TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Studi: Masalah Kehamilan Berpotensi Menyebabkan Stroke

Mengapa gangguan kehamilan berhubungan dengan stroke?

ilustrasi perempuan sedang merenung. (pixabay.com/Maaythi)

Bagi pasangan suami istri, memiliki momongan kadang tidak mudah. Selain masalah seperti keguguran atau lahir mati, kemandulan juga bisa menjadi masalah besar baik untuk laki-laki maupun perempuan.

Masalahnya, berbagai komplikasi kehamilan yang terjadi pada perempuan tidak hanya membawa luka dan duka, tetapi juga meningkatkan risiko stroke. Hal ini ditemukan oleh sebuah penelitian terbaru.

1. Libatkan ratusan ribu partisipan perempuan

ilustrasi perempuan yang mengalami keguguran (utswmed.org)

Apakah gangguan kehamilan seperti keguguran, lahir mati, atau kemandulan bisa memengaruhi risiko stroke pada perempuan? Hal inilah yang kemudian dicari tahu oleh para peneliti Eropa, Amerika Serikat (AS), dan Australia dalam penelitian bertajuk "Infertility, recurrent pregnancy loss, and risk of stroke".

Dimuat dalam British Medical Journal (BMJ) pada 22 Juni 2022, para peneliti meneliti data dari delapan studi yang dilakukan di tujuh negara (Australia, China, Jepang, Belanda, Swedia, Inggris, dan Amerika Serikat). Hasilnya, penelitian ini mencakup data 618.851 partisipan perempuan berusia 32–73 tahun.

Para perempuan memiliki riwayat kemandulan, keguguran, atau lahir mati. Jika terjadi stroke non-fatal, maka partisipan bisa melapor melalui kuesioner, riwayat rumah sakit, atau data pasien nasional, sementara stroke fatal dilaporkan melalui data kematian. Jadi, para partisipan terbagi menjadi:

  • Sebanyak 275.863 memiliki data stroke non-fatal dan fatal.
  • Sebanyak 54.716 hanya memiliki data stroke non-fatal.
  • Sebanyak 288.272 hanya memiliki data stroke fatal.

Baca Juga: Kabar Gembira! Olahraga Ringan Bisa Bantu Cegah Stroke

2. Hasil: Keguguran, kemandulan, dan lahir mati dongkrak risiko stroke pada perempuan

Para peneliti kemudian memantau para partisipan selama 12 tahun untuk stroke non-fatal dan 9,4 tahun untuk stroke fatal. Selama waktu tersebut, sebanyak 9.265 perempuan (2,8 persen) mengalami stroke non-fatal dan 4.003 perempuan (0,7) mengalami stroke fatal. Oleh karena itu, para peneliti menemukan bahwa:

  • Kemandulan meningkatkan risiko stroke non-fatal.
  • Lahir mati meningkatkan risiko stroke iskemik non-fatal.
  • Keguguran meningkatkan risiko stroke non-fatal dan fatal.

Kemandulan meningkatkan risiko stroke non-fatal hingga 14 persen. Kemudian, keguguran lebih dari 3 kali bisa meningkatkan risiko stroke non-fatal hingga 35 persen dan stroke fatal hingga 82 persen. Lahir mati bisa meningkatkan risiko stroke non-fatal hingga 31 persen, tetapi lahir mati berulang dongkrak risiko stroke fatal hingga 26 persen.

3. Mengapa gangguan kehamilan berhubungan dengan stroke?

ilustrasi perempuan lansia yang menderita stroke dan dibawa ke rumah sakit (unsplash.com/Harry cao)

Sementara belum bisa menjelaskan secara pasti, para peneliti menyalahkan disfungsi endotel sebagai penyebab stroke pada keguguran dan lahir mati. Disfungsi endotel mengakibatkan keguguran karena kecacatan pada proses plasentasi.

Lalu, antibodi antifosfolipid dari keguguran berhubungan dengan trombosis pada pembuluh plasenta. Hal ini menyebabkan stroke akibat keadaan pro-trombosis atau trombofilia. Antibodi antifosfolipid yang terikat dengan sel endotel mengganggu fugsi antikoagulan endotel, menyebabkan trombosis hingga stroke iskemik.

"Perempuan dengan keguguran lebih dari sekali lebih berisiko memiliki perilaku tak sehat, menderita obesitas, hingga depresi sehingga meningkatkan risiko stroke di kemudian hari," tulis para peneliti.

Baca Juga: Ibu Hamil Wariskan Antibodi dari Vaksin COVID-19 kepada Bayinya

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya