Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Osteoporosis menjadi masalah kesehatan dunia, termasuk di Indonesia. Biasanya, osteoporosis lebih banyak dialami pada wanita setelah memasuki menopause.
Diterangkan pada laman resmi Kementerian Kesehatan, bahwa 1 dari 4 perempuan di Indonesia berusia 50 sampai 80 tahun berisiko mengalami osteoporosis. Sebenarnya, mengapa osteoporosis lebih sering dialami oleh wanita? Untuk mengetahui jawabannya, baca terus penjelasan berikut sampai habis ya!
1. Mengenal osteoporosis
ilustrasi osteporosis (commons.wikimedia.org/https://www.myupchar.com/en) Dilansir WebMD, osteoporosis merupakan kondisi dimana tulang menjadi berkurang massa dan kepadatannya. Kondisi ini menyebabkan tulang menjadi lebih rapuh bahkan berisiko menyebabkan cedera patah tulang.
Seseorang yang mengalami osteoporosis tidak mengalami nyeri dan keluhan lainnya. Bahkan, bisa saja seseorang baru mengetahui osteoporosis saat ia mengalami patah tulang. Patah tulang akibat osteoporosis menyebabkan rasa nyeri yang hebat, kualitas hidup menjadi menurun, bahkan dapat menimbulkan kecacatan, seperti dijelaskan pada laman Perhimpunan Reumatologi Indonesia.
2. Faktor yang memengaruhi kepadatan tulang
ilustrasi tulang (unsplash.com/ CHUTTERSNAP) Pada umumnya, semakin tinggi kepadatan tulang, maka semakin kuat tulang tersebut.
Masih bersumber laman Perhimpunan Reumatologi Indonesia, ada beberapa faktor yang memengaruhi tingkat kepadatan tulang, contohnya faktor genetik. Faktor lingkungan seperti penggunakan obat-obatan tertentu juga dapat memengaruhi kepadatan tulang seseorang. Misalnya, penggunaan obat-obatan golongan kortikosteroid jangka panjang meningkatkan risiko efek samping osteoporosis.
Faktor ras juga memengaruhi, dimana orang Afrika Amerika memiliki tingkat kepadatan tulang yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang Kaukasia atau Asia Amerika. Selain itu, jenis kelamin perempuan lebih berisiko mengalami osteoporosis.
Baca Juga: 8 Fakta Osteoporosis, Silent Disease yang Mengubah Duniamu Tiba-tiba
3. Wanita memiliki tulang yang lebih kecil dan lebih ringan dibanding pria
ilustrasi lansia (pexels.com/Tristan Le) Lanjutkan membaca artikel di bawah
Editor’s picks
Mengutip laman Verywell Health, wanita berisiko tinggi mengalami osteoporosis daripada pria. Bone Health and Osteoporosis Foundation menambahkan, bahwa 1 dari 2 orang wanita berusia lebih dari 50 tahun berisiko mengalami patah tulang karena mengalami osteoporosis.
Ini disebababkan kebanyakan wanita memiliki tinggi lebih rendah daripada pria sehingga ukuran tulangnya juga lebih kecil. Ukuran tulang yang lebih kecil dan lebih ringan ini juga menunjukkan massa tulang juga lebih rendah. Inilah salah satu penyebab wanita lebih berisiko mengalami osteoporosis daripada pria.
4. Wanita mengalami penurunan hormon estrogen setelah menopause
ilustrasi lansia (pexels.com/Los Muertos Crew) Selain memiliki tulang yang lebih kecil, berkurangnya hormon estrogen juga berpengaruh pada terjadinya osteoporosis.
Seperti dijelaskan pada laman Verywell Health, hormon estrogen merupakan hormon yang dapat menjaga kepadatan tulang pada perempuan. Namun, kadar hormon estrogen akan menurun secara bertahap saat mengalami menopause. Penurunan estrogen ini dapat meningkatkan osteoklas, sel yang bertanggung jawab pada pemecahan tulang.
Perhimpunan Reumatologi Indonesia melansir, saat perempuan mengalami menopause, kepadatan tulang dapat menurun dengan cepat. Pada lima sampai sepuluh tahun pertama setelah mengalami menopause, mereka akan kehilangan sekitar 2 persen sampai 4 persen kepadatan tulang per tahun. Akibatnya, perempuan akan kehilangan antara 25 persen sampai 30 persen kepadatan tulang selama jangka waktu tersebut. Kepadatan tulang yang semakin menurun ini menjadi penyebab utama osteoporosis yang dialami perempuan.
Baca Juga: 5 Mitos Osteoporosis yang Tidak Sesuai Fakta, Jangan Asal Percaya!