TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Tuberkulosis Banyak Terjadi pada Usia Produktif

Indonesia termasuk penyumbang kasus TBC terbanyak

ilustrasi batuk (freepik.com/benzoix)

Tuberkulosis (TBC) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri. Mereka yang lebih berisiko terinfeksi TBC yaitu orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh yang melemah, seperti orang dengan HIV, kurang gizi, diabetes, serta pengguna tembakau.

Indonesia termasuk negara dengan jumlah kasus TBC yang tinggi. Berdasarkan data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO), pada tahun 2021, ada delapan negara yang menyumbangkan dua pertiga kasus TBC, yaitu India (28 persen), Indonesia (9,2 persen), China (7,4 persen), Filipina (7,0 persen), Pakistan (5,8 persen), Nigeria (4,4 persen), Banglades (3,6 persen), dan Republik Demokratik Kongo (2,9%).

Memperingati Hari TBC Sedunia 2023, mari jadikan momen ini untuk lebih memahami TBC yang masih menjadi kekhawatiran di Tanah Air.

1. TBC banyak terjadi pada usia produktif

Ilustrasi batuk (pexels.com/Towfiqu barbhuiya)

Berdasarkan data Global TBC Report 2022, jumlah kasus TBC terbanyak terjadi pada usia produktif, terutama usia 25 sampai 34 tahun, mengutip rilis dari laman Kemenkes. Di Indonesia, jumlah kasus TBC paling banyak pada usia produktif, terutama usia 45 sampai 54 tahun.

WHO juga menyebutkan hal yang sama, bahwa TBC paling banyak dialami oleh orang dewasa pada usia produktif. Meski begitu, semua kelompok usia juga bisa berisiko terkena TBC.

Baca Juga: TBC Laten dan TBC Aktif, Apa Saja Perbedaannya?

2. Pajanan bahan tertentu meningkatkan risiko terinfeksi TBC

ilustrasi pekerja (freepik.com/standret)

Pekerja berisiko karena usia masa kerja dan pajaan bahan di tempat kerja. Sebagian pajanan bahan di tempat kerja dapat menyebabkan kondisi paru-paru menurun. Misalnya, silika dan bahan berbahaya lainnya yang ikut terhirup sehingga dapat merusak sistem pertahanan di paru-paru. Akibatnya, paru-paru menjadi lebih rentan terinfeksi TBC.

Selain itu, ventilasi tempat kerja yang kurang baik juga meningkatkan risiko terinfeksi TBC. Risiko terinfeksi TBC juga meningkat jika pencegahan infeksi di tempat kerja yang kurang, alat pelindung diri yang tidak digunakan, hingga kebiasaan merokok.

3. Penanggulangan TBC di tempat kerja

ilustrasi melakukan sosialisasi (freepik.com/standret)

Mengutip penjelasan laman Kemenkes, Direktorat Bina Pengujian Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) Maptuha mengatakan, upaya yang telah dilakukan Kemenaker dalam rangka menanggulangi TBC di tempat kerja pada tahun 2022 yaitu melakukan identifikasi risiko TBC di tempat kerja menggunakan formulir skrining di enam wilayah.

Wilayah tersebut yaitu Jawa Tengah 1.050 pekerja, Jawa Barat 2.719 pekerja, DKI Jakarta 100 pekerja, Jawa Timur 327 pekerja, Sumatera Utara 150 pekerja, dan Banten 409 pekerja.

Selain itu, dilakukan juga sosialisasi pencegahan pengendalian kasus TBC serta strategi DOTS di tempat kerja yang dilakukan di Banten, Nusa Tenggara Barat, DKI Jakarta, Kalimantan Timur, dan Jawa Tengah. Sementara itu, rencana kegiatan dalam menanggulangi TBC pada tahun 2023 yaitu sosialisasi penanggulangan TBC di tempat kerja sebanyak 500 orang di tiga wilayah, dan skrining TBC pada pekerja di 18 wilayah.

4. Penularan TBC

ilustrasi paru-paru (unsplash.com/Robina Weermeijer)

TBC merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri tersebut bisa menyerang semua organ tubuh, tetapi paling sering menyerang paru-paru.

Tuberkulosis dapat menular ke orang lain melalui udara. Ketika seseorang yang terinfeksi TBC paru batuk, bersin, atau meludah, maka bakteri TBC menyebar di udara. Kamu dapat terinfeksi jika menghirup udara yang mengandung bakteri penyebab TBC.

Baca Juga: 9 Cara Mendiagnosis TBC, Kenali Tahapannya

Verified Writer

Dewi Purwati

Health enthusiast

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya