TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Mengenal Compassion Fatigue, Masalah Psikologis akibat Lelah Berempati

Terlalu sering berempati bisa menyebabkan hilangnya empati

ilustrasi compassion fatigue (pexels.com/Anthony Shkraba)

Compassion fatigue ialah istilah yang menggambarkan dampak fisik, emosional, dan psikologis dari membantu orang lain. Hal ini sering kali terjadi saat membantu orang lain yang mengalami stres atau trauma.

Compassion fatigue paling sering dirasakan oleh orang-orang yang pekerjaannya banyak dituntut untuk membantu orang lain. Contohnya orang yang bekerja di bidang hukum, medis, terapis, perawat, atau penyedia layanan apa pun.

Umumnya, ini terjadi karena mereka sering terpengaruh pengalaman dan cerita pasien. Lebih lanjut, karena terlalu sering terpapar emosi orang lain dan berempati, mereka justru bisa kehilangan empati kepada orang lain. Di bawah ini telah dirangkum beberapa hal seputar compassion fatigue dari laman WebMD dan Tend Academy. 

1. Gejala compassion fatigue

ilustrasi sedih (pexels.com/Liza Summer)

Orang-orang yang dalam pekerjaannya dituntut untuk membantu orang lain akan mulai menunjukkan gejala compassion fatigue yang mirip dengan kliennya. Gejala ini tentunya dapat berdampak negatif di tempat kerja dan menciptakan lingkungan yang toksik. Berikut adalah beberapa gejala compassion fatigue:

  • sulit berkonsentrasi, 
  • masalah suasana hati,
  • pandangan yang mengganggu,
  • merasa buruk tentang dunia,
  • keputusasan,
  • kelelahan dan lekas marah,
  • insomnia,
  • sulit merasakan empati,
  • terlalu sensitif atau kurang sensitif saat mendengarkan cerita orang lain,
  • tidak produktif.

Baca Juga: 9 Perilaku Psikologis Unik ini Pasti Pernah Kamu Lakukan

2. Penyebab compassion fatigue

ilustrasi mendengarkan orang berbicara (pexels.com/John Diez)

Ada beberapa alasan yang membuat seseorang dapat mengembangkan compassion fatigue. Hal ini dapat dibagi menjadi dua kondisi, yaitu secara individu dan situasi.

Pada individu, compassion fatigue dapat dipicu oleh kondisi saat ini, masa lalu, gaya koping (coping mechanism), hingga kepribadian. Masalah ini juga bisa disebabkan oleh tekanan hidup lain yang harus dihadapi. Misalnya, menjadi generasi sandwich yang merawat anak dan orang tua di samping mengelola beban kerja yang berat dan kompleks.

Penyebab compassion fatigue juga bisa terjadi karena faktor situasi. Seseorang dapat mengalami hal ini jika menghabiskan waktu untuk merawat orang dengan masalah hidup tertentu. Misalnya dengan merawat individu yang tunawisma, dianiaya, dipenjara, atau sakit kronis.

Selain itu, compassion fatigue juga mungkin disebabkan oleh lingkungan kerja. Berurusan dengan klien yang sedang mengalami kondisi kronis, sulit mengendalikan emosi, atau mungkin tidak membaik bisa menguras tenaga.

3. Mengatasi compassion fatigue

ilustrasi perempuan sedang meditasi (pexels.com/cottonbro)

Beberapa orang lebih berisiko mengembangkan compassion fatigue. Contohnya perawat, terapis, pengasuh, dan profesi lain yang dituntut untuk banyak berinteraksi dengan orang lain. Jadi, penting bagi mereka untuk mengembangkan metode koping guna mengatasi compassion fatigue.

Perawatan yang tepat untuk compassion fatigue tergantung pada pengalaman pribadi setiap individu. Namun berikut ini beberapa perawatan yang umum dilakukan:

  • mengurangi jam yang dihabiskan untuk bekerja secara langsung dengan individu yang mengalami trauma,
  • mengembangkan dan memelihara dukungan sosial yang kuat di rumah dan di tempat kerja,
  • peningkatan kesadaran diri melalui meditasi kesadaran,
  • perawatan diri secara teratur.

4. Cari bantuan profesional

ilustrasi berkonsultasi dengan psikolog (pexels.com/SHVETS Production)

Jika kamu merasa kewalahan dengan pekerjaanmu dalam membantu orang lain, atau mulai merasa bahwa gejala compassion fatigue yang kamu alami memengaruhi hidupmu, penting untuk segera menghubungi dokter. Dokter mungkin akan merujuk kamu ke psikolog atau psikiater yang berspesialisasi dalam trauma. 

Kamu mungkin dapat meredakan perasaan stres, kecemasan, dan kelelahan dengan berbicara dengan terapis, psikiater, dokter keluarga, atau profesional yang berspesialisasi dalam trauma. Dokter mungkin juga dapat mengobati gejala fisik yang kamu alami.

Baca Juga: 5 Penyebab Kamu Kelelahan Setelah Bangun Tidur, Gaya Hidup yang Buruk?

Verified Writer

Eka Ami

https://mycollection.shop/allaboutshopee0101

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya