TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

7 Fakta Superbug, Bikin Antibiotik Gak Mempan

Menyebabkan penyakit makin sulit diobati

ilustrasi superbug (pixabay.com/WikiImages)

Superbug ialah strain bakteri, virus, parasit, dan jamur yang kebal terhadap sebagian besar antibiotik. Contoh superbug adalah bakteri penyebab pneumonia, infeksi saluran kemih, dan infeksi kulit.

Resistensi obat terjadi secara alami dan tidak dapat dihentikan, tetapi dapat diperlambat. Seiring waktu, kuman seperti bakteri, virus, parasit, dan jamur beradaptasi dengan berbagai antibiotik. Ini selanjutnya membuat pengobatan mikroba menjadi kurang efektif.

1. Superbug paling banyak menyebar di rumah sakit

ilustrasi seorang anak dirawat di rumah sakit (freepik.com/DC Studio)

Rumah sakit menjadi tempat paling potensial untuk mendapatkan superbug. Ini karena di rumah sakit, mikroba memiliki begitu banyak tempat berkembang biak yang potensial. Scientific American memperkirakan sekitar 100 ribu orang meninggal setiap tahun akibat mikroba yang ditemukan di fasilitas perawatan kesehatan.

Lalu, bagaimana ini berkaitan dengan superbug? Mikroba berevolusi menjadi kebal terhadap antibiotik. Rumah sakit menjadi tempat di mana antibiotik banyak digunakan sehingga menjadi salah satu faktor utama dalam pertumbuhan.

Selain itu, ada banyak luka terbuka dan darah di rumah sakit, yang merupakan tempat berkembang biak superbug.

2. Superbug juga dapat memengaruhi orang sehat

ilustrasi menerapkan gaya hidup sehat (freepik.com/freepik)

Menurut survei yang dilakukan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO), sebanyak 44 persen responden dalam survei berpikir bahwa resistansi antibiotik hanya dialami oleh orang yang minum antibiotik secara teratur. Faktanya, siapa pun bisa mengalami infeksi yang kebal antibiotik.

Hanya saja, beberapa orang lebih berisiko terkena infeksi daripada yang lain. Misalnya, individu dengan penyakit kronis, memiliki sistem kekebalan lemah, dan orang lanjut usia. 

Baca Juga: 6 Spesies Bakteri Perut yang Berbahaya, Bisa Sebabkan Diare

3. Superbug dapat ditemukan di dalam makanan

ilustrasi sushi (pexels.com/Rajesh TP)

Superbug dapat berkembang biak dalam organisme hidup mana pun. Karenanya, superbug dapat masuk ke dalam makanan. Superbug juga dapat terjadi pada hewan karena penggunaan antibiotik yang berlebihan dan kurang memperhatikan kebersihan hewan-hewan tersebut.

DilansirTelegraph, studi telah menemukan superbug MRSA dalam potongan daging babi, ayam, sapi, dan daging lainnya. Diperkirakan, penggunaan antibiotik di China yang berlebihan dalam produksi pertaniannya menjadi penyebab utama pertumbuhan superbug dalam rantai makanan.

4. Gonore bisa menjadi superbug selanjutnya

ilustrasi N. gonorrhoeae penyebab gonore (hygiene-in-practice.com)

Gonore sudah ada sejak berabad-abad lalu, dan para ilmuwan mengatakan bahwa penyakit ini memiliki peluang untuk berkembang biak menjadi superbug berikutnya. Menurut laman Reuters, yang membuat gonore berbahaya adalah gejalanya yang sangat sedikit, tetapi tiba-tiba menumbulkan efek yang luar biasa, seperti kehamilan ektopik dan penyakit radang panggul.

Namun, ini bukan satu-satunya faktor yang mendorong gonore menjadi superbug. Misalnya, gonore dianggap sebagai penyakit menular seksual yang kurang mematikan jika dibandingkan dengan HIV/AIDS atau bahkan sifilis, sehingga hanya ada sedikit obat baru yang tersedia untuk mengobati gonore.

Akibatnya, dokter sering kali mengobati gonore yang resisten obat dengan meningkatkan dosis antibiotik. Pada akhirnya, ini menyebabkan bakteri tumbuh makin kuat.

5. Menjadi ancaman bagi pengobatan modern

ilustrasi minum obat (pexels.com/Karolina Grabowska)

Superbug menyebabkan para ahli harus terus melakukan penelitian untuk mendapatkan obat atau terapi baru yang efektif. Jika tidak, perawatan medis seperti yang biasa dilakukan saat ini akan menjadi tidak efektif di masa depan.

Diterangkan dalam laman American Association of Retired Persons (AARP), infeksi umum sudah semakin sulit diobati di rumah. Misalnya, bakteri yang menyebabkan infeksi saluran kemih menjadi makin resistan terhadap pil antibiotik yang diresepkan secara rutin. Operasi sehari-hari juga dapat menjadi lebih berbahaya, dan cedera ringan bisa mengancam jiwa.

6. COVID-19 memperparah kasus superbug

ilustrasi virus COVID-19 (unsplash.com/CDC)

Superbug sudah menjadi ancaman kesehatan global sejak lama. Kemudian, munculnya pandemik COVID-19 makin memperburuk masalah ini, menurut laporan dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC).

Banyak sekali orang yang dirawat di rumah sakit akibat infeksi COVID-19. Dan, rumah sakit menjadi tempat paling potensial seseorang terinfeksi superbug. Ditambah, pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit kerap dirawat dengan steroid yang melemahkan sistem kekebalan. Akibatnya, orang menjadi lebih mudah terinfeksi superbug.

Masifnya kasus COVID-19 membuat banyak fasilitas perawatan kesehatan mengalami kekurangan staf. Ini selanjutnya dapat menyebabkan penyimpangan dalam praktik pengendalian infeksi. Terlebih, penggunaan antibiotik untuk pasien COVID-19 di rumah sakit sangat tinggi. Semua faktor ini memungkinkan superbug menjadi lebih menonjol selama pandemik.

Baca Juga: 5 Hal Krusial tentang Antibiotik yang Perlu Diketahui, Picu Resistensi

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya