TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

7 Cara Ampuh Meredakan Serangan Gejala Emfisema, Napas Lega!

Tidak perlu takut lagi saat emfisema menyerang

ilustrasi pasien emfisema (unsplash.com/Havilah Galaxy)

Emfisema adalah salah satu gangguan pernapasan yang tergolong dalam penyakit paru obstruktif kronis (PPOK). Emfisema didefinisikan sebagai kondisi kerusakan alveoli pada paru-paru sehingga tidak bisa lagi memasok oksigen pada darah. Selain itu, paru-paru ikut meregang dan kehilangan elastisitasnya.

Karena itu, emfisema menyebabkan udara terperangkap dalam paru-paru dan pasien menjadi sesak napas. Tidak jarang, pasien juga menunjukkan gejala bronkitis kronis (juga salah satu jenis PPOK). Saluran udara teriritasi dan bengkak, serta produksi lendir jadi berlebihan sehingga mengakibatkan batuk dan sesak napas.

Walaupun emfisema tidak bisa disembuhkan, tetapi perawatan dan perubahan gaya hidup tetap penting untuk meredakan gejala dan memperlambat perkembangan penyakit. Untuk para pasien emfisema, inilah hal-hal yang bisa kamu lakukan untuk melegakan gejala penyakit.

1. Dapatkan diagnosis

ilustrasi spirometri (foundation.chestnet.org)

Sering kali, pasien emfisema tidak sadar dirinya mengidap emfisema. Gejala sesak napas yang merupakan ciri emfisema bisa muncul secara bertahap atau tidak sama sekali. Sesak napas juga sering disalahartikan sebagai masalah jantung.

Dilansir Everyday Health, sebagai PPOK, emfisema bersifat progresif dan bisa membuat pasien dirawat inap, penurunan kualitas hidup, kebutuhan bantuan oksigen, dan intervensi alat bantu pernapasan saat tidur. Maka dari itu, bila kamu mengalami gejala yang mengarah ke emfisema, sebaiknya jangan menunda untuk berkonsultasi ke dokter. 

Pada awalnya, mungkin pasien tidak mengembangkan gejala atau gejalanya ringan. Saat penyakit makin parah, gejala pun akan memburuk, yang dapat meliputi:

  • Sering batuk atau mengi
  • Batuk yang mengeluarkan banyak lendir
  • Sesak napas, khususnya saat beraktivitas fisik
  • Suara seperti siulan atau derit saat bernapas
  • Rasa sesak di dada

Beberapa orang dengan emfisema sering mengalami infeksi pernapasan seperti pilek dan flu. Dalam kasus yang parah, emfisema dapat menyebabkan penurunan berat badan, kelemahan pada otot bagian bawah, dan pembengkakan pada pergelangan kaki atau kaki.

Untuk diagnosis, dokter akan melakukan beberapa tes seperti rontgen dada, oksimetri nadi, spirometri, dan elektrokardiogram (EKG). Dengan begitu, dokter dapat memutuskan apakah pengujian lebih lanjut harus dilakukan dan program perawatan yang sesuai.

2. Mematuhi pada program perawatan

ilustrasi minum obat (unsplash.com/Towfiqu barbhuiya)

Emfisema memang tidak dapat disembuhkan. Akan tetapi, ada berbagai jenis obat untuk mengelola gejala dan menghambat perkembangan penyakit. Perawatan-perawatan tersebut termasuk:

  • Obat bronkodilator: untuk mengendurkan otot sekeliling saluran pernapasan.
  • Obat antiinflamasi: untuk mengurangi peradangan pada saluran pernapasan.
  • Terapi oksigen: untuk membuat pernapasan menjadi lebih mudah.

Obat dan terapi ini perlu dijalankan setiap hari agar efektif. Menurut sebuah penelitian yang dimuat dalam jurnal Thorax pada September 2020, pasien emfisema yang konsisten mengikuti perawatan mengalami gejala yang lebih sedikit dan fungsi paru-paru lebih terjaga.

Jadi, kunci utama kedua adalah tetap konsisten dengan program perawatan emfisema sesuai arahan dokter meskipun sudah merasa sehat. Dengan begitu, gejala emfisema lebih ringan dalam jangka panjang.

Baca Juga: 10 Tips Tidur Lelap untuk Pasien PPOK, Dijamin Pulas!

3. Susah berhenti merokok? Cari pertolongan

ilustrasi berhenti merokok (pixabay.com/Tumisu)

Emfisema dan PPOK lainnya umum menyerang perokok. Menurut Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Amerika Serikat (CDC), rokok menyebabkan 8 dari 10 kematian akibat PPOK.

Jadi, bila kamu didiagnosis emfisema, segera hentikan kebiasaan merokok. Dengan begitu, inflamasi dan kerusakan paru-paru dapat berkurang sekaligus menghambat perkembangan emfisema.

Bila kesulitan untuk berhenti merokok, konsultasikan dengan dokter tentang program berhenti merokok yang efektif. Sudah ada rumah sakit maupun klinik untuk memfasilitasi ini. Dilansir Cleveland Clinic, menggabungkan terapi penggantian nikotin dan konseling, support group, dan intervensi obat dapat membuat berhenti merokok lebih efektif.

Di Tanah Air, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menawarkan bantuan konseling berhenti merokok bebas biaya via telepon. Diluncurkan pada 2016, bantuan ini dinamakan Quit Line Berhenti Merokok dan dapat diakses pada hari Senin-Sabtu, pukul 08.00 s.d 16.00 WIB di nomor 0-800-177-6565.

4. Hindari iritan udara

ilustrasi polusi udara karena asap kendaraan bermotor (unsplash.com/Adrian Pranata)

Rokok bukan satu-satunya iritan yang dapat memperparah emfisema. Terutama bagi pasien emfisema yang hidup di perkotaan, polutan dan iritan di udara juga bisa memicu gejala.

Beberapa iritan yang perlu diwaspadai dan dihindari mencakup:

  • Polusi udara
  • Asap rokok (perokok pasif)
  • Asap kendaraan
  • Debu
  • Bau dari produk pembersih, cat, dan produk kimiawi lainnya

5. Dapatkan vaksinasi

ilustrasi penyuntikan vaksin (ANTARA FOTO/Soeren Stache/Pool via REUTERS)

Di masa pandemik, pasien emfisema tetap harus mendapatkan vaksinasi COVID-19 dan booster-nya. CDC mengingatkan kalau pasien emfisema termasuk kelompok yang berisiko terkena infeksi COVID-19 parah.

Selain vaksin COVID-19, CDC juga merekomendasikan pasien emfisema dan PPOK lainnya untuk mendapatkan vaksin lainnya seperti:

  • Vaksin flu
  • Tetanus, difteri, dan pertusis (TDP)
  • PCV
  • Herpes zoster

6. Berolahraga dengan program yang tepat

ilustrasi joging (pexels.com/Daniel Reche)

Untuk pasien emfisema, olahraga adalah hal yang penting asal dilakukan dengan tepat. Bukan hanya konseling dan pengobatan, latihan pernapasan dan olahraga kardiovaskular yang didesain khusus untuk PPOK amat penting untuk mengurangi gejala dan menghambat perkembangan emfisema.

Sayangnya, banyak pasien emfisema dan PPOK menjalani gaya hidup pasif atau sedenter. Padahal, menurut sebuah penelitian di Belgia yang dimuat dalam International Journal of Chronic Obstructive Pulmonary Disease tahun 2014, program olahraga untuk pasien PPOK melegakan sesak napas dan jadi lebih aktif.

Baca Juga: 12 Tips Ampuh Bernapas Lega untuk Pasien PPOK

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya