TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Gangguan Pencernaan yang Menyebabkan Berat Badan Meningkat Drastis

#IDNTimesHealth Harus diatasi dari kondisi yang mendasarinya

ilustrasi menimbang berat badan (pexels.com/Andreas Ayrton)

Berat badan kita berfluktuasi, yang dipengaruhi oleh sejumlah faktor, seperti pilihan gaya hidup, tingkat aktivitas, diet, dan bahkan kesehatan. Gangguan pencernaan juga berperan besar dalam memengaruhi berat badan.

Masalah pencernaan memiliki efek besar pada cara kita makan dan bagaimana tubuh menyerap dan mencerna makanan, menyebabkan kita menambah atau menurunkan berat badan. Di bawah ini akan dijelaskan beberapa masalah pencernaan yang bisa menyebabkan kenaikan berat badan atau sulitnya menurunkan berat badan. Mari, simak baik-baik!

1. GERD

ilustrasi sakit perut (pexels.com/cottonbro)

Dijelaskan dalam National Institutes of Health, gastroesophageal reflux (GERD) terjadi ketika asam lambung naik kembali ke kerongkongan yang menyebabkan sensasi terbakar yang menyakitkan atau mulas di dada bagian bawah. Pada orang yang memiliki masalah ini, aktivitas makan dapat membantu mengurangi rasa sakit. Ini karena saat makan, adanya air liur dari aktivitas mengunyah makanan dapat menetralkan asam yang memberikan kelegaan sementara.

Namun, setelah makanan dicerna, gejala seperti kembung, mual, dan cegukan akan kembali lagi. Akibatnya, penderita cenderung terjerumus ke dalam siklus makan berlebihan yang berbahaya yang mengarah pada penambahan berat badan.

Baca Juga: 5 Tips Memperlancar Proses Pencernaan, Jadi Lebih Lega dan Gak Begah!

2. Pertumbuhan bakteri usus berlebih

ilustrasi bakteri (pixabay.com/nadya_il)

Pada dasarnya, di dalam usus terdapat bakteri baik dan jahat, dan penelitian dalam European Journal of Clinical Nutrition tahun 2010 menunjukkan bahwa jenis bakteri yang baik memainkan peran penting dalam kesehatan secara keseluruhan dengan mengurangi peradangan dan menjaga berat badan tetap terkendali.

Masalah terjadi ketika jumlah bakteri meningkat, atau ketika jenis bakteri menjadi tidak seimbang. Ketika itu terjadi, apa yang dikenal sebagai pertumbuhan berlebih bakteri usus kecil atau small intestinal bacterial overgrowth (SIBO) dapat terjadi, dan itu dapat menyebabkan penambahan berat badan dengan dua cara.

Pertama, bakteri dapat menghasilkan gas metana, yang memperlambat fungsi keseluruhan usus kecil, memungkinkan vili usus untuk menyerap lebih banyak kalori dari makanan. Kedua, SIBO dapat memperlambat metabolisme dan memengaruhi resistensi insulin dan leptin, yang keduanya membantu mengatur rasa lapar dan kenyang. Akibatnya, individu cenderung mendambakan karbohidrat dan mungkin tidak akan merasa kenyang setelah makan.

3. Intoleransi makanan

ilustrasi perempuan sedang makan (pexels.com/Vicenzo Giove)

Intoleransi makanan adalah kondisi saat tubuh kesulitan mencerna makanan tertentu, tetapi banyak orang yang salah mengartikannya sebagai alergi makanan. Padahal, alergi makanan memicu sistem kekebalan tubuh, sedangkan intoleransi makanan tidak.

Penelitian dalam jurnal Deutsches Ärzteblatt International menunjukkan bahwa sekitar 20 persen orang di dunia mengalami intoleransi makanan. Akar penyebab intoleransi makanan sulit diketahui, tetapi gejalanya berupa kembung, gatal-gatal, iritasi usus, migrain dan sakit kepala, pilek, batuk, dan sakit perut.

Intoleransi makanan dan penambahan berat badan memiliki hubungan yang cukup kompleks. Salah satunya, saat sistem kekebalan bereaksi terhadap makanan tertentu yang kamu konsumsi, ini akan memicu peradangan kronis dan mengganggu pesan penekan nafsu makan yang dikirim oleh hormon kelaparan ke otak. Akibatnya, kamu akan terus makan lebih banyak, yang bisa menyebabkan kenaikan berat badan.

4. Penyakit Crohn

ilustrasi sakit perut (pexels.com/Sora Shimazaki)

Penyakit Crohn terjadi saat bagian dari sistem pencernaan menjadi meradang, menurut penjelasan Mayo Clinic. Penyebab pasti penyakit Crohn tidak diketahui, tetapi keturunan dan masalah sistem kekebalan bisa memengaruhi kondisi ini. Individu yang didiagnosis dengan penyakit Crohn tidak selalu menunjukkan gejala yang sama, tetapi gejala umumnya termasuk diare, demam, kelelahan, sakit perut, kram, dan perubahan berat badan.

Menurut laman WebMD, penyakit Crohn adalah salah satu gangguan pencernaan yang orang kaitkan dengan penurunan dan penambahan berat badan. Alasannya, pengobatan penyakit Crohn melibatkan penggunaan steroid yang dapat meningkatkan keinginan untuk mengonsumsi karbohidrat, dan juga membuat pasien menahan lebih banyak air, yang dapat menyebabkan kembung. Semua faktor ini dapat menyebabkan kenaikan berat badan.

Baca Juga: 5 Alasan Berat Badan Tak Kunjung Turun meski Sudah Makan Makanan Sehat

Verified Writer

Eka Ami

https://mycollection.shop/allaboutshopee0101

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya