TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Positif COVID-19 dengan Gejala Anosmia, Tanda Pulih Lebih Cepat? 

Apakah ini kabar baik untuk pasien COVID-19?

ilustrasi COVID-19 dan anosmia (pixabay.com/Engin_Akyurt)

Infeksi COVID-19 bisa terlihat dari beberapa gejala utamanya yang terlihat setelah 14 hari masa inkubasi. Selain demam dan batuk pilek, banyak pasien juga mengeluhkan gejala kehilangan indra penciuman atau anosmia.

Baru-baru ini ramai video di TikTok seorang dokter yang mengatakan bahwa gejala anosmia pada pasien COVID-19 merupakan pertanda kalau COVID-19 yang dialami tidak parah. Videonya pun sudah ditonton lebih dari 6 juta kali! Apakah betul begitu? Simak faktanya berikut ini!

1. Informasi berasal dari video TikTok

Berdasarkan sebuah video yang diunggah akun @dr.findriliasanvira di platform TikTok dan Instagram pada Minggu (4/7/2021), yang menginformasikan bahwa gejala anosmia pada pasien COVID-19 disebut "pertanda baik". Apa yang disampaikannya bersumber dari jurnal dari Badan Kesehatan Dunia (WHO), bahwa anosmia adalah indikator kalau COVID-19 tidak akan parah atau prognosisnya baik.

"Beberapa jurnal dari WHO sudah menyatakan bahwa anosmia atau gejala kehilangan indra penciuman ini bisa menjadi pertanda kalau COVID-mu tuh gak akan parah atau prognosisnya baik," ujar dr. Findrilia Sanvira, M.Biomed., AAM., AAAM., dokter dan konsultan kecantikan di L'Viors Beauty Clinic.

Reaksi inflamasi yang terjadi akibat infeksi virus corona SARS-CoV-2 memaksa tubuh mengeluarkan sel inflamasi dan sitokin. Hasilnya, indra penciuman mengalami penurunan. Kata dr. Findrilia, anosmia adalah reaksi protektif tubuh terhadap COVID-19.

Selain itu, ia mengatakan bahwa hampir 90 persen pasien COVID-19 dengan gejala anosmia tidak dirawat di ruang unit perawatan intensif (ICU), berbeda dengan pasien COVID-19 di ICU yang tidak menunjukkan gejala anosmia sama sekali.

Baca Juga: Tidak Bisa Mencium Bau, Ini Gejala Anosmia dan Cara Mengobatinya

2. Riset dari Amerika Serikat yang mendukung klaim tersebut melibatkan hampir 1.000 pasien COVID-19

Ilustrasi gejala anosmia (freepik.com/benzoix)

Sebuah riset di University Medical Center, Chicago, Amerika Serikat (AS), pada Oktober 2020 yang berjudul "Smell loss is a prognostic factor for lower severity of coronavirus disease 2019" menemukan bahwa kehilangan indra penciuman dan perasa adalah tanda bahwa prognosis COVID-19 tidak parah.

Melibatkan hampir 950 pasien COVID-19, penelitian yang dimuat dalam jurnal Annals of Allergy, Asthma, & Immunology ini mengatakan bahwa 198 pasien (20,9 persen) mengalami anosmia. Gejala ini terlihat pada pasien COVID-19 perempuan muda dengan indeks massa tubuh (BMI) tinggi.

3. Hasilnya, pasien COVID-19 dengan anosmia menunjukkan reaksi ringan terhadap COVID-19

ilustrasi anosmia (bbc.com)

Pasien COVID-19 dengan gejala anosmia lebih kecil kemungkinannya untuk dilarikan ke rumah sakit hingga ICU, membutuhkan intubasi, dan terkena paru-paru basah atau acute respiratory distress syndrome (ARDS).

Selain itu, anosmia berarti kemungkinan limfositopenia yang rendah dan kadar albumin lebih tinggi. Para peneliti menyatakan kalau gejala ini berarti reaksi tubuh lebih ringan terhadap COVID-19, dibandingkan dengan pasien yang tak mengalami anosmia.

Kondisi penyerta seperti rinitis alergi, rinosinusitis, dan komorbiditas penciuman meningkatkan kemungkinan anosmia akut pada pasien COVID-19. Namun, penelitian tersebut memastikan kalau anosmia bukanlah kondisi permanen pada COVID-19.

4. Ternyata, memang betul anosmia berarti COVID-19 bersifat ringan, tetapi kalau gejala hanya anosmia saja!

ilustrasi anosmia (northshore.org)

Dihubungi oleh IDN Times pada hari Senin (5/7/2021), Dr. dr. Erlina Burhan, M.Sc, SpP(K), Ph.D, membenarkan bahwa gejala anosmia yang disebabkan oleh SARS-CoV-2 memang dapat dikaitkan dengan kemungkinan COVID-19 tidaklah parah dan biasanya berakhir baik untuk sang pasien.

"Kalau hanya anosmia saja, prognosisnya memang bagus," ujar dr. Erlina.

Akan tetapi, dr. Erlina mengingatkan jika prognosis dapat dilihat dari pasien, seperti komorbiditas, kinerja sistem imun, dan beban virus (viral load).

"Ya, tergantung, sih, apakah dia ada gejala yang lain? Prognosis bukan bergantung dari satu faktor," imbuh dr. Erlina.

Baca Juga: 5 Trik PCR Cepat Negatif untuk Pasien COVID-19 yang Isoman

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya