TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

8 Efek Buruk Jika Orang Tua Merokok Dekat Anak

Anak bisa mengalami penurunan fungsi paru-paru

ilustrasi orang tua dan anak (pexels.com/Ron Lach)

Siapa pun bisa terkena dampak buruk dari asap rokok, tetapi anak-anak sangat rentan terhadap efeknya karena tingkat pernapasan mereka yang lebih tinggi, luas permukaan paru-paru yang lebih besar, dan proses perkembangan yang dialami tubuh mereka.

Bayi dan anak-anak juga kurang dapat mengendalikan lingkungan mereka, sehingga mereka tidak dapat mengambil langkah-langkah untuk menghindari paparan asap rokok.

Ada beberapa kemungkinan rute efek asap tembakau dapat membahayakan kesehatan bayi dan anak. Sebelum kelahiran, mungkin ada kerusakan sperma dari ayah yang merokok aktif. Asap rokok yang dihirup oleh ibu hamil juga bisa menyebabkan kerusakan janin. Setelah lahir, bayi dan anak-anak bisa terpapar asap rokok dari orangtua di rumah maupun orang lain.

Semua hal tersebut membuat anak menanggung bahaya yang luar biasa dari kebiasaan merokok orangtuanya atau saat terpapar asap rokok dari orang lain. Di sini, kamu akan diajak memahami lebih detail seputar bahaya asap rokok bagi anak-anak.

1. Sudden infant death syndrome (SIDS)

Sudden infant death syndrome (SIDS) ialah kematian mendadak dan tidak terduga pada bayi di bawah usia 1 tahun, yang terjadi saat tidur dan tidak dapat dijelaskan meskipun telah dilakukan penyelidikan menyeluruh.

Diperkirakan ada berbagai hal yang menyebabkan SIDS, seperti tidur dalam posisi tengkurap dan paparan asap rokok selama perkembangan dan setelah lahir.

Menurut sebuah laporan yang dimuat pada laman Office of Environmental Health Hazard Assessment, merokok menyebabkan SIDS, baik merokok oleh orangtua selama kehamilan maupun paparan asap rokok setelah lahir. Diperkirakan, bayi yang terpapar asap rokok ibu setelah lahir memiliki risiko kematian hampir 2,5 kali lipat akibat SIDS dibandingkan dengan bayi yang tidak terpapar.

2. Penurunan fungsi paru-paru

ilustrasi paru-paru (unsplash.com/Robina Weermeijer)

Paru-paru terus tumbuh dan berkembang sepanjang masa kanak-kanak dan remaja. Periode antara kelahiran hingga usia 4 tahun adalah waktu yang sangat rentan untuk pertumbuhan dan perkembangan paru-paru, ketika jumlah alveoli di paru-paru meningkat.

Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), asap rokok menyebabkan penurunan fungsi paru-paru selama masa kanak-kanak, yang mengarah ke penurunan tingkat maksimum pada masa remaja dan dewasa awal.

Gangguan tersebut berpotensi meningkatkan risiko terhadap kerusakan paru-paru lainnya, seperti kerusakan akibat merokok aktif, paparan asap rokok di kemudian hari, serta paparan polusi udara dan iritasi pekerjaan.

Baca Juga: 7 Masalah pada Mata yang Disebabkan oleh Kebiasaan Merokok

3. Penyakit telinga tengah

Penyakit telinga tengah (otitis media) terjadi saat tuba eustachius—yang menghubungkan telinga tengah ke belakang tenggorokan—mengalami pembengkakan atau penyumbatan. Hal ini menyebabkan cairan menumpuk di telinga tengah. Cairan ini berisiko terinfeksi, biasanya oleh bakteri.

Paparan asap rokok menyebabkan penyakit telinga tengah, termasuk otitis media akut dan efusi telinga tengah kronis. Menurut sebuah studi yang dimuat dalam jurnal The Lancet, anak-anak yang terpapar asap rokok di rumah mengalami 30 sampai 40 persen peningkatan risiko penyakit telinga tengah.

4. Efek perkembangan jangka panjang

ilustrasi anak-anak sedang belajar (pixabay.com/12019)

Ada bukti yang menunjukkan hubungan antara paparan asap rokok dan dampak pada kognisi dan perilaku, termasuk kemungkinan mengalami masalah perilaku masa kanak-kanak dan kesulitan belajar. Sebuah studi dalam Jornal de Pediatria menyatakan bahwa salah satu orangtua yang merokok berkaitan dengan perkembangan bahasa yang lebih lambat pada anak-anak mereka.

Sementara itu, penelitian dalam jurnal Environmental Science Pollution Research menunjukkan bahwa paparan asap rokok orang lain setelah melahirkan pada anak-anak meningkatkan risiko gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas.

Penelitian lain yang dimuat dalam jurnal Tobacco Induced Diseases menyatakan bahwa anak-anak di bawah usia 8 tahun dengan ibu perokok cenderung memiliki tubuh yang lebih pendek dan berat badannya lebih rendah daripada rekan-rekan mereka yang tidak terpapar asap rokok.

5. Meningkatkan risiko kanker anak

Ada banyak bukti yang menunjukkan hubungan antara orangtua yang merokok, baik selama periode kehamilan maupun setelah kelahiran anak dengan tumor otak, limfoma, dan leukemia limfositik akut pada anak-anak.

Misalnya, sebuah penelitian yang dimuat dalam jurnal PLoS One menyimpulkan bahwa anak yang lahir dari orangtua yang merokok berada di risiko hepatoblastoma yang lebih tinggi secara signifikan. Ini merupakan jenis kanker hati yang jarang terjadi pada masa kanak-kanak.

Mekanisme yang mungkin termasuk kerusakan DNA sperma dan kerusakan hati janin dari karsinogen dalam darah ibu hamil, baik dari perokok aktif atau perokok pasif. Kebiasaan merokok orangtua juga dikaitkan dengan leukemia masa kanak-kanak.

6. Infeksi saluran pernapasan akut pada masa bayi dan anak

ilustrasi hasil sinar-X yang menunjukkan pneumonia (commons.wikimedia.org)

Menurut data CDC, anak-anak yang terpapar asap rokok di rumah memiliki risiko lebih besar untuk tertular infeksi dada akut, termasuk bronkitis, bronkiolitis, dan pneumonia. Efeknya paling menonjol diamati pada anak berusia di bawah 2 tahun.

Bayi yang terpapar asap rokok di rumah memiliki peluang 50 persen lebih besar terkena penyakit saluran pernapasan bawah daripada anak-anak yang tidak terapar. Risiko ini bahkan lebih besar untuk anak-anak yang tinggal di rumah di mana ibunya merokok.

7. Menurunnya fungsi indra penciuman

Anak-anak yang terpapar asap rokok di rumah lebih mungkin mengalami gangguan fungsi penciuman, tetapi penelitian di bidang ini masih terbatas.

Satu penelitian berskala kecil yang dimuat dalam jurnal Revue de Laryngologie Otologie Rhinologie menunjukkan bahwa anak-anak yang tinggal dengan orangtua yang merokok sebungkus rokok sehari lebih mungkin untuk salah mengidentifikasi aroma, dibanding kelompok kontrol dari anak-anak yang tidak tinggal dengan perokok.

Lebih lanjut, tidak dapat mendeteksi bau tertentu bisa sangat berbahaya. Individu dengan indra penciuman yang berkurang tidak dapat mendeteksi gas, asap, atau makanan basi dengan mudah sehingga akan menyulitkan aktivitas sehari-hari.

Baca Juga: 6 Perubahan Mengerikan pada Penampilan akibat Kebiasaan Merokok

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya