TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Akalasia: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatan

Waspadai gejala sulit menelan, sensasi seret, dan muntah

ilustrasi akalasia (badgut.org)

Ada sebuah studi kasus di mana seorang pasien mengeluh tidak bisa makan dan minum selama tiga bulan. Ia mengeluh ada rasa seret di tenggorokan dan saat menelan makanan atau minuman ia langsung muntah.

Setelah muntah, ia merasa tenggorokannya sakit dan terasa asam. Setelah diperiksa, pasien tersebut terdiagnosis dengan akalasia atau achalasia. Laporan studi kasus ini diterbitkan dalam jurnal Dunia Keperawatan tahun 2015.

Merupakan kondisi langka yang memengaruhi otot esofagus bagian bawah dan sfingter esofagus bagian bawah, yuk, kenali fakta akalasia berikut ini!

1. Apa itu akalasia?

ilustrasi akalasia (mysurgicalspecialist.uk)

Dilansir WebMD, akalasia terjadi ketika proses pemindahan ke perut tidak bekerja sebagaimana mestinya. Agar makanan dan cairan mengalir dari mulut ke perut ada dua hal yang harus terjadi setelah kamu menelannya.

Pertama, esofagus, saluran yang membawa makanan ke perut, harus menggerakkan makanan dengan gerakan meremas dan mengendurkan. Setelah makanan mencapai lambung, flap atau katup otot kecil di bagian bawah kerongkongan harus terbuka untuk membiarkan makanan masuk ke dalam perut.

Pada orang dengan akalasia, tak satu pun proses tersebut bekerja dengan baik. Kerongkongan tidak bisa mendorong makanan ke bawah. Selain itu, katup tidak terbuka sepenuhnya. Ini menyebabkan makanan tersangkut di dasar kerongkongan, layaknya wastafel yang tersumbat, dan terbawa kembali ke mulut.

Akalasia tergolong langka, diperkirakan terjadi pada 1 dari 100.000 orang. Kondisi ini perlu waktu bertahun-tahun untuk berkembang, dan beberapa orang mengabaikan gejalanya selama bertahun-tahun sebelum pergi ke dokter. Meski tidak bisa disembuhkan total, pengobatan bisa membantu pasien mengendalikan kondisi ini.

Baca Juga: Tenggorokanmu Terus-terusan Berlendir? Ini 7 Cara Ampuh Mengatasinya

2. Tanda dan gejala

ilustrasi nyeri dada(pexels.com/Freestocks)

Dilansir Mayo Clinic, gejala akalasia umumnya muncul secara bertahap dan memburuk seiring waktu. Tanda dan gejalanya mungkin termasuk:

  • Tak bisa menelan (disfagia), yang mana ini digambarkan seperti makanan atau minuman tersangkut di tenggorokan
  • Muntah makanan atau air liur
  • Heartburn atau sensasi terbakar di dada
  • Serdawa
  • Sakit dada yang hilang timbul
  • Batuk pada malam hari
  • Pneumonia (akibat aspirasi atau menghirup makanan, asam lambung, atau air liur ke paru-paru)
  • Penurunan berat badan
  • Muntah-muntah

3. Penyebab dan faktor risiko

ilustrasi heartburn akibat refluks asam lambung (dcmedical.org)

Seperti dijelaskan di laman MedlinePlus, terdapat cincin berotot di titik pertemuan antara kerongkongan dan perut yang disebut sfingter esofagus bagian bawah atau lower esophageal sphincter (LES).

Biasanya LES mengendur saat kamu menelan untuk memungkinkan makanan masuk ke perut. Pada orang dengan akalasia, otot tidak relaks sebagaimana mestinya. Selain itu, aktivitas otot normal kerongkongan (gerakan peristaltik) berkurang atau tidak ada. Masalah ini disebabkan oleh kerusakan saraf kerongkongan.

Masalah lain dapat menyebabkan gejala serupa, seperti kanker kerongkongan atau perut bagian atas, dan infeksi parasit yang menyebabkan penyakit Chagas.

Ras apa pun bisa terkena akalasia dan jumlahnya ditemukan sama pada laki-laki dan perempuan. Kondisi ini terutama dialami pada usia 30 hingga 60 tahun, meski pada beberapa kasus anak-anak juga bisa mengalaminya. Akalasia terkadang terlihat pada orang dengan sindrom Down. Pada beberapa orang, masalah ini mungkin diturunkan.

4. Diagnosis

ilustrasi endoskopi (carolinadigestive.com)

Dilansir Cleveland Clinic, terdapat tiga jenis tes yang umum digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis akalasia. 

  • Barrium swallow atau esophagogram. Untuk tes ini, pasien akan menelan sediaan barium (cairan atau bentuk lain) dan pergerakannya melalui kerongkongan dievaluasi menggunakan sinar-X. Tes ini akan menunjukkan penyempitan esofagus di LES.
  • Endoskopi saluran cerna bagian atas (upper endoscopy). Dalam tes ini, tabung fleksibel dan sempit dengan kamera (endoskopi) diturunkan ke kerongkongan. Kamera memproyeksikan gambar bagian dalam kerongkongan ke layar untuk evaluasi. Tes ini membantu menyingkirkan lesi kanker (ganas) serta menilai akalasia.
  • Manometri. Tes ini mengukur dan kekuatan kontraksi otot esofagus dan relaksasi LES. Kegagalan LES untuk relaks sebagai respons terhadap menelan dan kurangnya kontraksi otot di sepanjang dinding esofagus merupakan tes positif untuk akalasia. Ini adalah tes "standar emas" untuk diagnosis akalasia.

Baca Juga: Ini 5 Tanda Kamu Harus Mulai Mengkhawatirkan Sakit Tenggorokanmu

Verified Writer

Derinda Astri Irdiyana

Jual hamster Bergas Ungaran Kabupaten Semarang Instagram @dekyrahamster030721

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya