TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Ditemukan di Jakarta dan Sumsel, Ini 5 Fakta Virus Corona Varian Kappa

Apakah lebih menular dari varian Delta?

ilustrasi virus corona (unsplash.com/CDC)

Virus terus-menerus berubah melalui mutasi, dan varian virus baru diperkirakan akan muncul. Virus corona tak terkecuali. Indonesia sendiri kian disibukkan dengan penyebaran varian Delta. Namun, ketika masih berjibaku, ada laporan bahwa varian Kappa sudah terdeteksi di Indonesia, yaitu di Jakarta dan Sumatra Selatan.

Salah satu varian yang tengah menjadi perhatian adalah varian B.1.617. Varian ini terbagi menjadi tiga, yaitu:

  • B.1.617.1 (varian Kappa)
  • B.1.617.2 (varian Delta) 
  • B.1.617.3

Seperti yang kita tahu, varian Delta sudah menyebar di Tanah Air. Ternyata, varian Kappa juga baru-baru ini ditemukan pada 29 Juni 2021 lalu. Masih "bersaudara" dengan varian Delta, berikut ini fakta-fakta penting seputar varian Kappa.

1. Pertama kali terdeteksi di India, varian Kappa termasuk dalam garis B.1.617

ilustrasi virus corona SARS-CoV-2 (imi.europa.eu/Image courtesy of the NIH CC 0)

Termasuk dalam garis turunan B.1.617, varian Kappa pertama kali diidentifikasi di India pada Oktober 2020. B.1.617 terpecah menjadi tiga, yaitu varian Kappa, varian Delta, dan B.1.617.3 (tidak diberi nama, tetapi terus dipantau).

Data dari Global Initiative on Sharing Avian Influenza Data (GISAID) melampirkan dari 30.000 sampel yang terkumpul dari seluruh dunia, 3.500 berasal dari varian Kappa. Dilansir News18, hanya dalam 60 hari, varian Kappa berkontribusi pada 3 persen kasus COVID-19 di India, paling banyak dibandingkan Amerika Serikat, Inggris, dan Kanada.

Baca Juga: Waduh, COVID-19 Varian Kappa Sudah Ditemukan di Sumsel

2. Ini mutasi yang dibawa Kappa, bisa mengecoh sistem imun?!

ilustrasi imun tubuh menangkal penyakit (pixabay.com/bru-no)

Layaknya "saudaranya" varian Delta, varian Kappa juga diperingatkan lebih menular dibandingkan varian konvensional. Bahkan, Scientific Advisory Group for Emergencies di Inggris memperingatkan kalau varian dari B.1.617 bisa 50 persen lebih mudah menular.

Ini dikarenakan varian Kappa membawa berbagai mutasi kode protein spike atau peplomer utama dalam dirinya. Beberapa mutasi telah ditemukan pada varian Delta, dan mutasi ganda tersebut adalah:

  • L452R: membuat varian Kappa lebih gampang menempel ke reseptor angiotensin converting enzyme (ACE2) dan menurunkan kemampuan deteksi sistem imun

  • E484Q: membuat varian Kappa lebih mudah terikat dengan ACE2 dan aktif menghindari sistem imun

Dilansir Euronews, para ilmuwan menemukan bahwa terdapat perubahan asam amino pada varian Kappa yang memungkinkan virus lebih mudah masuk sel inang. Jenis mutasi tersebut mirip dengan yang ditemukan pada varian lain, seperti P.1 atau varian Gamma.

3. Gejala varian Kappa yang mengecoh, ada yang mirip campak!

ilustrasi campak (drugtopics.com)

Sementara varian Kappa tertutupi "popularitas" Delta, varian ini dilaporkan sebagai biang kerok yang menyebabkan lonjakan kasus di Melbourne, Australia, hingga menyebabkan penguncian wilayah atau lockdown pada Mei 2021. Oleh karena itu, penelitian tentang gejala varian Kappa pun dilakukan.

Dilansir DNA India, varian Kappa memiliki gejala umum COVID-19, seperti flu, demam, sakit kepala, pegal-pegal, batuk berkepanjangan, mulut kering, hingga kehilangan penciuman (anosmia) dan perasa (ageusia).

Akan tetapi, pakar epidemiologi asal Griffith University Australia, Dicky Budiman, memperingatkan gejala awal varian Kappa yang mirip dengan campak.

"Untuk varian Kappa ini gejalanya sama dengan gejala awal campak, tapi dalam satu sampai dua hari pertama. Bedanya, varian Kappa tidak menunjukkan gangguan kulit seperti campak," katanya.

Ia mengatakan, gejala awal infeksi varian Kappa adalah berupa ruam di sekujur tubuh, demam tinggi, batuk pilek, serta mata merah dan berair. Barulah pada hari-hari berikutnya, gejala COVID-19 yang umum muncul.

4. Kenapa varian Kappa juga berbahaya?

Seorang pasien COVID-19 meletakkan kedua tangan di kepalanya (ANTARA FOTO/REUTERS/Baz Ratner)

Pada 4 April 2021, Badan Kesehatan Dunia (WHO) memasukkan varian Kappa dalam kelompok variant of interest (VOI), berarti "menyebabkan penularan di komunitas masyarakat, lonjakan kasus atau klaster COVID-19, atau terdeteksi di banyak negara".

Hal ini berbeda dengan varian Delta yang telah masuk variant of concern (VOC). Dikarenakan infeksi varian Delta jauh lebih besar dibandingkan varian Kappa, maka Kappa dianggap tidak terlalu berbahaya dan seluruh riset pun condong ke varian Delta.

Namun, pimpinan teknis WHO untuk COVID-19, dr. Maria van Kerkhove, berkata lain. Ia memperingatkan dunia pada April 2021 bahwa dua mutasi (L452R dan E484Q) pada B.1.617 amat mengkhawatirkan karena dapat meningkatkan penularan dan menurunkan efektivitas vaksin.

Baca Juga: Waspada! COVID-19 Varian Kappa Muncul di Jakarta, Lebih Cepat Menular

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya