TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Obat Aspirin: Manfaat, Dosis, Peringatan, dan Efek Samping

Apa saja kegunaan aspirin dan potensi efek sampingnya?

ilustrasi obat aspirin (unsplash.com/Hal Gatewood)

Saat nyeri hebat mengganggu, beberapa orang mungkin langsung mencari aspirin di tempat penyimpanan obat. Tanpa perlu resep dokter, aspirin adalah salah satu obat pereda nyeri yang dijual bebas di toko obat atau apotek.

Umum digunakan untuk mengatasi sakit kepala, aspirin juga memiliki beberapa kegunaan lainnya, seperti menekan kemungkinan penyakit kardiovaskular. Berikut ini informasi seputar manfaat, dosis, serta potensi efek samping dan interaksi aspirin.

1. Sudah digunakan sejak zaman dulu

ilustrasi batang dedali atau willow (prepforshtf.com)

Diketahui pemakaiannya sejak 4.000 tahun lalu di peradaban Sumeria dan Mesir Kuno, aspirin adalah obat antiinflamasi non-steroid (NSAID) yang mengandung salisilat. Dipopulerkan oleh Hippokrates, khasiat aspirin ditemukan pada tanaman dedalu (Salix). Bahkan, hingga saat ini, batang dedalu masih digunakan untuk mengobati nyeri.

Bernama asli asam asetilsalisilat, aspirin sebetulnya adalah merek yang dilisensi oleh perusahaan obat Jerman, Bayer. Seperti obat jenis NSAID pada umumnya, kegunaan atau manfaat aspirin mencakup:

  • Mengurangi atau menghilangkan nyeri dan rasa sakit
  • Menurunkan demam
  • Menurunkan inflamasi (dalam dosis yang lebih tinggi)

Aspirin memiliki fungsi analgesik dan bersifat non-narkotika, yang berarti konsumsinya tidak menyebabkan ketidakpekaan, kelengar, atau sensasi fly. Jadi, apa saja kegunaan aspirin?

2. Digunakan untuk mengatasi nyeri dan bengkak

ilustrasi sakit kepala migrain (pexels.com/Liza Summer)

Aspirin dapat meredakan nyeri dengan intensitas ringan hingga sedang, pembengkakan, atau keduanya yang terkait dengan banyak masalah kesehatan, seperti:

  • Sakit kepala
  • Batuk pilek atau flu
  • Keseleo dan tegang
  • Kram menstruasi
  • Kondisi jangka panjang, seperti radang sendi dan migrain

Untuk rasa sakit atau bengkak yang parah, umumnya dokter merekomendasikan kombinasi aspirin dengan obat lain, seperti obat analgesik opioid atau NSAID lain.

3. Mencegah kejadian penyakit kardiovaskular

ilustrasi penyakit kardiovaskular (freepik.com/standret)

Aspirin dosis rendah dapat menurunkan risiko penyakit kardiovaskular, dari jantung hingga stroke. Namun, cara ini bukan untuk semua orang. Per tahun 2019, Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) menyarankan penggunaan aspirin ini di bawah pengawasan dokter.

Pada kelompok yang berisiko tinggi terkena penyakit kardiovaskular, aspirin juga dapat mencegah pembentukan gumpalan darah atau antikoagulan. Umumnya, aspirin dosis rendah diberikan pada kelompok:

  • Pasien penyakit jantung atau pembuluh darah
  • Pasien yang terbukti memiliki aliran darah yang buruk ke otak
  • Pasien dengan kolesterol darah tinggi
  • Pasien dengan tekanan darah tinggi, atau hipertensi
  • Pasien diabetes
  • Perokok
ilustrasi jantung (healthline.com)

Aspirin juga dapat diberikan segera setelah kejadian serangan jantung, stroke, atau kejadian kardiovaskular lainnya. Tujuannya adalah untuk mencegah penggumpalan darah yang lebih parah atau kematian jaringan organ jantung.

Selain itu, aspirin juga dapat menjadi rencana intervensi untuk pasien yang baru saja mengalami atau menjalani:

  • Operasi revaskularisasi, seperti angioplasti atau operasi bypass jantung
  • Stroke ringan, atau transient ischemic attack
  • Stroke iskemik, yang disebabkan oleh pembekuan darah

Baca Juga: 7 Cara Mengobati Tipes di Rumah agar Lekas Sembuh

4. Penggunaan aspirin lainnya

ilustrasi aspirin (everydayhealth.com)

Aspirin juga dapat membantu mengobati rasa sakit dan pembengkakan yang terkait dengan kondisi kesehatan kronis berikut:

  • Rematik, termasuk artritis reumatoid, osteoartritis, dan kondisi peradangan sendi lainnya
  • Lupus eritematosus sistemik
  • Inflamasi di sekitar jantung atau perikarditis

Dokter dapat merekomendasikan aspirin dosis rendah kepada orang-orang yang:

  • Menderita kerusakan retina atau retinopati
  • Menderita diabetes selama lebih dari 10 tahun
  • Sedang mengonsumsi obat antihipertensi
  • Berisiko kanker usus besar

5. Penggunaan aspirin bukan untuk anak-anak

ilustrasi aspirin (cbsnews.com)

Umumnya, dokter tidak meresepkan aspirin untuk kelompok usia di bawah 18 tahun. Obat-obat seperti asetaminofen atau ibuprofen dengan dosis tertentu bisa digunakan sebagai pengganti aspirin. Mengapa begitu?

Bagi kelompok usia di bawah 18 tahun, aspirin dapat meningkatkan risiko kondisi serius yang disebut sidrom Reye. Bisa muncul setelah infeksi virus seperti batuk pilek, flu atau cacar air, sindrom Reye dapat menyebabkan kerusakan organ hati dan otak permanen hingga kematian dini.

Akan tetapi, dalam kasus-kasus tertentu, dokter dapat meresepkan aspirin. Biasanya, dokter akan memberikan aspirin pada anak-anak jika mereka adalah pasien penyakit Kawasaki atau baru menjalani operasi jantung untuk mencegah penggumpalan darah.

6. Peringatan saat mengonsumsi aspirin

ilustrasi aspirin (edition.cnn.com)

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, aspirin bukan untuk semua orang. Malah, kelompok orang-orang berikut hanya bisa mengonsumsi aspirin dengan rekomendasi dokter:

  • Gangguan perdarahan, seperti hemofilia
  • Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol
  • Asma
  • Tukak lambung atau mag
  • Penyakit hati atau ginjal

Untuk ibu hamil dan menyusui, konsumsi aspirin dosis rendah harus di bawah pengawasan dokter. Aspirin dosis tinggi umumnya tidak disarankan selama kehamilan. Selain itu, jika alergi terhadap aspirin atau NSAID lainnya, maka konsumsi obat ini amat tidak disarankan.

Pada pasien stroke, aspirin tidak diberikan karena tidak semua stroke disebabkan oleh pembekuan darah atau trombosis. Malah, jika dipaksa, aspirin bisa memperburuk keadaan pasien.

Kemudian, mereka yang gemar minum alkohol atau sedang menjalani perawatan gigi atau operasi harus berkonsultasi dengan dokter sebelum mengonsumsi aspirin.

7. Peringatan: penggunaan aspirin untuk kardiovaskular bukan untuk yang minim risiko

ilustrasi aspirin (verywellhealth.com)

Jika bukan termasuk dalam kelompok sebelumnya, konsumsi aspirin dosis rendah pada orang yang tidak rentan menderita penyakit kardiovaskular justru dapat memperbesar risiko. Hal ini dibuktikan lewat sebuah riset gabungan antara Taiwan dan Amerika Serikat yang dimuat dalam jurnal JAMA Neurology tahun 2019.

Memeriksa 13 data uji klinis yang melibatkan lebih dari 134.000 partisipan, para peneliti menemukan bahwa bagi kelompok tanpa risiko penyakit kardiovaskular, konsumsi aspirin dosis rendah dapat meningkatkan risiko pendarahan intrakranial dan intraserebral, terutama untuk etnis Asia dan mereka yang memiliki indeks massa tubuh (BMI) rendah.

Tahun 2016, United States Preventive Services Task Force (USPSTF) merekomendasikan konsumsi aspirin setiap hari pada kelompok usia 50-59 tahun untuk mencegah kanker usus besar dan penyakit kardiovaskular. Dengan catatan:

  • Mereka memiliki setidaknya risiko penyakit kardiovaskular berjangka 10 tahun sebesar 10 persen
  • Tidak memiliki risiko pendarahan tinggi
  • Memiliki angka harapan hidup minimal 10 tahun
  • Bersedia untuk mengonsumsi aspirin dosis rendah setiap hari minimal 10 tahun

8. Dosis aspirin

ilustrasi obat aspirin (flickr.com/Oregon State University)

Dilansir MedicineNet, aspirin harus diminum bersama makanan. Dosis berkisar dari 50 mg sampai 6.000 mg setiap hari tergantung penggunaan. 

  • Dosis biasa untuk nyeri ringan hingga sedang adalah 350-650 mg setiap 4 jam atau 500 mg setiap 6 jam
  • Dosis untuk artritis reumatoid termasuk 500 mg setiap 4-6 jam; 650 mg setiap 4 jam; 1.000 mg setiap 4-6 jam; 1.950 mg dua kali sehari
  • Dosis untuk mencegah serangan jantung adalah 75 mg, 81 mg, 162 mg, atau 325 mg setiap hari
  • 160-325 mg aspirin berlapis non-enterik harus segera dikunyah saat mengalami gejala serangan jantung
  • Dosis untuk mencegah stroke lain adalah 75 sampai 100 mg setiap hari

Dosis yang tepat, dalam kondisi apa pun, harus dikonsultasikan ke dokter.

Baca Juga: Obat Cefadroxil: Manfaat, Dosis, dan Efek Samping

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya