TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Sindrom Mallory-Weiss: Gejala, Penyebab, Pengobatan

Terjadi ketika bagian esofagus bagian bawah robek

ilustrasi sindrom Mallory-Weiss (freepik.com/8photo)

Sindrom Mallory-Weiss atau Mallory-Weiss syndrome (MWS) terjadi ketika bagian esofagus bagian bawah robek. Kondisi ini juga dikenal sebagai Mallory-Weiss tear.

Kerongkongan adalah bagian penting dari sistem pencernaan. Ini terbuat dari jaringan yang membentuk tabung berongga dan menghubungkan bagian belakang tenggorokan ke perut, menggunakan kontraksi otot berirama untuk mengangkut makanan.

Pendarahan internal akibat MWS dapat menyebabkan banyak masalah kesehatan yang berbeda dan berpotensi serius. Inilah informasi penting seputar kondisi ini mulai dari gejala, penyebab, diagnosis, dan pengobatannya.

1. Penyebab dan faktor risiko sindrom Mallory-Weiss

Dilansir Cleveland Clinic, MWS disebabkan oleh peningkatan tekanan di perut. Para ahli menduga bahwa tekanan perut memaksa isi perut masuk ke kerongkongan dan menyebabkan robekan.

Penyebab peningkatan tekanan perut ini dapat meliputi:

  • Muntah atau retching (kontraksi (kontraksi otot lambung yang kuat dan di bawah sadar untuk muntah, seperti reaksi muntah tetapi tidak ada isi lambung).
  • Mengangkat benda berat atau aktivitas fisik yang intens.
  • Batuk berkepanjangan.
  • Resusitasi jantung paru.
  • Trauma pada perut atau dada.

Selain itu, terdapat beberapa kondisi yang meningkatkan risiko MWS, di antaranya:

  • Penggunaan alkohol berat, yang melibatkan sekitar 50 persen hingga 70 persen orang dengan MWS.
  • Bulimia, yaitu gangguan makan yang ditandai dengan makan berlebihan dan muntah.
  • Sindrom muntah siklik, yakni suatu kondisi serangan mual, muntah, dan kelelahan yang berulang.
  • Varises esofagus, yaitu pembesaran vena di kerongkongan.
  • Hiperemesis gravidarum, yaitu mual dan muntah parah selama kehamilan.
  • Gastroesophageal reflux disease (GERD), yakni kondisi ketika asam lambung naik kembali ke kerongkongan dan mulut.
  • Hipertensi portal, yaitu tekanan darah tinggi di vena yang membawa darah dari organ pencernaan ke hati.

Endoskopi saluran cerna bagian atas atau ekokardiogram transesofageal jarang menyebabkan MWS.

2. Gejala sindrom Mallory-Weiss

ilustrasi sindrom Mallory-Weiss atau Mallory-Weiss tear (pexels.com/cottonbro)

Sulit untuk tahu seseorang memiliki MWS dan mengalami pendarahan di dalam. Namun, mengutip Johns Hopkins Medicine, mungkin penderitanya memiliki beberapa tanda dan gejala berikut ini:

  • Muntah yang berwarna merah cerah atau yang terlihat seperti ampas kopi.
  • Tinja hitam atau seperti tar.
  • Adanya darah dalam tinja.
  • Kelemahan, pusing, pingsan.
  • Sesak napas.
  • Diare.
  • Kepucatan.
  • Sakit perut atau dada.

Baca Juga: Sindrom Costello: Gejala, Penyebab, Diagnosis, Pengobatan

3. Diagnosis sindrom Mallory-Weiss

Apabila mengalami tanda-tanda pendarahan gastrointestinal, dokter akan:

  • Menanyakan riwayat kesehatan, terutama kondisi yang menyebabkan muntah, retching, atau batuk.
  • Melakukan pemeriksaan fisik untuk memeriksa tanda-tanda vital.
  • Menilai apakah terdapat pendarahan parah atau syok yang mungkin memerlukan perawatan darurat.
  • Mengambil tes darah untuk diperiksa di laboratorium, seperti tes hitung darah lengkap, profil koagulasi, atau tes fungsi ginjal.

MWS menyebabkan pendarahan internal, sehingga dokter biasanya juga akan mengecek apakah terdapat darah dalam tinja. Dokter juga mungkin akan menyarankan endoskopi untuk melihat tanda robekan pada kerongkongan, menambahkan dari WebMD.

Endoskopi adalah tabung panjang yang dimasukkan ke dalam mulut dan turun ke kerongkongan. Ini memiliki kamera khusus yang terpasang yang memungkinkan dokter melihat robekan atau pendarahan internal.

4. Pengobatan sindrom Mallory-Weiss

ilustrasi endoskopi (niddk.nih.gov)

Sekitar 80 persen hingga 90 persen kasus MWS akan sembuh dengan sendirinya tanpa perawatan medis khusus.

Dokter mungkin akan meresepkan obat untuk menurunkan asam lambung sehingga pasien bisa pulih lebih efektif.

Jika pendarahan tidak berhenti dengan sendirinya atau parah, dokter mungkin menyarankan beberapa perawatan berbeda tergantung kondisi pasien. Beberapa kemungkinan pilihan perawatan untuk MWS meliputi:

  • Menutup robekan: Endoskopi memungkinkan dokter melihat dan menutup robekan yang dimiliki pasien. Robekan disegel dengan metode kauterisasi yang menggunakan panas atau bahan kimia, atau dengan arus listrik (elektrokoagulasi).
  • Memberikan tekanan langsung pada robekan: Dokter menggunakan kateter khusus dengan balon tiup. Setelah kateter dimasukkan ke kerongkongan, balon akan mengembang. Tekanan pada robekan dari balon membantu menghentikan pendarahan.
  • Memperbaiki robekan dengan pembedahan: Pembedahan biasanya merupakan pilihan terakhir untuk MWS yang tidak akan berhenti berdarah. Biasanya ini tidak dilakukan kecuali jika bentuk lain dari perawatan kurang invasif tidak berhasil.

Tergantung pada tingkat keparahan robekan, pasien mungkin memerlukan perawatan lain seperti transfusi darah atau obat-obatan untuk mengontrol pendarahan, tekanan darah, dan rasa sakit yang mungkin dirasakan.

5. Pencegahan sindrom Mallory-Weiss

MWS tidak bisa sepenuhnya dicegah. Akan tetapi, ada beberapa gaya hidup dan langkah-langkah yang bisa diambil untuk mengurangi risikonya atau meningkatkan prognosis jika kamu terdiagnosis kondisi ini.

Untuk mencegah MWS, penting untuk mengobati kondisi yang menyebabkan episode muntah parah yang berkepanjangan. Temui dokter untuk mendapat diagnosis dan pengobatan yang tepat atau cari bantuan bila mengalami gangguan makan seperti bulimia.

Konsumsi alkohol yang berlebihan dan sirosis dapat memicu episode berulang dari MWS. Pertimbangkan untuk membatasi konsumsi alkohol untuk menurunkan risiko MWS. Apabila kamu memiliki kondisi ini, hindari alkohol dan bicarakan dengan dokter tentang cara mengelola kondisi untuk mencegah episode berikutnya.

Baca Juga: Sindrom Barth: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatan

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya