TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Studi: Varian Omicron Turunkan Efektivitas Vaksin 40 Kali Lipat

Studi menemukan efektivitas vaksin bisa turun akibat Omicron

ilustrasi varian COVID-19 B.1.1.529 atau Omicron (pixabay.com/geralt)

Sejak diumumkan menjadi variant of concern (VOC) pada 26 November 2021 silam, para ilmuwan dunia bergegas mencari tahu tentang varian Omicron. Dengan lebih dari 50 mutasi termasuk lebih dari 30 pada protein spike-nya, varian ini dikatakan lebih menular dan mengelak imunitas.

Sementara karakteristik varian yang telah terdeteksi di hampir 40 negara ini masih belum banyak diketahui, sebuah penelitian gabungan menunjukkan potensi bahwa Omicron dapat menurunkan efektivitas vaksin.

1. Studi melibatkan vaksin Pfizer-BioNTech

ilustrasi vaksin Pfizer-BioNTech (Dok. Reuters/Edgar Su)

Melalui utas Twitter-nya pada Rabu (8/12/2021), profesor di Africa Health Research Institute, Alex Sigal, mengabarkan kalau timnya telah menyelesaikan penelitian dampak Omicron terhadap vaksin. Alex mengatakan kalau penelitian ini masih belum menjalani ulasan sejawat (peer review) dan akan segera dimasukkan ke jurnal medRxiv.

Bertajuk "SARS-CoV-2 Omicron has extensive but incomplete escape of Pfizer BNT162b2 elicited neutralization and requires ACE2 for infection", penelitian ini meneliti 14 sampel plasma dari 12 partisipan yang telah menyelesaikan dua dosis vaksin Pfizer-BioNTech. Kemampuan plasma ini diuji untuk menetralisir Omicron.

Sebagai catatan, 12 partisipan ini terbagi menjadi dua grup. Enam partisipan tidak memiliki riwayat COVID-19, sementara enam partisipan lainnya memiliki riwayat COVID-19 dari gelombang pertama.

Baca Juga: Perbedaan Gejala Varian Omicron pada yang Sudah dan Belum Divaksinasi

2. Hasil: penurunan efektivitas vaksin lebih dari 40 kali lipat

ilustrasi vaksin m-RNA Pfizer-BioNTech (politico.com)

Penelitian ini kemudian menemukan bahwa seperti SARS-CoV-2 pada umumnya, varian Omicron masih mengandalkan angiotensin-converting enzyme 2 (ACE-2) untuk menginfeksi sistem pernapasan manusia.

Selain itu, penelitian ini juga menemukan efektivitas vaksin Pfizer-BioNTech dengan platform messenger ribonucleic acid (mRNA) terhadap Omicron berkurang hingga 41 kali lipat. Hal ini sekilas membuktikan kalau Omicron memang dapat membuat antibodi tidak efektif.

Akan tetapi, penelitian ini mencatat kalau pengelakan imun ini tidak komplet. Hal ini dikarenakan, dari lima partisipan yang pernah terinfeksi COVID-19, mereka menunjukkan titer netralisasi yang tinggi terhadap varian Omicron.

3. Mengandalkan hybrid immunity

ilustrasi virus corona (pixabay.com/Cassiopeia_Arts)

Sebagai catatan, Alex dan para rekan peneliti menemukan bahwa pengelakan imun Omicron lebih "ekstensif". Akan tetapi, para peneliti mengatakan bahwa pengelakan ini tidak komplet pada partisipan yang memiliki titer antibodi tinggi karena sebelumnya terinfeksi SARS-CoV-2.

"Hasil ini lebih baik daripada yang diharapkan. Makin banyak antibodi, makin tinggi potensi proteksi terhadap Omicron," cuit Alex.

Selain itu, penelitian ini mencatat keampuhan hybrid immunity, yaitu gabungan antara riwayat infeksi yang diperkuat oleh vaksinasi atau dosis ketiga atau booster. Dengan hybrid immunity, tingkat netralisasi dan proteksi jauh lebih tinggi untuk mencegah gejala parah infeksi varian Omicron.

Sebagai catatan, studi ini belum menjalani peer review, sehingga hasilnya masih bisa berubah. Alex pun mengonfirmasi bahwa timnya masih akan melakukan berbagai percobaan dan hasil ini bisa berubah.

Baca Juga: Obat Paxlovid dari Pfizer Ampuh Cegah Kematian akibat COVID-19

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya