TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Fakta Body Dysmorphia, Khawatir Berlebih terhadap Penampilan

Bisa terjadi pada perempuan maupun laki-laki

ilustrasi becermin (pexels.com/Ivan Oboleninov)

Pernahkah kamu merasa minder dengan penampilanmu? Ya, dalam dunia modern yang penuh dengan citra tubuh sempurna dan ideal, tidak jarang kita mengalami pergumulan batin terkait penampilan. Namun, pada beberapa kasus ketika seseorang memiliki kekhawatiran berlebih terhadap penampilannya, ini bisa merujuk pada body dysmorphia atau disebut juga body dysmorphic disorder.

Body dysmorphia adalah suatu kondisi kesehatan mental saat seseorang tidak berhenti memikirkan kekurangan dari penampilannya. Meski kekurangan kecil sekalipun, orang dengan body dysmorphia akan merasa sangat malu, cemas, dan menghindar dari lingkungan. Mereka akan berulang kali becermin, berdandan, dan memeriksa penampilannya selama berjam-jam. Hal ini menyebabkan orang dengan body dysmorphia akan tertekan dan tidak puas dengan dirinya, dilansir Cleveland Clinic.

Lantas, bagaimana mengidentifikasi orang dengan body dysmorphia? Apa penyebabnya dan bagaimana pencegahannya? Simak informasi di bawah ini.

1. Tanda dan gejala

ilustrasi berdandan (pexels.com/Adrienn)

Diterangkan dalam laman WebMD, orang dengan body dysmorphia memiliki kekhawatiran berlebih terhadap bentuk wajah, rambut, kulit, ukuran payudara, ukuran otot, dan lainnya. Tanda dan gejala orang dengan body dysmorphia lainnya adalah sebagai berikut:

  • Melakukan sesuatu berulang kali dan memakan waktu, seperti becermin atau menghindarinya, berdandan, dan menutupi kekurangan yang dirasakan.
  • Membandingkan bagian tubuh sendiri dengan orang lain.
  • Terus-menerus meminta kepastian bahwa kekurangannya tidak terlihat.
  • Tidak percaya ketika orang lain berkata bahwa penampilannya baik-baik saja.
  • Merasa tidak percaya diri dan cemas berada di sekitar orang lain.
  • Mencari prosedur operasi plastik atau prosedur kosmetik lainnya untuk memperbaiki kekurangannya.
  • Memiliki kecenderungan menjadi seorang perfeksionis.

2. Penyebab

ilustrasi mendapatkan ejekan (freepik.com/freepik)

Penyebab body dysmorphia masih tidak diketahui secara spesifik. Akan tetapi, para ahli berpendapat bahwa penyebab body dysmorphia merupakan kombinasi faktor lingkungan, psikologis, dan biologis. Menurut laman Johns Hopkins Medicine, faktor-faktor tertentu yang meningkatkan risiko body dysmorphia termasuk:

  • Riwayat keluarga yang memiliki body dysmorphia atau gangguan obsesif-kompulsif (OCD).
  • Pengalaman traumatis masa lalu, seperti diejek, diintimidasi, atau mengalami pelecehan.
  • Ciri-ciri kepribadian tertentu, seperti perfeksionisme.
  • Tekanan sosial terhadap standar penampilan.
  • Memiliki kondisi kesehatan mental lain, seperti kecemasan atau depresi

Baca Juga: Duh! Penggunaan Media Sosial ternyata Tingkatkan Risiko Gangguan Makan

3. Komplikasi yang bisa terjadi

ilustrasi depresi (pexels.com/Liza Summer)

Tanpa penanganan yang tepat, body dysmorphia dapat menyebabkan berbagai komplikasi. Menurut Mayo Clinic, ini dapat meliputi:

  • Gangguan kecemasan.
  • Depresi akut.
  • Pikiran atau perilaku menyakiti diri sendiri.
  • OCD.
  • Gangguan makan.
  • Penyalahgunaan zat, seperti steroid (pada orang dengan dismorfik otot).
  • Nyeri fisik atau risiko cacat akibat intervensi bedah berulang.

4. Diagnosis

ilustrasi psikiater dan pasiennya (pexels.com/SHVETS production)

Seorang ahli kesehatan mental akan mendiagnosis body dysmorphia berdasarkan gejala yang dialami dan seberapa besar pengaruhnya terhadap kehidupan.

Untuk didiagnosis dengan BDD:

  • Kamu pasti sangat khawatir dengan kekurangan tubuh yang kecil atau tidak ada sama sekali.
  • Pikiran tentang kekurangan tubuh pasti cukup parah sehingga mengganggu kemampuan untuk hidup normal.
  • Gangguan kesehatan mental lainnya harus disingkirkan sebagai penyebab gejala.
  • Ada gangguan kesehatan mental lain yang umum terjadi pada penderita body dysmorphia. Gangguan ini termasuk OCD, kecemasan sosial, depresi, dan gangguan makan.

5. Pengobatan

ilustrasi terapi perilaku kognitif (pexels.com/Antoni Shkraba)

Perawatan untuk body dysmorphia kemungkinan besar mencakup kombinasi terapi ini:

  • Psikoterapi: Jenis konseling individu yang berfokus pada perubahan pemikiran (terapi kognitif) dan perilaku (terapi perilaku). Sering kali, terapis memilih terapi perilaku kognitif (CBT) karena ini membantu kita mengenali pikiran negatif dan belajar cara berpikir lebih suportif tentang diri sendiri. Konseling juga dapat dilakukan dalam format kelompok dan dapat melibatkan orang lain yang memiliki body dysmorphia. Ini juga dapat mencakup anggota keluarga atau orang terdekat.
  • Pengobatan: Obat antidepresan tertentu yang disebut inhibitor reuptake serotonin selektif (SSRI) cukup menjanjikan dalam mengobati body dysmorphia. Obat ini bekerja lebih baik dibandingkan antidepresan lainnya. Obat antipsikotik seperti aripiprazole, olanzapine, atau pimozide (baik sendiri atau dikombinasikan dengan SSRI) juga dapat membantu. Tidak ada obat yang secara resmi disetujui untuk mengobati body dysmorphia secara khusus. Antara 50 hingga 80 persen orang yang menjalani pengobatan memiliki gejala yang lebih sedikit atau gejala yang tidak terlalu parah. Kecil kemungkinannya untuk kambuh jika gejalanya kembali.
  • Rawat inap: Ini bisa menjadi pilihan jika seseorang berada dalam bahaya melukai diri sendiri atau kewalahan dengan gejalanya.

Beberapa orang mungkin berpikir bahwa operasi atau prosedur kosmetik dapat membantu, tetapi belum tentu begitu. Sering kali ini dapat memicu gejala, memperburuknya, atau membuat seseorang fokus pada area lain di tubuh.

Baca Juga: Mengenal Gangguan Citra Tubuh, Lebih dari Sekadar Gak Pede

Verified Writer

Annisa Isnaini H.

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya