TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

7 Hal yang Bisa Dicoba buat Menghentikan Kebiasaan Mengiler saat Tidur

Penyebab ileran tak hanya kelelahan atau salah posisi tidur!

ilustrasi kebiasaan mengiler (pexels.com/Keira Burton)

Mengiler saat tidur terjadi karena produksi air liur berlebih tanpa adanya penelanan air liur yang diproduksi. Bagi bayi atau anak-anak, mengiler adalah hal yang biasa. Namun, bagi orang dewasa yang mungkin sedang tertidur di suatu tempat atau tidur di tengah teman-teman atau orang lain, mengiler bisa jadi suatu hal yang memalukan.

Seringkali mengiler dihubungkan dengan kondisi kelelahan. Dilansir Medical News Today, ngiler dapat juga terjadi karena posisi tidur yang tidak tepat, sinus, hingga ganggaun medis serius seperti epiglotitis dan gangguan neurologi. Berikut ini enam cara yang dapat dilakukan untuk menghentikan ngiler pada saat tidur.

1. Mengubah posisi tidur

ilustrasi tidur tengkurap (pexels.com/Pixabay)

Posisi tidur yang tidak tepat menjadi penyebab yang paling umum seseorang mengiler. Gravitasi saat tidur berpengaruh pada air liur yang dihasilkan.

Saat kamu tidur dengan posisi tengkurap atau miring, maka mulut menjadi lebih susah menelan air liur yang dihasilkan saat tidur. Akibatnya, air liur berlebih yang dihasilkan merembes keluar dari mulut. Sebaiknya, tidurlah dengan posisi yang benar, nyaman, dan jangan terlalu miring.

2. Pengobatan sinus atau hidung yang tersumbat

ilustrasi penderita sinus (pexels.com/Cottonbro)

Infeksi sinus dan hidung tersumbat berpengaruh pada produksi air liur. Saat sinus, air liur yang diproduksi menjadi meningkat hingga semakin memungkinkan penderita menjadi ileran saat tidur.

Kondisi sinus dan hidung tersumbat juga menjadikan penderita kesulitan bernapas secara normal dan beralih ke pernapasan mulut. Akibatnya, mulut lebih sering terbuka dan air liur rawan mengalir. Pengobatan sinus dapat dilakukan sebagai solusi meminimalkan kemungkinan mengiler saat tidur.

3. Suntik botoks

ilustrasi suntik botoks (pexels.com/Thirdman)

Suntik botoks dapat dilakukan pada seorang dengan air liur yang berlebih akibat gangguan neurologis. Suntik ini juga dapat diberikan pada seorang yang hipersalivasi. Dilansir Healthline, botoks akan disuntikkan pada kelenjar ludah dengan tujuan untuk melumpuhkan otot-otot hingga air liur tidak diproduksi dengan berlebihan.

Suntikan ini dapat bertahan selama 6 bulan dan dapat diulangi kembali jika memang masih diperlukan. Kelenjar juga bisa berfungsi kembali seperti semula jika suntikan dihentikan setelah 6 bulan.

Baca Juga: Batu Kelenjar Air Liur: Gejala, Penyebab, Diagnosis, Pengobatan

4. Pengobatan rumahan dengan lemon

ilustrasi lemon (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Penggunan irisan lemon diperkirakan dapat menjaga keseimbangan air liur yang dihasilkan oleh mulut. Menurut American Dental Association, air liur berperan sebagi pencegah infeksi. Oleh karena itu, keberadaannya perlu dijaga, tapi juga tidak boleh diproduksi berlebihan.

Menggigit irisan lemon dapat membantu air liur bertekstur lebih encer. Akibatnya, air liur mudah tertelan dan tidak menggenang jika dibandingan dengan air liur yang lebih kental.

5. Mesin CPAP

ilustrasi penderita sleep apnea (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Gangguan tidur sleep apnea memiliki gejala sering mengiler saat tidur. Jika memang benar sering mengiler disebabkan sleep apnea, maka salah satu perawatn yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan mesin CPAP (Continuous Positive Airway Pressure).

Penggunaan mesin ini memungkinkan penderita sleep apnea tidur dengan nyenyak. Pasien dapat bernapas dengan benar saat tidur sehingga dapat meminimalkan risiko mengiler saat tidur.

6. Minum obat-obatan

ilustrasi minum obat (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Pada beberapa kondisi air liur berlebih, dokter dapat meresepkan obat-obatan seperti skopolamin. Obat tempel ini berbentuk seperti koyo dan diletakkan di belakang telinga. Namun, obat ini juga memunculkan beberapa efek samping seperti gatal pada mata, mulut kering, peningkatan denyut jantung, dan pusing.

Jika obat yang diberikan berbeda, efek samping yang dimunculkan juga berlainan. Misalnya obat glikopirolat yang menyebabkan sulit buang air kecil dan mudah marah.

Verified Writer

Diah Amelia

lets try and try again!

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya