Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Tuberkulosis atau tuberculosis (TBC) adalah penyakit menular yang biasanya menyerang paru-paru. TBC disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis dan biasanya menyebar melalui udara. Jika kamu terinfeksi TBC, pengobatan harus segera didapat. Kalau tidak, bakteri akan dengan cepat menyebar melalui aliran darah untuk menginfeksi organ dan jaringan lain.
Terkadang, bakteri akan berjalan ke meninges, yaitu selaput yang mengelilingi otak dan sumsum tulang belakang. Meninges yang terinfeksi dapat menyebabkan kondisi yang mengancam jiwa, yang dikenal sebagai tuberkulosis meningeal atau meningitis tuberkulosis (meningitis TBC).
1. Gejala
Gejala awal meningitis tuberkulosis biasanya muncul secara perlahan dan menjadi makin parah setelah beberapa minggu. Dijelaskan laman Healthline, selama tahap awal infeksi, gejala dapat meliputi:
- Kelelahan.
- Malaise.
- Demam ringan.
Saat penyakit makin berkembang, gejalanya akan menjadi lebih parah. Gejala klasik meningitis, seperti leher kaku, sakit kepala, dan sensitif terhadap cahaya, tidak selalu ada pada meningitis tuberkulosis. Sebaliknya, gejala meningitis tuberkulosis mungkin berupa:
- Demam.
- Kebingungan.
- Mual dan muntah.
- Lesu.
- Lekas marah.
- Ketidaksadaran.
2. Penyebab
ilustrasi sistem imun lemah (pixabay.com/Luisella Planeta Leoni) Menurut National Library of Medicine, meningitis tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, bakteri yang juga menyebabkan TBC biasa. Biasanya, pada awalnya bakteri masuk ke paru-paru, yang selanjutnya menyebar ke otak dan tulang belakang.
Orang dengan kondisi berikut memiliki kemungkinan lebih tinggi mengembangkan meningitis tuberkulosis:
- HIV/AIDS.
- Konsumsi alkohol secara berlebihan.
- TBC paru-paru.
- Sistem kekebalan tubuh lemah.
Baca Juga: TBC Kulit: Gejala, Penyebab, Diagnosis, Pengobatan
3. Diagnosis
Untuk mendiagnosis meningitis tuberkulosis, dokter harus melakukan analisis cairan serebrospinal atau cerebrospinal fluid (CSF).
Dilansir Medical News Today, pada tes ini, petugas akan memasukkan jarum di antara tulang belakang bagian bawah dan mengambil sampel CSF. Sampel kemudian dibawa ke laboratorium untuk dianalisis. Analisis akan membantu dokter menentukan apakah seseorang menderita meningitis dan apakah itu adalah meningitis tuberkulosis.
Dokter juga dapat menggunakan tes lain untuk membantu diagnosis meningitis tuberkulosis:
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Editor’s picks
- Kultur darah.
- Rontgen dada.
- CT scan kepala.
- Tes kulit untuk tuberkulosis.
- MRI.
4. Pengobatan
ilustrasi minum obat (unsplash.com/danilo.alvesd) Ada empat obat yang biasanya digunakan untuk mengobati infeksi tuberkulosis, yaitu:
- Isoniazid.
- Rifampisin.
- Pirazinamid.
- Etambutol.
Meningitis tuberkulosis biasanya melibatkan obat yang sama dengan TBC biasa, kecuali etambutol. Moksifloksasin atau levofloksasin biasanya digunakan sebagai pengganti etambutol. Dokter mungkin juga meresepkan steroid sistemik untuk mengurangi komplikasi.
Durasi pengobatan untuk meningitis tuberkulosis bisa bervariasi, tergantung pada tingkat keparahan infeksi. Pengobatan bisa berlangsung hingga 12 bulan, bahkan pasien mungkin harus dirawat di rumah sakit.
5. Komplikasi yang bisa terjadi
Meningitis tuberkulosis yang tidak diobati dapat menyebabkan komplikasi. Berikut beberapa komplikasinya dilansir laman National Library of Medicine:
- Kerusakan otak.
- Efusi subdural atau penumpukan cairan antara tengkorak dan otak.
- Gangguan pendengaran.
- Hidrosefalus atau penumpukan cairan di dalam tengkorak yang menyebabkan pembengkakan otak.
- Kejang.
- Kematian.
Baca Juga: Mengapa Perokok Pasif Juga Berisiko Terkena Kanker Paru-Paru?