang masuk dalam saluran pernapasan," papar Dr. Inggrid.

Bukan untuk dibenci, batuk adalah refleks alami tubuh yang bersifat involunter. Dokter Inggrid menjelaskan bahwa stimulus dari berbagai hal pada saluran pernapasan memicu sistem saraf medula oblongata memberi perintah pada organ pernapasan untuk mengeluarkan mekanisme batuk.

Penyebab dan jenis batuk

ilustrasi batuk (pexels.com/cottonbro)

Tidak melulu Omicron, batuk bisa disebabkan oleh berbagai faktor, seperti:

  • Infeksi virus (influenza atau selesma).
  • Infeksi bakteri (bronkitis atau penyakit paru obstruktif kronis).
  • Alergi.
  • Asma.
  • Nyeri ulu hati (heartburn).
  • Kanker paru-paru.
  • Asap rokok.
  • Efek samping obat (obat hipertensi).

Dokter Inggrid kemudian menjelaskan bahwa batuk dapat terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu:

  • Batuk kering.
  • Batuk berdahak.
  • Non-spesifik.

Lalu, berdasarkan keparahannya, batuk dapat dibagi lagi menjadi:

  • Batuk akut: Hilang dalam 2–3 minggu.
  • Batuk kronis: Lebih dari 2–3 minggu.

Sementara dapat diklasifikasikan sebagai batuk akut, Dr. Inggrid mengatakan bahwa ada risiko long COVID. Jadi, bahkan batuk dapat menetap lebih lama.

"Kadang ada yang 12 minggu hingga 6 bulan walaupun COVID-19-nya sangat ringan," kata Dr. Inggrid.

Perbedaan obat batuk herbal dan non-herbal

ilustrasi obat batuk sirop (pexels.com/cottonbro)

Konsumsi obat batuk adalah salah satu solusi mengobati gejala batuk pada COVID-19. Berdasarkan fungsinya, obat batuk dapat terbagi menjadi:

  • Antitusif: Mengurangi refleks batuk.
  • Ekspektoran: Memicu produksi lendir dan batuk untuk mengeluarkan dahak.
  • Mukolitik: Menghancurkan struktur dahak yang kental agar lebih mudah dikeluarkan.

Dokter Inggrid mengingatkan bahwa tiga klasifikasi obat batuk tersebut ditujukan untuk obat batuk non-herbal. Ini karena obat batuk non-herbal tidak bisa bekerja ganda dan hanya bisa menghasilkan satu efek.

Ia pun mengingatkan bahwa obat batuk non-herbal memiliki efek samping. Umumnya, obat batuk antitusif bekerja dalam sistem saraf, sehingga dapat menyebabkan kantuk.

Selain kantuk, gejala seperti pusing, gangguan pencernaan, dan hidung meler (rinorea) juga dapat terjadi. Bahkan, penyempitan bronkus (bronkuspasme) juga dapat terjadi sehingga konsumsi obat batuk untuk mereka dengan komorbiditas asma perlu diwaspada.

ilustrasi obat herbal (pexels.com/freestocks.org)

Bagaimana dengan obat batuk herbal? Karena berasal dari bahan alami, Dr. Inggrid mengatakan bahwa efek sampingnya lebih minim (jika dikonsumsi dengan cara yang benar). Selain itu, bahan pada obat batuk herbal memiliki khasiat menyeluruh untuk batuk kering, berdahak, maupun non-spesifik.

"Obat herbal cukup aman untuk dipakai dalam jangka panjang," kata Dr. Inggrid.

Ia lalu menjabarkan beberapa bahan obat herbal yang paling umum untuk mengobati gejala batuk, termasuk pada pasien COVID-19. Jadi, apa saja bahan-bahan obat herbal yang bisa digunakan?

Baca Juga: 4 Etika Batuk dan Bersin yang Benar, Cegah Penularan Penyakit!

1. Jahe

ilustrasi jahe (freepik.com/racool_studio)

Terkenal sebagai obat batuk alami, jahe (Z. officinale) memiliki khasiat antioksidan dan antiinflamasi. Selain itu, jahe memiliki khasiat antinosiseptif yang melegakan tenggorokan, dan mengurangi nyeri serta inflamasi di tenggorokan dan saluran napas bawah akibat batuk.

Lalu, jahe juga merangsang produksi air liur dan menghambat kontraksi saluran napas untuk meredakan batuk. Selain antibakteri dan antivirus, jahe juga memiliki khasiat antihistamin untuk melegakan batuk karena alergi, serta dapat meningkatkan sistem imun.

Jahe dapat mengobati batuk kering dengan khasiat antitusif. Bukan cuma itu saja, jahe juga mengobati batuk berdahak karena berkhasiat ekspektoran.

2. Kencur

ilustrasi kencur padat dan bubuk (pexels.com/Pixabay)

Kencur (K. galanga) juga bisa menjadi bahan obat herbal. Pada dasarnya, kencur memiliki khasiat yang sama dengan jahe untuk meringankan dan mengobati batuk kering, berdahak, dan non-spesifik yang disebabkan oleh berbagai infeksi, termasuk COVID-19 varian Omicron.

Seperti jahe, kencur juga memiliki khasiat meningkatkan respons imun. Selain itu, Dr. Inggrid juga meyakinkan penggunaan kencur untuk mengobati batuk dalam jangka panjang.

3. Daun mint

ilustrasi daun mint (unsplash.com/Eleanor Chen)

Meski berbentuk daun (bukan rimpang seperti jahe dan kencur), daun mint (Mentha) memiliki khasiat yang sama seperti dua bahan sebelumnya. Penggunaan mint memang terkenal untuk melegakan tenggorokan dan mengobati batuk kering, berdahak, maupun non-spesifik.

Secara spesifik, Dr. Inggrid menyebutkan jenis spearmint (M. pepperita) adalah yang digunakan untuk melegakan batuk. Seperti jahe dan kencur, daun mint memiliki efek multipel untuk kesehatan, bukan hanya untuk batuk.

"Mint memiliki khasiat antispasmodik sehingga mencegah penyempitan pada saluran pernapasan dan pencernaan, serta bersifat antikarsinogenik," ia menjelaskan.

4. Jeruk nipis

ilustrasi jeruk nipis (pexels.com/Lisa Fotios)

Digunakan secara turun-temurun untuk melegakan batuk, jeruk nipis (C. aurantiifolia) memiliki kandungan vitamin C untuk mengatasi batuk kering. Selain itu, Dr. Inggrid juga menyertakan khasiat-khasiat bahan herbal sebelumnya pada jeruk nipis.

"Jeruk nipis tergolong memiliki mekanisme yang lengkap dalam mengobati batuk," imbuhnya.

Jeruk nipis juga memiliki efek mukolitik sehingga ampuh untuk memecahkan dahak yang kental. Lalu, dengan khasiat ekspektorannya, jeruk nipis dapat mengeluarkan dahak dari paru-paru, sehingga amat bermanfaat untuk batuk berdahak juga.

Yang cukup mengejutkan, Dr. Inggrid mengatakan bahwa jeruk nipis juga ampuh untuk tuberkulosis (TBC). Ini karena beberapa penelitian menemukan potensi jeruk nipis dalam menghambat aktivitas bakteri M. tuberculosis.

Baca Juga: 10 Manfaat Minum Air Kelapa di Tengah Gelombang Omicron

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya