TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Polusi Udara dan Efeknya pada Kesehatan Mental, Jangan Diremehkan!

Bahkan, polusi udara bisa memengaruhi tingkat kebahagiaan

ilustrasi polusi udara karena asap kendaraan bermotor (unsplash.com/Adrian Pranata)

Polusi udara adalah masalah yang kita hadapi sehari-hari, khususnya yang tinggal dan beraktivitas di perkotaan. Bicara tentang dampak polusi udara, mungkin yang terpikir adalah risiko gangguan pernapasan, kardiovaskular, atau masalah kronis lainnya. Namun, pernahkah terpikir kalau polusi udara perlahan bisa menggerogoti kesehatan mental kita?

Berbagai penelitian makin banyak yang mengungkapkan bukti masalah kesehatan mental yang diperburuk oleh tingginya tingkat polusi udara dunia.

1. Terpapar polusi udara sejak dini dapat tingkatkan risiko gangguan mental

ilustrasi dampak polusi udara pada anak (idronline.org)

Badan Kesehatan Dunia (WHO) memaparkan pada tahun 2019, lebih dari 90 persen populasi dunia, termasuk anak-anak, menghirup udara yang tidak sehat setiap hari. Dampak polusi udara terhadap kesehatan mental pun dapat ditelusuri sejak dini.

Dalam penelitian gabungan Amerika Serikat (AS), Inggris, dan Norwegia yang dimuat dalam jurnal JAMA Network yang terbit pada April 2021 dan melibatkan 2.039 anak di Inggris, para peneliti menemukan bahwa paparan polusi, terutama nitrogen oksida (NOx), selama masa kanak-kanak dan remaja meningkatkan risiko gangguan mental pada usia 18 tahun.

Masalah kesehatan mental tersebut dapat terbagi menjadi:

  • Internal: gangguan depresi atau kecemasan
  • Eksternal: gangguan perilaku serta penyalahgunaan substansi obat dan minuman keras

Selain itu, polusi udara juga menyebabkan distorsi mental seperti halusinasi.

2. Pengaruh polusi udara terhadap otak

ilustrasi otak manusia (freepik.com/kjpargeter

Dilansir Verywell Mind, partikel halus dalam polusi udara dapat masuk ke dalam tubuh dan menyebabkan inflamasi atau peradangan sistemik yang mampu merusak otak. Selain itu, partikel halus ini juga dapat masuk melalui sistem vaskular dan melewati sawar darah otak.

Akibatnya, polusi udara dapat mengganggu fungsi otak dan menyebabkan gangguan serta kematian neuron. Hal ini yang juga berkontribusi pada ketidakseimbangan neurotransmiter yang juga menyebabkan kondisi mental tertentu.

Berita buruknya, efek negatif polusi udara pada kesehatan tidak langsung terlihat, melainkan berakumulasi selama bertahun-tahun hingga menjadi kronis. Selain polusi udara, polusi lingkungan lainnya juga dapat menjadi pemicu stres pada keadaan mental anak yang sedang berkembang.

3. Bukan cuma anak-anak, mental orang dewasa pun terancam polusi udara

ilustrasi polusi udara (airclim.org)

Selain anak-anak, polusi udara juga berdampak buruk bagi mental orang dewasa. Ini diungkapkan lewat penelitian lanjutan di Inggris yang melibatkan 13.887 partisipan dengan gangguan skizofrenia, bipolar, dan depresi. Temuannya dipublikasikan dalam British Journal of Psychiatry pada Agustus 2021.

Dengan meningkatnya paparan nitrogen dioksida (NO2), NOx, dan partikulat (PM2.5 dan PM10), para peneliti Inggris menemukan peningkatan risiko perawatan bagi mereka yang memiliki kondisi mental penyerta. Tidak hanya di Inggris, para peneliti juga yakin kalau temuan studi ini berlaku di kota-kota besar dunia lainnya.

Baca Juga: Hati-hati, Ini 10 Risiko Kesehatan akibat Paparan Polusi Udara

4. Memungkinkan tindak kriminal?!

ilustrasi tindak kriminal (IDN Times/Galih Persiana)

Lebih parahnya lagi, polusi udara juga dikaitkan dengan tingginya tingkat kejahatan. Inilah yang dikemukakan oleh para peneliti dari London School of Economics and Political Science tahun 2018. Setelah menyelidiki data kejahatan di lebih dari 600 daerah London, sebagian besar kasus terjadi saat polusi udara sedang tinggi.

Mendukung studi tersebut, sebuah penelitian di AS yang dimuat dalam jurnal Psychological Science pada tahun yang sama juga meneliti data kejahatan di lebih dari 9.000 kota. Ternyata, tingkat polusi udara dapat memprediksi enam jenis kejahatan besar di Negeri Paman Sam tersebut, yaitu:

  • Pembunuhan
  • Pemerkosaan
  • Perampokan
  • Pencurian mobil
  • Pencurian
  • Penyerangan
ilustrasi narkoba (IDN Times/Mardya Shakti)

Sebelum kedua penelitian tersebut, penelitian di AS yang dimuat dalam Journal of Abnormal Child Psychology tahun 2017 juga mengungkap bahaya polusi udara pada tingkat kejahatan remaja. Jika ditangani dengan benar, maka kita juga bisa menyelamatkan generasi masa depan.

Melibatkan 682 remaja, para peneliti menganalisis hubungan perilaku bandel, seperti membolos hingga penggunaan narkoba, dengan polusi udara. Menghitung dampak kumulatif PM2.5 selama 12 tahun, lagi-lagi kejahatan remaja tertinggi terlihat pada daerah dengan konsentrasi polusi udara tinggi.

5. Dapat dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari

ilustrasi polusi udara (ccacoalition.org)

Dihubungi oleh IDN Times pada Kamis (14/10/2021), Selly Marlinda dari kelompok pegiat lingkungan dan kualitas udara, Bicara Udara, mengutarakan bahwa bukti dari pengaruh buruk polusi udara dengan kesehatan mental nyata adanya, dan dapat terlihat dari kehidupan sehari-hari.

Selly kemudian mengutip sebuah studi gabungan di China dan AS pada tahun 2019 yang dimuat dalam jurnal Nature. Berbekal data 144 daerah China pada 2014, studi tersebut mencari tahu tingkat kebahagiaan penduduk China dari unggahan di media sosial negara tersebut, Weibo, dengan konsentrasi PM2.5.

Hasilnya, makin tinggi tingkat PM2.5 di udara, maka masyarakat makin tidak bahagia. Ini juga diperparah oleh cuaca ekstrem. Para peneliti juga berharap penelitian ini bisa menjadi pertimbangan bagi pemerintah China untuk memajukan kualitas hidup rakyatnya.

"Meski memang ada faktor-faktor lain yang dapat memengaruhi kualitas tidur, jika dihubungkan secara kronologis, kemungkinan besar, akibat polusi udara terhadap kesehatan mental memang nyata," kata Selly.

6. Susah tidur akibat dampak dari polusi udara bisa memengaruhi mental

ilustrasi sulit tidur (freepik.com/jcomp)

Selain itu, Selly juga mengatakan bahwa Bicara Udara sebelumnya juga menyinggung bagaimana pengaruh polusi udara terhadap gangguan tidur. Dengan kualitas tidur yang menurun, berbagai penelitian juga memperingatkan bahwa kesehatan mental juga bisa ikut terdampak.

Hal ini dikemukakan lewat studi di AS yang dimuat dalam jurnal Annals of the American Thoracic Society tahun 2018. Melibatkan hampir 2.000 partisipan dengan usia rata-rata 68 tahun, penelitian ini menemukan bahwa paparan NO2 dan PM2.5 yang tinggi ikut meningkatkan risiko gangguan tidur dan sleep apnea.

“Susah tidur dapat membuat badan lelah, sehingga kehilangan fokus. Lambat laun, cara seseorang mengelola emosi dan hubungan sosialnya juga terdampak,” ujar Selly.

ilustrasi polusi udara (unep.org)

“Banyak bagian tubuh yang terserang. Pikiran juga adalah bagian dari tubuh. Kalau sudah banyak hal buruknya, maka polusi udara harus segera diperbaiki,” imbuh Selly.

Berbagai bukti terkini menguatkan hipotesis bahwa polusi udara dapat menyebabkan gangguan mental. Akan tetapi, kesadaran masyarakat Indonesia masih minim. Oleh sebab itu, usaha meningkatkan kualitas udara amat disarankan. Jadi, apa saja yang bisa dilakukan?

7. Mengubah standar baku mutu udara

ilustrasi polusi udara di Jakarta (flickr.com/Joe Mud)

Usaha-usaha pribadi dapat dilakukan dengan mengurangi paparan polusi udara dan emisi yang menyebabkan polusi udara. Selain itu, apa yang dapat dilakukan oleh pemerintah secara luas? Selly mengatakan bahwa sebaiknya pemerintah mengubah standar baku mutu sesuai dengan perubahan yang dilakukan oleh WHO.

"Kebijakan yang perlu diambil adalah pengendalian polusi udara. Hal ini karena selain kesehatan psikis, ini juga berdampak pada kesehatan manusia secara keseluruhan," Selly menekankan.

Setelah 16 tahun, WHO akhirnya merilis versi terbaru dari Global Air Quality Guideline-nya. Dengan memperketat batas PM2.5 dan PM10, WHO berharap untuk menekan mortalitas akibat paparan polusi udara hingga 80 persen.

Baca Juga: Gambaran Kondisi Nyata Udara, yuk Pahami Apa Itu Indeks Kualitas Udara

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya