TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Mengapa Usia Bisa Memengaruhi Kesuburan dan Kehamilan?

Pentingnya perawatan prenatal agar kehamilan sehat

ilustrasi wanita hamil (freepik.com/user18526052)

Beberapa waktu lalu, Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Dr. (H.C.) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K) disebut menyarankan ibu hamil saat berusia 20 sampai 35 tahun demi keselamatan ibu dan bayi. Adanya kabar tersebut memunculkan berbagai pendapat, terutama di kalangan wanita. 

Di satu sisi, wanita yang berusia lebih tua memiliki keuntungan, di antaranya lebih mempersiapkan terkait finansial dan lainnya. Namun di sisi lain, usia yang lebih tua disebut memengaruhi kesuburan dan lebih berisiko terhadap kehamilannya. Mengapa usia bisa memengaruhi kesuburan dan kehamilan? Berikut penjelasannya.

1. Usia dapat memengaruhi kesuburan

ilustrasi alat tes kehamilan (pexels.com/RODNAE Productions)

Dilansir American College of Obstetricians and Gynecologists, usia puncak reproduksi wanita adalah antara akhir remaja dan akhir 20-an. Menjelang usia 30 tahun, kesuburan mulai menurun. Penurunan kesuburan makin cepat ketika mencapai usia pertengahan 30-an. Saat berusia 45 tahun, kesuburan menurun drastis.

Pada pasangan yang sehat berusia 20-an sampai awal 30-an, sekitar satu dari empat wanita akan hamil dalam satu siklus haidnya. Menambahkan penjelasan WebMD, ini artinya 25 dari 100 wanita berhasil hamil per bulan. Saat berusia 40 tahun, sekitar satu dari 10 wanita akan hamil dalam satu siklus haid. Selain dari pihak wanita, kesuburan pria juga makin menurun seiring bertambahnya usia.

Baca Juga: Konsep 'Makan untuk 2 Orang' Saat Hamil, Apakah Benar dan Sehat?

2. Mengapa usia bisa memengaruhi kesuburan dan kehamilan?

ilustrasi organ reproduksi wanita (freepik.com/Freepik)

Perempuan dilahirkan dengan memiliki jumlah sel telur yang tetap di ovariumnya. Jumlah sel telur tersebut makin berkurang seiring bertambahnya usia sehingga dapat memengaruhi peluang kehamilan.

Menurut WebMD, jumlah sel telur ketika lahir sekitar satu juta dan tersisa sekitar 300 ribu saat mencapai pubertas. Saat berusia 37 tahun, jumlah sel telur menurun menjadi sekitar 25 ribu atau 2,5 persen dari jumlah awal.

Selain itu, sel telur yang tersisa saat wanita berusia lebih tua lebih cenderung memiliki kromosom abnormal. Hal senada juga dijelaskan Mayo Clinic, bahwa usia pertengahan hingga akhir 30 tahun, sel telur menurun jumlah dan kualitasnya.

3. Wanita yang hamil di usia lebih tua memiliki risiko komplikasi lebih tinggi

ilustrasi wanita hamil (pexels.com/Matilda Wormwood)

Wanita yang hamil saat berusia lebih tua memiliki risiko komplikasi yang lebih tinggi. Mayo Clinic menjelaskan bahwa penelitian menunjukkan tekanan darah tinggi yang berkembang selama kehamilan lebih sering terjadi pada usia yang lebih tua.

American College of Obstetricians and Gynecologists melansir, wanita yang hamil saat berusia lebih dari 40 tahun memiliki risiko preeklamsia yang lebih tinggi. Selain itu, kondisi kehamilan tersebut juga dapat memengaruhi kesehatan janin.

Apabila mengalami tekanan darah tinggi saat hamil, maka perlu lebih sering menemui penyedia layanan kesehatan. Penyedia layanan kesehatan akan memantau tekanan darah seiring pertumbuhan dan perkembangan bayi.

4. Risiko lainnya

ilustrasi bumil (pexels.com/Leah Kelley)

Wanita yang berusia lebih dari 35 tahun memiliki risiko keguguran dan lahir mati lebih besar. Menurut WebMD, risiko keguguran pada wanita berusia 35 tahun sekitar 20 persen, sementara usia 45 tahun sekitar 80 persen.

Selain itu, kehamilan kembar lebih sering terjadi pada usia lebih tua daripada wanita yang berusia lebih muda. Sebab, adanya perubahan hormon seiring bertambahnya usia menyebabkan ovarium cenderung melepaskan lebih dari satu sel telur setiap bulan. Perawatan kesuburan yang dijalani juga dapat meningkatkan kemungkinan kehamilan kembar. Kehamilan kembar dapat tetap sehat, namun meningkatkan risiko kelahiran prematur.

Meskipun begitu, banyak wanita berusia 35 tahun atau lebih yang tetap memiliki bayi yang sehat dan kehamilan yang normal. Risiko tersebut sedikit lebih tinggi dari rata-rata, namun tetap kemungkinannya sangat rendah.

Baca Juga: Apakah Bisa Hamil Berhubungan Saat Haid? Ini Faktanya

Verified Writer

Dewi Purwati

Health enthusiast

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya