TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Fakta Lewy Body Dementia, Demensia Paling Umum setelah Alzheimer 

Seringkali memengaruhi orang berusia di atas 50 tahun 

ilustrasi melamun (pexels.com/Anastasia Shuraeva)

Lewy Body Dementia (LBD) adalah salah satu jenis demensia yang paling umum setelah penyakit Alzheimer. Kondisi ini menyebabkan penurunan kemampuan berpikir, memori, dan gerakan (motorik) secara progresif karena adanya gumpalan protein yang mengganggu di otak.

Umumnya, LBD memengaruhi orang-orang di atas usia 50 tahun, meski terkadang orang dewasa yang lebih muda juga bisa mengembangkannya. Melansir National Institutes on Aging, LBD tampaknya memengaruhi pria lebih banyak daripada wanita.

Untuk mewaspadai kondisi ini, yuk simak fakta medis selengkapnya tentang Lewy Body Dementia berikut ini.

1. Tanda dan gejala 

ilustrasi berhalusinasi (pexels.com/cottonbro)

LBD adalah kondisi yang bersifat progresif, artinya gejala bisa dimulai perlahan dan memburuk seiring waktu. Tanda dan gejala dapat meliputi:

  • Halusinasi penglihatan : ini mungkin menjadi gejala utama LBD yang dapat menyebabkan seseorang melihat hal-hal yang tidak ada. Gejala ini ditemukan pada sekitar 80 persen orang dengan LBD. Halusinasi pendengaran dan penciuman mungkin juga terjadi.
  • Masalah berpikir atau kognitif: ini adalah gejala utama LBD yang dapat mencakup kebingungan, kesulitan berkonsentrasi, masalah visual-spasial, mengantuk, lesu, menatap ke luar angkasa dalam waktu lama, dan kehilangan memori. Gejala kognitif ini dapat befluktuasi yang dapat membedakan antara LBD dengan Alzheimer.
  • Gangguan gerak : ditandai dengan gerakan melambat, otot kaku, tremor atau berjalan terseok-seok, postur yang buruk, kesulitan menelan, suara lemah
  • Pengaturan fungsi tubuh yang buruk (gangguan sistem saraf otonom) : menyebabkan penurunan tekanan darah secara tiba-tiba saat berdiri (hipotensi ortostatik), pusing, jatuh, kehilangan kontrol kandung kemih, dan masalah usus seperti sembelit
  • Gangguan tidur : orang dengan LBD mungkin memiliki gangguan perilaku tidur gerakan mata cepat (REM) yang bisa membuat seseorang secara fisik mewujudkan apa yang dimimpikan saat sedang tidur. Ini mungkin menyebabkan seseorang bicara, meninju, menendang, berteriak, atau menjerit saat tidur
  • Gangguan perilaku dan suasana hati : kecemasan, depresi, delusi, kehilangan motivasi, paranoid, kegelisahan

Baca Juga: 5 Manfaat Kesehatan Memiliki Hobi, Cegah Demensia

2. Penyebab 

ilustrasi otak manusia (pixabay.com/geralt)

LBD terjadi akibat adanya penumpukan protein yang disebut alfa-sinuclein dalam otak. Para ahli menyebut penumpukan atau deposit protein ini sebagai badan lewy (body lewy) yang dinamai sesuai nama ilmuwan yang menemukannya, yaitu Friedrich H. Lewy.

Adanya penumpukan ini menyebabkan bahan kimia otak tertentu, yakni asetilkolin dan dopamine, tidak dihasilkan dalam jumlah yang tepat. Sehingga menyebabkan gangguan pada memori, pembelajaran, suasana hati, motorik, maupun tidur, yang semuanya merupakan gejala LBD. Namun, para ahli belum yakin apa yang menyebabkan penumpukan protein ini.

3. Diagnosis 

ilustrasi konsultasi psikologis (pexels.com/Alex Green)

Untuk menegakkan diagnosis LBD, dokter biasanya menggunakan kombinasi hasil tes pemeriksaan, karena tidak ada tes diagnostik tunggal untuk kondisi ini. Beberapa tes yang diperlukan mungkin termasuk:

  • Pemeriksaan neurologis dan fisik : untuk memeriksa refleks, kekuatan, gerakan mata, keseimbangan, koordinasi, rasa sentuhan, detak jantung dan tekanan darah
  • Penilaian kemampuan mental : untuk menilai memori dan kemampuan berpikir
  • Tes darah  : untuk mengesampingkan masalah medis lain yang juga dapat memengaruhi fungsi otak, misalnya kekurangan vitamin B12
  • Pemindaian otak : seperti magnetic resonance imaging (MRI), computerized tomography (CT), atau positron emission tomography (PET) fluorodeoxyglucose
  • Evaluasi tidur atau polisomnogram : untuk memeriksa gangguan perilaku tidur REM
  • Pengujian fungsi saraf otonom : saraf otonom adalah bagian dari otak yang bekerja mengatur bagaimana seseorang bergerak atau bereaksi tanpa berpikir. Saraf ini mengatur pernapasan, tingkat tekanan darah, denyut jantung, pencernaan, maupun pengaturan suhu tubuh

4. Pengobatan  

ilustrasi terapi fisik berjalan (pexels.com/Kampus Production)

Pengobatan untuk LBD biasanya difokuskan untuk mengelola gejala, bukan untuk menghilangkan kondisi ini. Di antara pilihan pengobatannya termasuk:

  • Penggunaan obat-obatan : misalnya obat penghambat kolinesterase (obat untuk penyakit Alzheimer), obat penyakit Parkinson (seperti carbida-levodopa), serta obat-obatan yang dapat mengobati gejala LBD lainnya (clonazepam, stimulant, melatonin)
  • Terapi fisik dan olahraga : untuk meningkatkan kekuatan dan keseimbangan, atau mengatasi gejala lain terkait gerakan
  • Membuat perubahan tertentu terkait perawatan perilaku dan suasana hati : termasuk meninjau penggunaan obat yang mungkin menyebabkan halusinasi, memodifikasi lingkungan (mengurangi kekacauan atau kebisingan), membuat rutinitas harian dan menjaga tugas tetap sederhana

Meski demikian, beberapa obat tertentu juga dapat memperburuk gejala. Misalnya alat bantu tidur yang mengandung diphenhydramine (Advil PM, Aleve PM) dan obat yang dapat mengatasi urgensi kemih seperti oxybutynin. Obat ini justru dapat memperburuk memori.

Selain itu, obat antipsikotik generasi pertama seperti haloperidol (Haldol) juga dapat menyebabkan kebingungan parah, parkinsonisme parah, sedasi, dan terkadang kematian. Dokter biasanya akan merekomendasikan untuk menghindari jenis obat-obatan tersebut.

Laman Natonal Institute on Aging juga menyebutkan bahwa orang dengan LBD harus menghindari penggunaan olanzapine dan risperidone. Mereka juga sebaiknya selalu berkonsultasi dengan dokter untuk penggunaan vitamin, suplemen, dan obat bebas.

Baca Juga: Rentan Dialami Lansia, Ini 5 Cara Mencegah Demensia Sejak Dini

Verified Writer

Dwi wahyu intani

@intanio99

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya