Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Piala Dunia 2022 hampir mencapai babak akhir. Jelang pertandingan final, beberapa pemain timnas Prancis mengalami gejala mirip flu. Beberapa pihak menduga ada kaitannya dengan flu unta.
Flu unta atau lebih dikenal sebagai MERS merupakan penyakit yang menyerang organ pernapasan. Berikut penjelasan terkait penyakit MERS.
1. Mengenal penyakit MERS
ilustrasi paru-paru (pexels.com/Monstera) Dilansir laman Kementerian Kesehatan, Middle East respiratory syndrome (MERS) adalah penyakit pernapasan yang disebabkan virus Middle East respiratory syndrome coronavirus atau MERS‐CoV. Virus tersebut termasuk keluarga virus korona atau coronavirus.
Laman Sub Direktorat Penyakit Infeksi Emerging Kementerian Kesehatan menyebutkan, Coronavirus merupakan keluarga besar dari virus yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan. Pada manusia, coronavirus menimbulkan penyakit, seperti selesma, sindroma saluran pernapasan akut yang berat (SARS/severe acute respiratory syndrome), dan COVID-19.
Baca Juga: Vaksin Flu Turunkan Risiko Kematian pada Orang Dengan Penyakit Jantung
2. Bagaimana seseorang bisa terjangkit MERS?
ilustrasi unta (pexels.com/Endiae Genius) Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa MERS-CoV termasuk virus zoonosis. Oleh sebab itu, virus tersebut dapat menular dari hewan ke manusia. Bukti ilmiah menunjukkan bahwa seseorang dapat terinfeksi melalui kontak langsung tanpa pelindung atau tidak langsung dengan unta berpunuk satu atau dromedary camels yang terinfeksi di beberapa negara Timur Tengah, Afrika, dan Asia Selatan.
Selain menular dari hewan, penularan juga dapat terjadi antar manusia namun secara terbatas. MERS-CoV cenderung tidak mudah menular kecuali ada kontak dekat. Penularan antarmanusia terbatas di antara keluarga, pasien, atau tenaga kesehatan.
3. Pengobatan dan vaksin
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Editor’s picks
ilustrasi sakit (pexels.com/cottonbro) Penyakit MERS bukan penyakit baru, bahkan sudah ada lebih dulu daripada COVID-19. MERS pertama kali ditemukan di Arab Saudi pada tahun 2012.
Meski sudah lama ditemukan, WHO menyebutkan bahwa belum ada pengobatan yang spesifik untuk mengatasi MERS. Pengobatan suportif diberikan sesuai dengan kondisi atau gejala yang dialami pasien. Vaksin juga masih belum tersedia, tetapi beberapa vaksin untuk MERS disebut masih dalam tahap pengembangan.
4. Kelompok berisiko tinggi
ilustrasi melakukan perjalanan (pexels.com/Oleksandr Pidvalnyi) Ada beberapa kelompok yang memiliki risiko tinggi terhadap MERS. Beberapa kelompok tersebut antara lain:
- Orang yang melakukan perjalanan ke Timur Tengah atau daerah terjangkit.
- Orang yang melakukan kontak langsung atau tidak langsung dengan unta yang terinfeksi MERS di Timur Tengah.
- Orang yang melakukan kontak langsung dengan seseorang yang terjangkit MERS.
- Tenaga Kerja Indonesia, mahasiswa, jamaah haji atau umroh, wisatawan yang berada di kawasan Timur Tengah.
Baca Juga: Tahapan Pemulihan Flu, Hari ke-1 hingga Hari ke-8