TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Ngupil Tingkatkan Risiko Demensia? Ini Kata Studi! 

Mengupil mungkin berdampak pada kesehatan otak

ilustrasi mengupil (freepik.com/cookie_studio)

Siapa di sini yang tidak pernah mengupil? Baik karena gatal atau sekadar iseng, mengupil tidak dianggap sebagai aktivitas yang berbahaya, selain mungkin bagian dalam hidung bisa terluka karena mengupil terlalu keras atau tergores kuku yang tajam.

Meski begitu, ternyata mengupil mungkin memiliki dampak tersembunyi untuk kesehatan otak. Iya, kesehatan otak! Sebuah riset terbaru mencatat bahwa mengupil bisa meningkatkan risiko demensia, terutama penyakit Alzheimer. Simak faktanya di bawah ini.

Penelitian terhadap hewan, bukan manusia

ilustrasi tikus penelitian (pixabay.com/tiburi)

Chlamydia pneumoniae adalah bakteri patogen yang umumnya menyebabkan radang paru-paru atau pneumonia. Ternyata, bakteri ini bisa memengaruhi sistem saraf pusat, dan bukti hubungan infeksi C. pneumonia di sistem saraf pusat dan demensia makin terlihat jelas.

Dimuat dalam jurnal Nature Scientific Reports pada Februari 2022 silam, sebuah penelitian di Griffith University, Australia, bermaksud menguji hubungan tersebut. Penelitian ini melibatkan tikus sebagai bahan percobaan yang terinfeksi C. pneumonia secara intranasal.

Baca Juga: Cara Mengupil yang Benar, Kalau Keliru Bisa Infeksi!

Temuan: Infeksi bakteri C. pneumonia bisa menyebabkan demensia

Sekadar informasi, hidung memiliki saraf olfaktori yang terhubung ke otak. Jika bakteri menginvasi saraf tersebut, bakteri bisa melewati sawar darah-otak (bagian pelindung otak) sehingga bisa menginfeksi otak.

Para peneliti Australia menemukan bahwa bakteri C. pneumonia menggunakan rute saraf olfaktori untuk bisa mencapai sistem saraf pusat. Sel otak kemudian merespons invasi C. pneumonia dengan menumpuk protein beta amiloid, senyawa yang menjadi penanda penyakit Alzheimer, salah satu bentuk demensia paling umum.

Peneliti pengawas dari Griffith University, Prof. James St. John, menjelaskan bahwa sebelum studi ini, banyak studi lain yang memperlihatkan C. pneumonia ada di otak manusia (lewat autopsi) berikut dengan plak protein beta amiloid.

"Akan tetapi, tak diketahui bagaimana bakteri bisa sampai ke sana, dan apakah bakteri ini menyebabkan Alzheimer atau terhubung dengannya. Penelitian hewan kami menunjukkan bahwa bakteri yang sama bisa merambat dari saraf olfaktori dan memicu patologi mirip dengan Alzheimer," kata Prof. James, dilansir Medical News Today.

Menambah bukti studi lainnya

Sebuah studi di Amerika Serikat (AS) yang dimuat dalamJournal of Alzheimer’s Disease pada 2008 mencatat bahwa infeksi C. pneumoniae bisa memicu demensia. Dua tahun kemudian, sebuah studi di AS yang dimuat dalam jurnal BMC Neuroscience juga melihat bahwa C. pneumoniae, deposit amiloid, dan filamen PH di otak pasien dengan penyakit Alzheimer. 

Studi terbaru di Australia ini menambah bukti bahwa ada hubungan antara patogen dan demensia. Meski begitu, Prof. James yakin bahwa C. pneumonia bukanlah faktor patogen tunggal penyebab Alzheimer. Virus seperti herpes simpleks hingga kombinasi mikroba dan gen bisa memicu Alzheimer.

"Kita semua punya bakteri/virus di otak kita, tetapi tidak semuanya memicu Alzheimer. Jadi, kombinasi mikroba dan gen berpotensi memicu patologi dan gejala Alzheimer," kata Prof. John.

Selain itu, ia mengutarakan bahwa bakteri di otak bukan serta-merta tanda bahwa "besok kamu terkena demensia". Ia menjelaskan bahwa bakteri memulai perkembangan patologi Alzheimer butuh beberapa dekade sebelum bisa memicu gejala.

Baca Juga: 10 Penyebab Mimisan saat Tidur, Salah Satunya Mengupil Tanpa Sadar

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya