TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Paronikia Kronis: Penyebab, Gejala, Pengobatan, Pencegahan

Bisa menyebabkan kuku lepas kalau dibiarkan

ilustrasi paronikia atau paronychia (aafp.org)

Paronikia atau paronychia adalah infeksi kulit yang mengelilingi kuku. Jaringan yang terinfeksi bisa menjadi lunak, disertai nyeri dan pembengkakan. Kondisi yang dapat menyebabkan infeksi kuku termasuk kuku yang mudah terbelah atau rapuh, memotong kuku terlalu pendek (melebihi batas antara kuku dan daging jari), atau trauma pada kuku.

Paronikia bisa bersifat akut atau kronis, tergantung kecepatan onset (waktu permulaan munculnya suatu penyakit alias kapan pertama kali gejala mulai dirasakan), durasi, dan agen infeksi. Artikel ini akan fokus pada paronikia kronis. Berikut ini fakta-faktanya yang perlu diketahui.

1. Apa itu paronikia kronis?

ilustrasi paronikia kronis (msdmanuals.com)

Dilansir Healthline, paronikia kronis bisa muncul di jari tangan atau kaki, dan muncul secara perlahan. Ini bisa berlangsung selama beberapa minggu dan sering kambuh.

Paronikia kronis biasanya sering disebabkan oleh lebih dari agen infeksi, sering kali infeksi bakteri dan jamur Candida. Kondisi ini lebih umum pada orang-orang yang secara konstan bekerja dengan air.

Kulit yang basah secara terus-menerus dan perendaman berlebihan mengganggu penghalang alami kutikula. Ini memungkinkan jamur atau ragi dan bakteri tumbuh dan masuk ke dalam kulit untuk mengembangkan infeksi.

Baca Juga: Muncul Garis Hitam di Kuku? Bisa Jadi Itu Tanda Penyakit Serius

2. Penyebab

ilustrasi kebiasan mengisap jari (portsmouth.co.uk)

Mengutip Medical News Today, infeksi bisa muncul saat kulit di sekitar kuku mengalami kerusakan, membuat kuman bisa masuk.

Bakteri dan jamur bisa menyebabkan paronikia, dan penyebab umumnya adalah bakteri Staphylococcus aureus dan Streptococcus pyogenes.

Penyebab umum kerusakan kulit di sekitar kuku meliputi:

  • Kebiasaan menggigiti kuku.
  • Memotong kuku terlalu pendek.
  • Manikur.
  • Paparan tangan yang berlebihan terhadapan kelembapan, misalnya sering berkontak dengan air termasuk kebiasaan mengisap jari.
  • Cantengan (ingrown nail), yaitu kondisi saat ujung kuku tumbuh ke bawah kulit.

3. Gejala

ilustrasi paronikia kronis (newbp.bmj.com/Dr N.J. Jellinek and Professor C.R. Daniel III)

Gejala dari paronikia akut maupun kronis sangat mirip. Perbedaan terbesarnya adalah kecepatan onset dan durasi infeksi.

Infeksi kronis datang secara perlahan dan berlangsung selama berminggu-minggu, sementara infeksi akut berkembang dengan cepat dan tidak berlangsung lama.

Kedua infeksi bisa memunculkan gejala berikut ini:

  • Kemerahan pada kulit di sekitar kuku.
  • Kelembutan pada kulit di sekitar kuku.
  • Lepuh berisi nanah.
  • Perubahan pada bentuk, warna, atau tekstur kuku.
  • Kuku terlepas dari kulit di bawahnya.

4. Siapa yang berisiko tinggi terkena paronikia?

ilustrasi merendam tangan (pexels.com/Polina Tankilevitch)

Beberapa orang lebih berisiko mengalami paronikia, seperti:

  • Perempuan.
  • Orang-orang dengan diabetes.
  • Orang-orang yang tangannya sering dalam keadaan basah, misalnya petugas kebersihan.
  • Orang-orang dengan kondisi kulit tertentu, misalnya dermatitis.
  • Orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.

5. Diagnosis dan pengobatan

ilustrasi pemeriksaan dokter (americanpregnancy.org)

Pada kebanyakan kasus, dokter bisa dengan mudah mendiagnosis paronikia lewat pemeriksaan fisik. Mereka juga akan menanyakan seputar riwayat medis dan mencari tahu faktor risiko, misalnya diabetes.

Pada beberapa kasus, dokter mungkin butuh sampel dari nanah yang ada, lalu dikirim ke laboratorium untuk memeriksa apakah penyebabnya bakteri atau jamur.

Pengobatan paronikia bisa beragam, tergantung tingkat keparahan dan apakah itu sifatnya kronis atau akut.

Bila infeksi disebabkan oleh bakteri, dokter akan merekomendasikan antibiotik seperti dicloxacillin atau clindamycin. Jika infeksinya akibat jamur, maka dokter akan meresepkan obat antijamur, biasanya obat oles, termasuk clotrimazole atau ketoconazole.

Paronikia kronis mungkin butuh perawatan selama beberapa minggu atau bulan. Penting untuk menjaga tangan tetap dalam kondisi kering. Bila pekerjaan mengharusnya penderitanya berkontak dengan air atau terpapar bakteri, dianjurkan untuk cuti.

Dokter juga mungkin akan mengeluarkan nanah. Anestesi lokal akan digunakan, lalu dokter akan membuka lipatan kuku untuk memasukkan kain kasa, yang akan membantu mengalirkan nanah.

Baca Juga: 8 Dampak Serius Kebiasaan Menggigit Kuku, Jangan Dibiasakan

Verified Writer

Derinda Astri Irdiyana

Jual hamster Bergas Ungaran Kabupaten Semarang Instagram @dekyrahamster030721

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya