TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kasus Omicron Terus Naik, Kenapa Virus Penyebab COVID-19 Bermutasi? 

Tetap waspada dan jangan abai dengan protokol kesehatan, ya!

ilustrasi virus corona SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 (unsplash.com/Fusion Medical Animation)

Virus corona SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 yang muncul sejak tahun 2019 terus bermutasi. Varian terbaru yang menjadi perhatian dunia adalah B.1.1.529 alias varian Omicron, yang telah menyebar ke berbagai negara termasuk Indonesia.

Sebetulnya apa yang membuat virus terus bermutasi? Untuk tahu jawabannya, baca terus penjelasannya di bawah ini.

1. Mutasi virus

ilustrasi mutasi genetik (pixabay.com/geralt)

Dilansir Healthline, mutasi yang terjadi pada virus merupakan bagian dari siklus hidup dari virus. RNA virus diketahui lebih sering melakukan mutasi, seperti SARS-CoV-2 yang hingga kini masih menjadi permasalahan di dunia.

Tak hanya virus corona penyebab COVID-19, virus influenza juga merupakan salah satu virus yang sering bermutasi. Inilah kenapa kita direkomendasikan untuk melakukan vaksinasi influenza setiap tahunnya, karena virus flu yang selalu bermutasi setiap tahun, seperti dijelaskan di laman Johns Hopkins Medicine.

Baca Juga: Studi: Sel T Bendung Gejala Parah COVID-19 Varian Omicron

2. Penyebab mutasi virus

ilustrasi mutasi genetik (pixabay.com/swiftsciencewriting)

Dijelaskan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO), virus akan terus berkembang dan berubah. Perubahan tersebut terjadi saat virus melakukan replikasi. Replikasi virus adalah proses penyalinan menjadi virus baru yang dilakukan di sel inang. Adanya kesalahan yang terjadi pada proses replikasi virus disebut dengan mutasi. 

Semua virus sering melakukan mutasi. Ketika virus bermutasi, maka peluang virus untuk bertahan hidup akan lebih tinggi. Adanya mutasi virus juga dapat meningkatkan kinerja dari virus.

3. Cara mencegah mutasi virus

ilustrasi vaksinasi (unsplash.com/Ed Us)

Pada beberapa kasus, mutasi pada virus menyebabkan virus menjadi lebih lemah. Namun, menurut penjelasan WHO, beberapa mutasi lainnya juga dapat menyebabkan karakter virus berubah, seperti kemampuan penularan dan tingkat keparahan, sehingga dapat menyebabkan perburukan penyakit dan kematian.

Makin banyak jumlah orang yang belum divaksinasi dan terinfeksi, maka makin tinggi pula kesempatan virus untuk bermutasi. Maka, cara untuk menekan munculnya varian baru adalah dengan disiplin melakukan protokol kesehatan.

Selalu gunakan masker, menjaga jarak,cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, serta mendapatkan vaksinasi. Bila semua dilakukan, maka ini dapat menurunkan kesempatan virus untuk bermutasi serta mengurangi penyebaran varian yang lebih infeksius.

4. Varian virus penyebab COVID-19

ilustrasi virus corona penyebab COVID-19 (pixabay.com/smooveo)

Virus yang mempunyai satu atau lebih dari satu mutasi yang disebut dengan varian. Sistem penamaan varian virus penyebab COVID-19 menggunakan alfabet Yunani oleh WHO. Sistem penamaan tersebut lebih mempermudah dan mencegah kesalahan dalam pelaporan.

Selain itu, pemberian nama menggunakan huruf Yunani juga mencegah stigma dan diskriminasi yang merujuk berdasarkan lokasi varian baru yang ditemukan, mengutip Cleveland Clinic.

Dilansir WebMD, virus akan selalu berubah karena bermutasi sehingga menyebabkan munculnya varian baru. Mutasi pada virus dapat mengubah dan bisa pula tidak mengubah karakteristik virus.

Perubahan yang dilakukan virus terjadi secara acak. Namun, ketika mutasi yang dilakukan virus mengakibatkan kemampuan untuk mempermudah transmisi ke orang lain, maka varian virus tersebut dapat menjadi dominan.

5. Varian Omicron

ilustrasi varian Omicron (pixabay.com/geralt)

Varian Omicron pertama kali dideteksi pada sampel yang sebelumnya diambil pada tanggal 9 November 2021. Peneliti di Afrika Selatan melaporkan kasus tersebut kepada WHO tanggal 24 November 2021.

Sebagai tindak lanjut, WHO mengumumkan adanya varian baru bernama Omicron dan mengategorikannya sebagai Variant of Concern (VOC) pada tanggal 26 November 2021.

Klasifikasi tersebut berdasarkan informasi banyaknya mutasi pada virus, sehingga membuatnya butuh perhatian khusus. Omicron diketahui memiliki lebih dari 30 mutasi genetik pada protein spike.

Baca Juga: Perbedaan Gejala Varian Omicron pada yang Sudah dan Belum Divaksinasi

Verified Writer

Dewi Purwati

Health enthusiast

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya