TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Studi: Risiko Disfungsi Ereksi 6 Kali Lipat pasca COVID-19

Peringatan untuk para laki-laki!

ilustrasi: disfungsi ereksi bisa bikin frustrasi (pixabay.com/Fotorech)

Walaupun kebanyakan kasus gejalanya ringan atau tidak bergejala, tetapi infeksi COVID-19 juga bisa menimbulkan beberapa komplikasi berbahaya dan fatal. Hingga saat ini, penyakit akibat infeksi virus corona SARS-CoV-2 ini telah merenggut lebih dari 4,5 juta nyawa.

Tidak diragukan lagi, COVID-19 telah memengaruhi kesehatan manusia dalam skala luas. Bukan cuma pernapasan, infeksi ini juga ditemukan dapat berdampak pada organ reproduksi. Salah satu penelitian menyerukan bahaya COVID-19 untuk kesuburan reproduksi laki-laki. Guys, yuk, simak ulasannya!

1. Studi perdana yang mengaitkan COVID-19 dan disfungsi ereksi

ilustrasi laki-laki dengan disfungsi seksual (freepik.com/jcomp)

Dimuat dalam jurnal Andrology pada Maret 2021, sebuah studi di Italia bertajuk "Mask up to keep it up: Preliminary evidence of the association between erectile dysfunction and COVID‐19" ingin melihat hubungan COVID-19 dengan disfungsi ereksi. Ini adalah studi pertama di dunia yang mencari tahu hubungan antara keduanya.

Para peneliti mengumpulkan data dari survei daring "Sex@COVID" di Italia dari April-Mei 2020. Tujuannya, para peneliti ingin mengumpulkan responden laki-laki yang aktif secara seksual dan terdiagnosis COVID-19. Hasilnya, terkumpul 100 responden yang terbagi jadi:

  • Sebanyak 25 responden laki-laki terdiagnosis positif COVID-19
  • Sebanyak 75 responden laki-laki terdiagnosis negatif COVID-19

Para peneliti memperhitungkan efek penguncian wilayah (lockdown) dan pembatasan jarak sosial pada kesehatan psikis, hubungan sosial, dan seksual responden. Fungsi ereksi diukur dengan International Index of Erectile Function (IIEF).

Baca Juga: 10 Cara Ampuh Cegah Disfungsi Ereksi atau Impotensi Sebelum Terlambat 

2. Hasil: COVID-19 tingkatkan risiko disfungsi ereksi hampir 6 kali lipat!

Seorang pasien COVID-19 meletakkan kedua tangan di kepalanya. (ANTARA FOTO/REUTERS/Baz Ratner)

Hasilnya, para peneliti Italia menemukan bahwa tingkat prevalensi disfungsi ereksi lebih tinggi pada responden yang positif COVID-19 (28 persen) dibanding responden yang negatif COVID-19 (8 persen).

Para peneliti juga mencatat bahwa dibandingkan status psikologis, usia, dan indeks massa tubuh (BMI), COVID-19 juga meningkatkan risiko disfungsi ereksi hingga 5,66 kali lipat. Sebaliknya, para responden yang memiliki disfungsi ereksi juga terpapar risiko terkena COVID-19 lebih tinggi, yaitu sebesar 5,27 kali lipat.

SARS-CoV-2 berpotensi jadi pemicu disfungsi ereksi atau yang memperparah disfungsi ereksi. Selain itu, para peneliti menyarankan mereka yang menderita disfungsi ereksi untuk lebih berhati-hati karena risiko terkena COVID-19 juga ditemukan lebih besar.

3. Hubungan terselubung antara COVID-19 dan disfungsi ereksi

ilustrasi disfungsi ereksi (drtracygapin.com)

Pemimpin studi tersebut serta selaku profesor endokrinologi dan seksologi medis di University of Rome Tor Vergata, Italia, Emmanuele A. Jannini, MD, memperingatkan bahwa disfungsi ereksi berpotensi menjadi komplikasi jangka pendek dan panjang akibat COVID-19.

"Ketika ditawarkan, para laki-laki harus mendapatkan vaksinasi COVID. Ini juga memberikan arti baru untuk memakai masker: memakai masker untuk menjaga organ reproduksi. Itu mungkin bisa memiliki manfaat tambahan untuk mencegah disfungsi seksual," ujar Emmanuele dilansir WebMD.

Seperti disfungsi ereksi, Emmanuele mengatakan bahwa usia lanjut, BMI tinggi, dan kebiasaan merokok meningkatkan risiko terkena COVID-19. Hasil penelitian tersebut juga melihat adanya hubungan antara disfungsi ereksi, disfungsi endotelial yang adalah bentuk penyakit arteri koroner, dan COVID-19.

"Kami ingin menemukan semacam biomarker disfungsi endotelial pasca COVID-19, karena tampaknya ada banyak gejala sisa (sequelae) yang hidup berdampingan untuk waktu yang lama setelah infeksi," tambah Emmanuele.

Oleh karena itu, memastikan apakah penyintas COVID-19 mengalami disfungsi ereksi setelah infeksi dapat memberikan ukuran dampak COVID-19 terhadap kesehatan sistemik.

4. COVID-19 dan disfungsi ereksi bisa jadi tanda gangguan kardiovaskular

ilustrasi penyakit kardiovaskular (freepik.com/standret)

Disfungsi ereksi sering dianggap tanda gangguan kesehatan secara keseluruhan, terutama kasus gangguan kardiovaskular pada usia dini. Beberapa penelitian terdahulu menemukan COVID-19 tanpa gejala atau asimtomatik terkait dengan risiko masalah pembuluh darah kecil terselubung dalam jangka panjang terhadap sistem kardiovaskular.

Emmanuele mengatakan bahwa COVID-19 adalah penyakit endotelial dengan manifestasi sistemik yang kemungkinan besar disebabkan oleh perubahan keseimbangan trombotik atau fibrinolitik endotelial. Umumnya, kinerja sel-sel trombotik atau fibrinolitik mirip saat SARS-CoV-2 menyerang sel inang.

"Disfungsi ereksi sering dianggap sebagai ciri disfungsi endotelial, dan dengan demikian, hubungan potensial antara disfungsi ereksi dan COVID-19 juga telah didalilkan dan mendukung penyelidikan dalam penelitian ini," jelas Emmanuele.

Baca Juga: Bahaya, Ini 7 Gejala & Jenis Disfungsi Ereksi yang Perlu Kamu Waspadai

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya